UNAIDS adalah singkatan dari "Joint United Nations Programme on HIV/AIDS" atau Program Gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HIV/AIDS. UNAIDS adalah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertanggung jawab untuk memimpin, mengoordinasikan, dan mengadvokasi upaya global dalam mengatasi pandemi HIV/AIDS. Tujuan dari UNAIDS adalah untuk mengakhiri pandemi HIV/AIDS sebagai ancaman kesehatan global pada tahun 2030. UNAIDS bekerja sama dengan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, lembaga-lembaga internasional, LSM, dan masyarakat sipil untuk menyediakan pendampingan, advokasi, dan sumber daya yang diperlukan dalam menyusun dan melaksanakan strategi pencegahan, pengobatan, dan perawatan HIV/AIDS.
UNAIDS adalah model untuk reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan merupakan satu-satunya Program Bersama yang disponsori bersama dalam sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ini mengacu pada pengalaman dan keahlian dari 11 Kosponsor sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa dan merupakan satu-satunya entitas Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan masyarakat sipil terwakili di badan pengaturnya.
UNAIDS telah membantu memposisikan, membentuk, dan meningkatkan tanggapan terhadap HIV tidak seperti organisasi lain, mendorong dialog dan membawa komunitas yang tertinggal dari pengambilan keputusan. UNAIDS telah membentuk kebijakan publik tentang HIV di tingkat global, regional dan nasional.
Apa itu HIV dan AIDS?
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sistem imunitas. Infeksi virus ini mampu menurunkan kemampuan imunitas manusia dalam melawan benda--benda asing di dalam tubuh yang pada tahap terminal infeksinya dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh sudah tidak mampu lagi melawan infeksi yang masuk, AIDS merupakan suatu kumpulan gejala penyakit akibat kerusakan sistem imun yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Dengan kata lain, perbedaan HIV dan AIDS ini yaitu terletak pada konteksnya. HIV adalah virus yang menyebabkan melemahnya sistem imunitas tubuh. Sedangkan, AIDS adalah kondisi gangguan kesehatan yang diakibatkan dari melemahnya sistem imunitas tubuh tersebut.
Di Indonesia, insiden HIV mencapai 0,19 per 1000 penduduk (UNAIDS, 2018; World Health Statistics, 2018). Insiden tersebut masih di bawah angka global (0,26 per 1000 penduduk), namun berada di atas angka ratarata wilayah Asia Tenggara (0,08 per 1000 penduduk) (World Health Statistics, 2018). Bahkan Indonesia menempati urutan tertinggi ketiga. jumlah odha serta kasus infeksi baru wilayah Asia Pasifik setelah India dan China. Selain itu, kematian karena AIDS di Indonesia juga dilaporkan meningkat hingga 68% di tahun 2016 (WHO, 2018). Kondisi ini menjadi tantangan berat Indonesia untuk mencapai tujuan SDGs di tahun 2030.
Sustainable Development Goals dan HIV/AIDS di Indonesia
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan hasil kesepakatan 193 negara yang tergabung dalam PBB sebagai upaya pembangunan bersama hingga 2030 untuk mencapai kemaslahatan manusia dan bumi. Dokumen kesepakatan SDGs diterbitkan pada Oktober 2015 dan merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu dari 17 tujuan SDGs adalah kehidupan sehat dan sejahtera (Tujuan 3), yang menyatakan mengakhiri epidemi AIDS di tahun 2030.
Mimpi dunia untuk mewujudkan kesejahteraan yang merata dan adil di berbagai aspek kehidupan menjadi alasan terciptanya rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia yaitu SDGs (Sustainable Development Goals) yang memiliki 17 tujuan dengan 169 target dengan harapan dapat tercapai pada tahun 2030. Aspek kesehatan dan kesejahteraan hidup (good health and well being) berada pada poin tujuan ke 3 yang menjadi sorotan untuk mendapatkan perhatian khusus. Kesehatan yang baik dan kesejahteraan hidup adalah modal utama terwujudnya mimpi dunia. Kesehatan yang tidak baik dan kesejahteraan hidup yang tidak terwujud akan mempersulit perjalanan manusia dalam mewujudkan mimpi dunia.
Terkait dengan penularan HIV di Indonesia, sebagian besar terkonsentrasi pada kelompok populasi kunci, yaitu wanita pekerja seks (WPS), pengguna NAPZA suntik (penasun), laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), transgender, dan tahanan (Kemenkes RI, 2017). Selain itu, terdapat juga infeksi baru yang sebagian besar berasal dari populasi kunci dan pasangan seksual mereka.
Epidemi HIV/AIDS di Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang baik. Namun masih diperlukan upaya keras pada sistem kesehatan, khususnya yang menyasar pada populasi kunci agar epidemi HIV mampu mencapai getting to zero yang juga merupakan target SDGs di tahun 2030. Program getting to zero ini mencakup zero new infection, zero related deaths, dan zero discrimination.Â
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan mengakhiri epidemi AIDS di tahun 2030, negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membuat kesepakatan yang dikenal dengan The Fast-track Commitments (Strategi Fast Track). Adapun jalur cepat yang ditargetkan meliputi mengurangi jumlah infeksi baru HIV hingga kurang dari 500.000, mengurangi jumlah kematian karena AIDS hingga kurang dari 500.000, dan menghapus stigma dan diskriminasi karena AIDS pada tahun 2020.
Program untuk meralisasikan Fast Track Strategy di Indonesia Untuk mempercepat program UNAIDS yaitu pencapaian target fast track strategy di Indonesia melalui Rencana Aksi Nasional Pengendalian HIV 2015 -- 2019 dengan strategi meningkatkan cakupan layanan HIV/AIDS dan Inveksi Menular Seksual melalui LKB (Layanan Komprehensif HIV dan Iinveksi Menular Seksual yang Berkesinambungan) dan memperkuat sistem kesehatan nasional dalam pelaksanaan LKB (Layanan Komprehensif Berkesinambungan) HIV/AIDS dan Inveksi Menular Seksual. Untuk mempercepat tercapainya zero new infection HIV di Indonesia telah banyak rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan  lainnya yang tersedia layanan pengobatan ARV dan konseling HIV.
"Artikel ini sebagai salah satu syarat Tugas II Mata  kuliah Aktor Non Negara (Non State Actor) dengan Dosen Pengampu: Fadlan Muzakki, S.IP., M.Phil., LLM."
Sumber Referensi :
Nanda Putri Amalia (2022), Upaya Pencegahan HIV/AIDS Dalam Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs)
Febby Regina Rista Manopo (2019), UPAYA UNITED NATIONS PROGRAMME ON AIDS (UNAIDS) DALAM MENGAKHIRI EPIDEMI HIV/AIDS DI INDONESIA MELALUI FAST TRACK STRATEGY TAHUN 2015-2018
Sri Utami (2018), HIV/AIDS DALAM SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs): INSIDEN, PERMASALAHAN, DAN UPAYA KETERCAPAIAN DI INDONESIA
Tim Medis Siloam Hospitals (2023), HIV dan AIDS - Faktor Risiko, Gejala, dan Penanganannya di akses melalui https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-hiv
yankes.kemkes.go.id (2022), Ayo cari tau apa itu HIV di akses melalui https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/754/ayo-cari-tahu-apa-itu-hiv
unaids.org, About UNAIDS, di akses melalui https://www.unaids.org/en/whoweare/about
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H