Mohon tunggu...
Muhammad Mutakin
Muhammad Mutakin Mohon Tunggu... -

Seorang Pengusaha Muslim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Huru-Hara di Akhir Tahun

30 Desember 2011   19:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:33 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selalu ada yang berbeda dengan bulan kedua-belas pada sistem penanggalan Masehi terhadap bulan-bulan sebelumnya, yaitu suasana yang lebih ramai dan lebih sibuk. Cobalah tengok aktifitas di sekitar terminal bus ibukota misalnya, berduyun-duyun orang untuk masuk ke dalam antrian pembelian karcis luar-kota. Ketika ditanya, mereka rata-rata menjawab bahwa niat pulang kampung kali ini adalah untuk merayakan tahun baru bersama keluarga.

“Habis nggak enak mas tahun baruan sendirian, kayak nggak afdhol, gitu!” Timpal seorang pemuda paruh-baya dengan suara mantap. Sementara ketika melongok daerah pusat perbelanjaan, euphoria justru bertambah semarak lagi. Mulai dari memasuki gerbang utama, pengunjung sudah disuguhi kata-kata sambutan yang terpasang melambai-lambai, “Happy New Year 2012 For All of You!” Dilanjutkan dengan setibanya di arena pertokoan, pengunjung dimanjakan lagi dengan spanduk besar-besar aneka warna, “Discount up 70% Off!”, “Buy One Get Some!”, atau yang lebih dahsyat lagi saat ditemukan slogan promosi yang menganjurkan, “ Shop Till You Drop!” Bukan main…

Bulan Desember yang diidentikan oleh banyak negara termasuk Indonesia, adalah kumpulan musim libur dan musim perayaan, seperti Hari Hak Azasi Manusia, Hari Ibu, Hari Natal, dan Hari Tahun Baru Masehi. Bahkan di bulan ini, daftar hari non-aktif di Indonesia bisa keroyokan datangnya–mulai dari Hari Libur Sekolah, Hari Cuti Bersama, Hari Shopping Keluarga, hingga Hari-hari Kejepit alias hari kerja yang diapit oleh beberapa hari libur. Alhasil, separuh dari tigapuluh hari terdiri dari tanggalan berwarna merah semua. Tapi belum cukup sampai disitu rupanya, saat musim kerja datang lagi—masih saja banyak orang yang sibuk mengakali agar liburan bisa sedikit  diperpanjang.

Keceriaan pun terlihat disana-sini. Wajah-wajah sumringah muncul setelah bebanan kerja satu tahun dibalas dengan gaji ke-tigabelas. Langkah-langkah kaki yang biasanya terseret-seret lunglai mengikuti pola jam kerja pergi subuh-pulang malam tampak sigap menyusuri lalu-lintas jalur luar kota yang super padat atau tiba-tiba sanggup untuk berthawaf mengelilingi lima lantai dari tiap gedung pertokoan yang begitu menggiurkan untuk disinggahi. Ya, kesenangan yang menimpa kadang memang membuat seseorang lupa akan banyak hal yang seharusnya dikerjakannya, seperti jadi lupa bahwa selama beberapa bulan sudah absen ke majelis ilmu, lupa bayar tunggakan hutang, lupa bersyukur, bahkan sampai lupa daratan.

Lalu bagaimanakah pandangan Islam dalam menyikapi perayaan tahun baru seperti yang sedang dinanti-nanti oleh sebagian besar masyarakat di beberapa hari ini?

Berkaitan dengan hal tersebut, Allah Ta’ala dalam firman-Nya yang berbunyi;

Artinya, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah duabelas bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. at-Taubah, 9:36)

Empat bulan haram yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.  Allah memasukkan keempat bulan itu dalam kelompok bulan-bulan haram dikarenakan pada bulan tersebut terdapat pelarangan untuk berperang, membunuh, dan melakukan perbuatan maksiat lainnya, bukanlah pula berarti perbuatan maksiat  boleh dilakukan di luar ke-empat bulan itu, akan tetapi ganjaran dosa yang diancamkan jauh lebih besar.

Dalam sistem penanggalan Islam sudahlah pasti tidak dikenal nama keduabelas bulan yang lebih dominan dihafal oleh umat di luar kepala, yaitu mulai Januari hingga Desember. Yang ada adalah Muharram, Shafar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah. Ketika kami coba bertanya kepada beberapa orang tentang nama-nama bulan dalam kalender Islam beserta urutannya, hampir serempak reaksi yang diperoleh sama yakni gelengan kepala tanda tak tahu. Sementara kaidah bahasa mengatakan: jika tidak tahu lalu bagaimana bisa menyayangi?

Penanggalan sistem Hijriyah mulai diterapkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab pada tahun 13-23 Hijriyah. Beliau memprakarsai penetapan perhitungan tahun yang didasarkan kepada peredaran bulan, sehingga terdapatlah dua pembagian jumlah hari dalam setiap bulannya yaitu bulan ganjil dan bulan genap. Sementara itu disandarkan penamaannya kepada momentum hijrah memiliki makna bahwa Islam tidak mengijinkan masuknya kesyirikan atau pemujaan terhadap seseorang dari pintu manapun dan sekecil apapun, sebab bisa saja penamaannya menjadi Tahun Umar bin Khattab bila dirujuk kepada siapa yang memprakarsainya. Di Jawa misalnya, salah satu suku di Indonesia yang juga memiliki sistem penanggalan sendiri ini menetapkan sebuah nama yang diambil dari seorang rajanya yang bernama Aji Saka, sehingga kemudian menamakannya Tahun Saka. Begitu pula dengan tahun Masehi yang hampir digunakan oleh seluruh negara, ia diciptakan kaum kafir dengan mengadopsi dari gelar yang diberikan kepada nabi Isa bin Maryam yaitu Al-Masih yang kemudian populer dengan sebutan Tahun Masehi.

Hijrah Rasulullah beserta kaum Muhajirin dari bumi Mekkah ke Madinah merupakan momentum sejarah yang teramat penting bagi perkembangan Islam selanjutnya. Terlebih setelah peristiwa eksodus tersebut kemajuan dunia Islam bisa mencapai kejayaannya, sehingga hal inilah yang menjadi pondasi yang tepat bagi penamaan tahun Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun