Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Masa Kecil Saat Ramadan, Momen Terindah yang Tidak Mudah untuk Dilupakan

19 April 2021   22:33 Diperbarui: 19 April 2021   23:18 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak Tidur di Masjid Selama Ramadan, Sumber[Medcom.id]

Banyak sekali nostalgia masa kecil yang tidak mudah untuk dilupakan, salah satunya momen-momen ketika Ramadan.

Setiap orang pasti punya banyak kenangan indah dalam hidup yang tidak bisa dilupakan. Mulai kenangan dengan sahabat, rekan kerja, teman sekolah, hingga kenangan bersama mantan. Hehe

Kenangan merupakan sesuatu yang membekas dalam ingatan. Baik kejadian yang baru beberapa hari terjadi maupun yang terjadi pada masa lalu. Salah satu cara merawat kenangan adalah dengan bernostalgia.

Cukup menarik tema yang diberikan kompasiana kali ini yaitu nostalgia suasana Ramadan masa kecil.

Penting nggak sih bernostalgia dengan kenangan masa kecil ?

Ditilik dari artinya, nostalgia adalah sebuah sentimentalitas untuk masa lalu. Biasanya untuk sebuah periode bahagia dari seseorang.

Para ilmuwan juga sepakat jika nostalgia bisa membuat perasaan seseorang menjadi lebih baik. Hal ini terjadi ketika seseorang mengingat hal positif yang terjadi pada hidupnya.

Lalu, kenapa sih orang-orang suka bernostalgia ?

Mungkin pada sebagian orang, nostalgia bisa menjadi sebuah perasaan yang begitu hangat dan nyaman ketika sedang mengingatnya. Membandingkan masa lalu ataupun masa kecilnya yang begitu bahagia meski sederhana. Sementara ketika beranjak dewasa, rintangan dalam hidup semakin banyak bertambah.

Hal ini yang kemudian mendorong seseorang rindu dengan masa lalunya. Akhirnya nostalgia menjadi jalan, meski hanya untuk waktu yang singkat, dengan bernostalgia setidaknya perasaan kembali tenang karena hal positif yang terus kita kenang.

Nah kembali lagi ke persoalan awal. Melihat dari tema yang diberikan admin K kali ini, saya menduga jika admin K saat ini juga kepingin nostalgia dengan kenangan masa kecilnya. Namun karena merasa malu, akhirnya admin K memutuskan untuk menyuruh para kompasianer lebih dulu membagikan kisah nostalgianya saat kecil ketika Ramadan. Betul kan ? canda, min.

Baiklah, saya kira sudah cukup basa basinya. Sebenarnya banyak sekali suasana Ramadan masa kecil yang ingin saya bagikan disini. Namun, karena pengaruh ingatan yang sudah terbagi dengan kenangan bersama mantan. Maka, saya akan membagikan beberapa momen saja yang tidak bisa saya lupakan.

Aturan Keluarga, Anak Kecil Boleh Puasa Setengah Hari

Ini momen pertama yang saya masih cukup ingat. Karena masih duduk di kelas satu Sekolah Dasar. Di rumah, saya tidak begitu diwajibkan untuk berpuasa penuh. Ada dispensasi yang diberikan. Saya boleh berbuka jika sudah tidak bisa menahan.

Meski mendapat keringanan, saya juga tidak selemah itu kok. Saya sudah mulai terbiasa berpuasa semenjak sekolah dasar. Bahkan hampir tidak pernah bolong. Meski kadang-kadang ada juga beberapa kali saya berbuka puasa diam-diam. Maklum, kan masih anak-anak. Hehe

Karena ketahuan tidak berpuasa oleh teman-teman begitu memalukan. Akhirnya berbohong menjadi pilihan. Ketika bersama teman berpura-pura puasa, pas sampai rumah langsung berbuka. Haha

Mengikuti Pesantren Kilat Selama Ramadan

Pengalaman ketika mengikuti pesantren kilat saat Ramadan juga menjadi bagian nostalgia yang tidak bisa dilupakan.

Saat saya masih SD, pesantren kilat selama Ramadan rutin diadakan di sekolah-sekolah. Meski hanya seminggu saja, namun suasana tatkala mengikuti pesantren kilat ini begitu saya rindukan.

Biasanya pesantren kilat dimulai pada pukul Sembilan pagi. Selain senang karena selama mengikuti program tersebut bebas memakai pakaian apa saja (tidak diwajibkan memakai seragam sekolah). Di pesantren kilat pelajaran yang diberikan juga berbeda dari hari biasanya.

Bebas dari pelajaran matematika menjadi salah satu penyebab pesantren kilat begitu menyenangkan. Disini juga diajarkan hal-hal baru, mulai dari bagaimana salat jenazah, mengafani jenazah, hingga beragam kegiatan pengembangan diri. Seperti ceramah dan menulis kaligrafi.

Asmara Subuh

Asmara subuh ini adalah kegiatan berjalan-jalan setelah selesai salat subuh. Jalan-jalannya tergantung seberapa kuat kalian berjalan.

Ketika saya kecil, asmara subuh menjadi rutinitas yang selalu saya lakukan. Selain bisa menikmati udara yang begitu segar dan sejuk. Asmara subuh juga menjadi modus untuk saling melirik dengan orang yang kita suka.

Cuma sebatas melirik kok, tidak lebih. Hehe

Tidur di Masjid dari Pagi Hingga Sore

Sudah menjadi kebiasaan jika pada bulan puasa masjid menjadi tempat orang-orang untuk berkumpul. Begitu juga dengan saya. Menghabiskan waktu dengan tidur di masjid dari pagi hingga sore menjadi salah satu kebiasaan saya ketika masa kecil.

Selain karena banyak teman. Masjid juga menjadi tempat ternyaman untuk tidur. Tentunya setelah selesai salat dan baca Al Quran ya. Masjid di tempat saya letaknya juga pas di samping sawah yang luas. Jadi sudah kebayang kan gimana lelapnya tidur disana, hehe.

Mendengar Kultum Quraish Shihab

K.H Quraish Shihab, Sumber [Liputan6.com]
K.H Quraish Shihab, Sumber [Liputan6.com]

Ketika kecil, mendengar kultum yang disampaikan K.H Quraish Shihab menjadi momen tersendiri yang rutin saya lakukan.

Kultum ini merupakan acara yang sangat disukai kakek saya. Jadi menjelang berbuka puasa, saya sering menonton acara tersebut bersama dengannya. Hampir setiap Ramadan kultum selalu menghiasi sore dalam hidup saya.

Tapi sekarang kebiasaan itu sudah tidak saya lakukan. Entah kenapa dan sejak kapan saya mulai tidak menonton program ini lagi.  Padahal jika diingat, kultum yang disampaikan Quraish Shihab begitu bagus dan menenangkan hati.

Kebiasaan Menunggu Bedug

Menunggu suara bedug menjadi sebuah suasana yang begitu saya rindukan. Meski sampai sekarang masih sama saja. Pada setiap berbuka, bedug ataupun sirine selalu dihidupkan.

Tapi yang membedakan masa kecil dan sekarang adalah, ketika kecil rasanya waktu itu sangat terasa lama berjalan. Meski hanya tinggal menunggu lima menit saja, rasanya seperti menunggu satu jam. Hehe

Akhirnya, mata tidak lepas dari jam yang tergantung di dinding. Setiap detiknya terasa begitu lama. Sesekali mata kembali menengok jadwal berbuka. Mungkin bilal masjid lupa membunyikan sirine berbuka, begitulah saya menduga-duga.

Dan ketika beberapa detik menjelang waktu berbuka, semuanya hening tidak bersuara. Semuanya fokus menunggu suara sirine atau bedug berbunyi. haha

Nah, begitulah sedikit nostalgia saya dengan suasana Ramadan ketika kecil. Mengingat suasana seperti ini menimbulkan kerinduan yang begitu dalam bagi saya. Andai masa-masa seperti itu masih bisa saya rasakan lagi saat ini, tentu akan menjadi sebuah kesenangan yang luar biasa untuk saya.

Namun, sebagai manusia saya juga sadar. Waktu tidak akan pernah bisa terulang. Maka, sekarang saya jadikan semua pengalaman yang ada untuk saya simpan sebagai kenangan yang akan terus saya kenang hingga masa depan.

Semoga bermanfaat

Aceh

Muhammad Nauval

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun