gadis itu melangkah gembira, tersenyum lepas dipeluk bunga matahari
ia buang semua laranya
ia bunuh semua musuhnya
ia tikam waktu di sampingnya
ia lelap
dalam mimpi indahnya
melangkah ia dengan cepat mengejar apa yang diimpinya,
memburu dunia yang berputar seiring langkahnya berpijak
aku dengan gobloknya mencoba untuk merampas mimpi gadis itu
bukan itu,
bukan,
aku hanya ingin berada di dalam taman mimpinya, berjalan di sampingnya.
sayang, langkahku perlahan melayu bunga matahari di sekitaran.
semua mati,
mati,
mati,
terinjak hasrat butaku
gadis itu membunuh aku dalam taman mimpinya,
membuatku terbaring, bersama darah yang mengalir diserap akar-akar itu
karena aku adalah ancaman baginya
taman itu hanya untuknya seorang,
"Aku hembuskan pintu surgaku, tapi kau serakah."
maka maafkanlah,
maaf, maaf, maaf
yang terucap tanpa henti
"sudah biasa saja."
tapi tidak bagiku,
memperbaiki vas pecah itu
tidak akan sama seperti dahulu
apa kamu tahu keindahan di balik kerapuhan?
semua yang luruh, itu disusun lagi
menjadi tidak sempurna yang sempurna
aku mencoba itu,
sudah, kau bilang sudah
kesempatan itu sudah terperi
"urus sendiri hidupmu"
ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H