Aku hanya bisa terdiam dan merenung, air mata ini terus mengalir dan tak bisa ku hentikan. Betapa jahatnya aku, ridwan telah rela habis-habisan melakukan apa saja untukku, sedangkan revan belum tentu jelas pengorbanannya kepadaku malah ku terima. Kejadian tadi membuatku harus berani mengambil pilihan, pilihan diantara dua orang yang kusayangi antara ridwan dan revan. Dengan segera ku balas pesan singkat dari revan yang sempat tertunda.
“maafkan aku, aku ingin putus tolong jangan hubungi aku lagi”. Sms balasanku kepada revan. Aku harus tegas dan berani, mulai saat ini aku harus melupakan revan.
Usai kejadian itu, banyak sms masuk dari revan. Menanyakan banyak pertanyaan kepadaku namun tak satu pun sms nya yang ku balas.
Hari semakin malam, aku tak ingin terus-terusan begini. Seketika ku matikan handphone ku, ku ambil selimut hingga menutupi seluruh bagian tubuhku. Aku menangis tak tertahan atas kejadian ini yang telah menyakiti mereka berdua, revan dan ridwan. Sungguh aku benci diriku.
Keesokan harinya seperti biasanya, ridwan sms kepadaku meminta kepadaku agar bisa melupakan kejadian semalam. Ia begitu mencintaiku, aku beruntung memilikinya.
Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa malam kembali hadir di kehidupanku. Sejenak terbayang di pikiranku, aku ingin bertanya kepada tuhan apakah ridwan adalah jodoh yang terbaik untukku. Pikiran itu selalu berulang-ulang melintas dikepalaku. Aku langkahkan kaki menuju tempat wudhu, segera ku basahi wajahku dengan air wudhu. Kembalinya dari wudhu aku sesekali melihat dalam buku fiqh tata cara sholat istikhoroh, aku praktekan apa yang ku baca barusan. Dengan rendah hati dan berserah diri kepadaNya aku niatkan dan berharap kepadaNya agar engkau tunjukkan jalan yang terbaik untukku. Usai sholat istikhoroh dalam doaku tak henti-hentinya ku memohon dan berharap, Ya Rabb, beri aku petunjuk dan jalan yang terbaik amiin. Tanpa berfikir yang macam-macam aku langsung bergegas ke tempat tidurku dan mengakhiri segala aktivtasku dengan menikmati tidur yang nyenyak di malam nan indah.
Malam pun berganti pagi. Adzan subuh pun terdengar berkumandang. Aku terbangun dari tidurku, entah kenapa tidurku semalam membuatku bertanya-tanya. Seusai sholat subuh saat hendak membereskan tempat tidurku, tiba-tiba aku menemukan secarik kertas dengan tulisan yang indah. “irfan abdurrasyid” tulisannya yang tampak jelas kubaca. Hatiku mulai bertanya-tanya, “siapa dia? Apakah ini jawaban dan petunjuk dari sholat istikhorohku semalam, Ya Rabb tunjukkanlah hamba jalan yang terbaik”. Tanpa berfikir panjang aku meyakini saja bahwa apapun yang Allah berikan kepadaku semuanya adalah yang tebaik untukku.
Pagi harinya dengan segera aku menelpon ridwan, aku menceritakan semua yang terjadi subuh tadi. Tiba-tiba ia terdiam setelah mendengar ceritaku, dengan nada bersedu ia mulai berbicara kepadaku meminta agar tidak meninggalkannya. Bahkan saking khawatir aku meninggalkannya ia sampai berkata kalau ia akan meminta kepada tuhan untuk di jodohkan denganku, ia berjanji untuk berubah. Akan tetapi bukan senang yang aku rasakan saat ia berkata begitu namun aku malah berfikir dan bertanya dalam hati apakah ia mencintaiku karena hanya ingin memiliku dengan keegoisannya saja. Dengan singkat dan jelas aku berkata padanya “maaf aku tak bisa”ujarku dengan berani.
Beberapa hari kemudian usai kejadian yang terjadi padaku, statusku pun kini berubah menjadi single, aku akan menanti jodohku yang ku nantikan selama ini yang tuhan kirimkan jawabannya melalui secarik kertas di atas kasur, aku kan menunggu dan menunggu jodohku disini.
Minggu pun kini bergani bulan. Sudah satu bulan ini statusku masih single, setiap malam pun kini tak seperti biasanya. Ridwan pun tak seperti dulu yang selalu hampir setiap malam menelponku, pikiranku mungkin dia telah memiliki wanita lain dan melupakanku.sedangkan revan, entahlah aku sudah tak memikirkannya lagi.
Aku hanya bisa bersabar, hingga pada suatu ketika saat membuka facebook tiba-tiba ada chat yang masuk ke inbox facebookku. Ia adalah irfan abdurrasyid, tak kuduga namanya sesuai dengan tulisan yang waktu itu. Langsung saja ku baca pesan yang masuk ke inbox ku darinya, ia menanyakan kabarku dan basa basi seperti biasa. Setelah itu dengan iseng ku buka foto-foto di kronologi facebooknya, saat aku melihat fotonya sungguh tak kudugadan aku tak menyangga kalo dia adalah teman lamaku saat aku masih duduk di bangku 6 SD, namun ia dulu kelas 2 SMA.