Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Wate Ka Saho", Syair Kreatif ala Pemuda Aceh Bangunkan Warga Saat Sahur Tiba

22 April 2021   23:06 Diperbarui: 23 April 2021   00:00 2915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nisfun Nahar dkk Ketika melantunkan Lagu "Wate ka saho" Saat Ramadan, Sumber,[Terkini.id]

Setiap Ramadan tiba, banyak musisi di Indonesia yang mengambil momentum untuk menelurkan karya-karya baru mereka. Lagu berbungkus islami menjadi andalan. Menariknya, momen ini juga ramai dimanfaatkan oleh pemusik lokal, dari Aceh misalnya.

Menanggapi tema yang diberikan kompasiana hari ini mengenai "Lagu Ramadan favorit". Saya tertarik membahas  tentang sebuah lagu yang dinyanyikan oleh sekelompok pemuda Aceh yang viral beberapa tahun belakangan ini.

Pada tahun 2020 lalu. Nisfun Nahar dan beberapa orang temannya mendadak menjadi terkenal lantaran video mereka ketika membangunkan warga saat sahur viral di  media sosial.

Video tersebut diambil di Masjid Al-Furqan, Gampong Beurawe, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh pada tahun 2020 lalu.

Dalam video tersebut terlihat sejumlah pemuda memenuhi masjid ketika sahur dan bersama-sama membangunkan warga untuk sahur dengan cara yang unik. Yaitu dengan melantunkan lagu dalam bentuk syair yang dibawakan dengan suara yang sangat merdu.

Kisah dibalik Terciptanya Lirik Lagu " Wate Ka Saho"

Dikutip dari Liputan6.com, orang yang pertama kali mencetuskan ide membangunkan warga saat sahur seperti ini adalah Badrun Nafis.

Badrun yang saat itu berstatus sebagai anggota remaja masjid merasa bingung ketika ditegur oleh warga lantaran beberapa pemuda kedapatan beberapa kali bergurau dan lucu-lucuan ketika membangunkan warga.

Badrun akhirnya mendapatkan ide untuk membangunkan warga dengan cara yang berbeda. Lalu, ia kepikiran untuk menulis beberapa lirik syair dan menyuruh temannya Nisfun Nahar untuk melantunkannya.

Lirik syair tersebut ditulis Badrun malam itu juga. Kemudian ketika waktu sahur, Nisfun Nahar melantukannya dengan suara yang begitu merdu. Respon warga pun cukup baik. Akhirnya syair tersebut rutin dilantunkan oleh Nisfun Nahar dan teman-temannya tatkala sahur tiba untuk membangunkan warga.

Lirik Lagu " Wate Ka Saho " dan Artinya 

Hai Ibu Bapak yang Mantong teunget

Hai kajeut beudoh wate ka sahoe 2x

Ta pe su'um bu,pe su'um kuah

Ngak jeut ta pajoh ngon keluarga 2x

Buleun Ramadhan buleun mulia

Jak tanyo rakan ta jak puasa 2x

Pajoh bu sahoe ngekna teunaga

'Oh singoeh leuhoe beu ek ta kerja 2x

Ta meu ibadah le that pahala

Meulimpah rahmat meulipat ganda 2x

Kajeut beudoh eh hai rakan muda

Bukuah leumak mangat that rasa 2x

Artinya:

Hai ibu bapak (Ibu Bapak)

sudah bisa bangun waktunya Sahur

Wahai Ibu Bapak yang masih tidur

sudah waktunya bangun sahur

untuk memananaskan nasi dan memanaskan kuah

untuk makan bersama keluarga

Bulan Ramadhan bulan mulia

ayo kita rekan kita puasa

makan sahur supaya kita ada tenaga

besok siang waktu berkerja

Wahai Ibu Bapak yang masih tidur

sudah waktunya bangun sahur

untuk memanaskan nasi dan memanaskan kuah

untuk makan bersama keluarga

Ayo kita beribadah supaya di beri rahmat berlipat ganda

sudah waktunya bangun hai rekan semua

Nasi Kuah Leumak Enak Rasanya

Dibawakan dengan Ciri Khas Aceh

Yang menbuat warga senang adalah pembawaan syair ini tidak jauh dari ciri khas Aceh ketika merayakan maulid Nabi Muhammad SAW.

Irama yang digunakan persis seperti masyarakat Aceh tatkala berdike. Dike ini adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Aceh saat perayaan maulid. Yaitu dengan melantunkan salawat-salawat kepada Rasulullah SAW dan beberapa syair tentang kisah nabi yang didendangkan sambil menunggu hidangan kenduri maulid dibagikan.

Dike biasanya dilakukan dengan posisi duduk, dan terkadang ada juga yang sambil berdiri.  Dike dilantunkan tanpa musik. Hanya ada beberapa syeih (pemimpin) dan diikuti oleh beberapa anggota lainnya untuk saling berbalas-balasan rima dengan gerakan badan serta kepala yang lincah dan rampak.

Cara inilah yang dilakukan oleh Nisfun Nahar dan teman-temannya. Hal ini mendapat respon positif dari masyarakat setempat.

Viralnya Lagu " Wate Ka Saho"

Pada Ramadan yang lalu. Video Nisfun Nahar dan teman-teman menjadi viral di media sosial. Hal ini pun mendapat respon positif dari seluruh masyarakat Aceh.

Arie Untung Ketika Menyanyikan Lagu
Arie Untung Ketika Menyanyikan Lagu "Wate Ka Saho", Sumber [kumparan]

Tidak hanya itu, video ini juga sempat menjadi eksis di kancah Nasional. Hingga beberapa artis sempat juga menyanyikan lagu tersebut dan diunggah di Instagram miliknya. Sebut saja seperti Arie K Untung. Pelawak asli Indonesia tersebut, sempat mengunggah video dirinya tatkala menyanyikan lagu " wate ka saho" dalam bahasa Aceh.

Mulai dilantunkan di Masjid-masjid Perkotaan hingga ke Desa-desa

Viralnya video tersebut juga disambut baik oleh kalangan pemuda di perkotaan dan pedesaan. Mereka juga mulai mencontoh cara yang dilakukan Nisfun Nahar dan mulai menerapkannya di masjid-masjid di kampung.

Ketika sahur tiba, remaja masjid mulai menghidupkan microfon dan dilantunkanlah syair-syair tersebut dengan maksud membangunkan warga untuk segera sahur. Ada yang menggunakan lirik yang sama persis dengan Nisfun Nahar. Ada juga yang mulai kreatif menciptakan lirik-lirik yang lain.

Budaya Membangunkan Warga Ketika Sahur Versi Jaman Dulu dan Sekarang di Aceh

Setiap daerah punya budaya yang cukup unik-unik dan berbeda-beda. Begitu juga dengan Aceh.

Dulu, ketika tahun 60-an hingga 80-an, karena belum ada listrik yang masuk ke kampung. Budaya membangunkan warga ketika sahur hanya dengan memukulkan bedug (tambo) di Meunasah (surau).

Tambo (Bedug), Sumber [Steemit]
Tambo (Bedug), Sumber [Steemit]

Meunasah jaman dulu sengaja di desain tinggi-tinggi. Salah satu tujuannya adalah untuk diletakkan tambo. Hal ini akan memudahkan warga mendengar suara tambo walaupun jauh dari meunasah.

Tambo juga ditabuh dengan cara yang beragam. Ada irama dan cara tersendiri sehingga menghasilkan suara-suara yang khas.

Sampai kesini, fungsi tambo sudah digantikan dengan toa dan microfon. Entah sejak kapan tambo mulai dipinggirkan. Namun, saya ingat ketika saya kecil suara tambo masih sesekali terdengar di telinga saya.

Lalu pada tahun 90-an akhir dan tahun 2000-an, cara yang berbeda juga mulai dipraktikkan pemuda ketika membangunkan warga untuk sahur.

Yaitu dengan melantunkan salawat-salawat ketika sahur tiba. Jika dulu warga terbangun karena suara tambo, maka pada tahun 2000-an, warga langsung bangun tatkala mendengar suara salawat di meunasah dan masjid-masjid. Biasa salawat mulai dilantunkan satu jam setengah sebelum waktu imsak.

Kemudian, saban hari perkembangan zaman pun semakin berubah. Teknologi semakin maju. Akses informasi pun semakin mudah. Anak-anak muda pun mulai berubah, mereka lebih kreatif dalam menjalankan perannya sebagai pemuda. Begitu pula yang terjadi di kampung.

Seperti cara yang dilakukan oleh Nisfun Nahar dan teman-teman. Kita bisa melihat sejauh mana sudah perubahan budaya yang terjadi di kalangan pemuda saat ini. Mulai dari hilangnya kebiasaan menabuh tambo, sekarang semuanya lebih terkesan simpel dan modern.

Tidak ada yang salah dengan perubahan yang terjadi sampai saat ini. Sebab semuanya juga masih dilakukan dengan tujuan yang sama, yaitu membangunkan warga untuk sahur.

Lagian, pemuda sekarang juga dituntut harus mengikuti perkembangan jaman. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Nisfun Nahar dan teman-teman. Dan ini sudah terbukti menghasilkan kesan positif pada semua orang.

Nah, jika ditanya lagu apa yang menjadi favorit saya ketika Ramadan, saya akan menjawab "wate ka saho" karya Nisfun Nahar dan teman-teman.  

Aceh

Muhammad Nauval


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun