Mohon tunggu...
Muhammad Mirza
Muhammad Mirza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Agroteknologi Universitas Sebelas Maret

Saya adalah penulis yang memiliki minat besar pada isu-isu sosial, pendidikan, dan lingkungan. Saat ini, saya sedang aktif dalam berbagai kompetisi penulisan dan video yang berfokus pada teknologi untuk pendidikan dan dampak lingkungan terhadap kesehatan. Saya percaya bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan positif, khususnya melalui inovasi teknologi dan kearifan lokal. Mari bersama wujudkan Indonesia Emas 2045 dengan solusi yang berkelanjutan dan berdampak!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memadukan Kearifan Lokal Internasional untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan

22 September 2024   22:04 Diperbarui: 22 September 2024   22:09 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanian berkelanjutan menjadi isu global yang semakin penting di tengah ancaman perubahan iklim, degradasi lahan, dan kebutuhan pangan yang meningkat. Salah satu pendekatan yang menarik perhatian adalah integrasi kearifan lokal internasional dalam praktik pertanian. Kearifan lokal mencerminkan praktik pertanian yang telah berlangsung selama ribuan tahun, diwariskan secara turun-temurun, dan terbukti menjaga keseimbangan ekosistem.

Sebelum mendalami lebih lanjut mengenai konsep pertanian berkelanjutan, tinjau terlebih dahulu 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), yang merupakan agenda pembangunan global yang telah disetujui oleh negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hal ini memiliki hubungan erat dengan tujuan SDGs nomor 2, 12, dan 15. Target SDG 2 mencakup pencapaian ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta promosi pertanian berkelanjutan. 

Selain itu, SDG nomor 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) serta SDG nomor 15 (Melestarikan Ekosistem Darat) juga berhubungan erat dengan aspek pertanian berkelanjutan. Konsep SDGs juga berfungsi sebagai panduan bagi negara-negara dalam merumuskan kebijakan dan alokasi pendanaan untuk 15 tahun ke depan, hingga 2030. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia melalui kementerian-kementeriannya mulai menerapkan konsep tersebut, salah satunya yang menjadi fokus Kementerian Pertanian adalah pertanian berkelanjutan atau Sustainable Agriculture.

Pertanian berkelanjutan adalah sistem pertanian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Konsep ini mengutamakan praktik yang ramah lingkungan, menjaga keseimbangan ekosistem, meminimalkan penggunaan bahan kimia berbahaya, dan mempromosikan kesejahteraan sosial serta ekonomi bagi petani dan masyarakat. Sedangkan kearifan lokal adalah pengetahuan dan praktik yang berkembang di suatu komunitas atau wilayah berdasarkan pengalaman dan tradisi turun-temurun yang terbukti efektif dalam menjaga keseimbangan alam. 

Kearifan lokal umumnya dipraktikkan oleh masyarakat adat, petani kecil, dan komunitas tradisional di berbagai negara yang mengandalkan pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama. Kearifan lokal internasional mencakup berbagai metode pertanian tradisional yang diadaptasi oleh komunitas di seluruh dunia untuk menghadapi tantangan lingkungan spesifik mereka. Di era modern, pengetahuan ini menjadi sangat relevan karena dapat diintegrasikan dengan teknologi baru untuk mengatasi masalah global seperti perubahan iklim, degradasi lahan, dan ketahanan pangan. Contoh seperti sistem agroforestri, terasering, dan rotasi tanaman menjadi solusi yang dapat diterapkan di berbagai konteks pertanian untuk meningkatkan keberlanjutan.

Kearifan Lokal Internasional dalam Pertanian Berkelanjutan

  • Sistem Agroforestri di Amerika Latin

Agroforestri adalah praktik mengombinasikan tanaman dengan pepohonan, menciptakan ekosistem pertanian yang lebih tahan terhadap perubahan iklim. Petani di wilayah Amazon, misalnya, telah lama mempraktikkan agroforestri dengan menanam berbagai jenis tanaman bersama-sama dengan pohon besar. Hal ini meningkatkan biodiversitas, menjaga kelembaban tanah, dan mengurangi risiko erosi. Sistem ini dapat diadopsi oleh petani di seluruh dunia sebagai alternatif untuk monokultur yang rentan terhadap kerusakan lingkungan

  • Teknik Terasering di Asia Tenggara

Terasering yang terkenal di daerah pegunungan seperti Bali dan Filipina adalah contoh kearifan lokal yang mampu mengatasi tantangan lahan miring. Dengan membuat teras di sepanjang bukit, petani mampu mencegah erosi tanah dan memaksimalkan penggunaan air. Ini juga mengurangi risiko longsor di musim hujan dan memanfaatkan curah hujan secara lebih efisien. Teknik ini relevan untuk diterapkan di wilayah-wilayah yang menghadapi masalah kemiringan lahan dan kelangkaan air.

  • Rotasi Tanaman di Afrika Sub-Sahara

Afrika, petani tradisional telah lama menerapkan rotasi tanaman sebagai cara untuk menjaga kesuburan tanah. Dengan mengganti tanaman yang ditanam setiap musim, nutrisi tanah dapat pulih, dan risiko serangan hama berkurang. Praktik ini juga membantu mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang merusak ekosistem.

Mengapa kearifan lokal penting untuk pertanian berkelanjutan?

Kearifan lokal penting karena mampu Meningkatkan biodiversitas dan kesehatan ekosistem,  memaksimalkan penggunaan sumber daya alam (air dan tanah), mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya, serta adaptif terhadap perubahan iklim. Serta perlu juga untuk mengintegrasikan kearifal lokal dengan teknologi modern. Hal ini penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas praktik pertanian, memanfaatkan data dan teknologi untuk mengelola sumber daya alam dengan lebih baik, dan mengoptimalkan hasil pertanian. Menjawab tantangan perubahan iklim dalam pertanian berkelanjutan, integrasi kearifan lokal dengan teknologi modern dapat menjadi solusi efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun