Mohon tunggu...
MUHAMMAD MARDANUNG NUR ILHAMI
MUHAMMAD MARDANUNG NUR ILHAMI Mohon Tunggu... Lainnya - Just students

Ngantuk pengen sare

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tugas Analisis Teks Cerita Sejarah Kerajaan Majapahit

28 Oktober 2024   11:26 Diperbarui: 29 Oktober 2024   18:40 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Muhammad Mardanung

No : 22

Kelas : XII-4

A. Analisis Struktur Teks Cerita Sejarah

1. Orientasi (Pengenalan)
“Kerajaan Majapahit merupakan lanjutan dari Kerajaan Singasari yang didirikan Ken Arok.”
“Kerajaan Singasari runtuh akibat pemberontakan Bupati Gelanggelang (Madiun) Jayakatwang pada 1292.”
Analisis:
Orientasi ini sudah jelas dan lengkap karena memperkenalkan tokoh-tokoh penting seperti Ken Arok, Raden Wijaya, dan Jayakatwang, serta memberikan latar waktu dan latar tempat (abad ke-14 di Jawa). Bagian ini juga menjelaskan situasi politik yang menjadi latar awal cerita.

2. Komplikasi (Masalah atau Konflik Muncul)
“Kerajaan Singasari runtuh akibat pemberontakan Jayakatwang pada 1292.”
“Setelah Singasari runtuh, Raden Wijaya melarikan diri bersama tiga sahabatnya yakni Sora, Nambi, dan Ranggalawe.”
“Raden Wijaya mencari perlindungan dan akhirnya membuka desa baru di Hutan Tarik.”
Analisis:
Komplikasi muncul ketika Raden Wijaya kehilangan kekuasaan dan menghadapi ancaman dari Jayakatwang, sehingga ia harus mencari perlindungan dan menyusun strategi untuk merebut kekuasaan kembali. Bagian ini sudah jelas dan memadai, karena menampilkan konflik awal dan perjuangan sang tokoh.

3. Klimaks (Puncak Konflik)
“Tentara Mongol tidak tahu perubahan politik di tanah Jawa dan dimanfaatkan oleh Raden Wijaya.”
“Bersama pasukan Mongol, Raden Wijaya menyerang Jayakatwang dan berhasil mengalahkannya.”
Analisis:
Klimaks terjadi ketika Raden Wijaya bekerja sama dengan pasukan Mongol untuk mengalahkan Jayakatwang, dan setelah itu berbalik melawan pasukan Mongol sendiri. Ini adalah titik paling penting dalam cerita karena menentukan keberhasilan Raden Wijaya dalam merebut kembali kekuasaan. Bagian ini sudah tepat sebagai klimaks.

4. Resolusi (Penyelesaian)
“Pada tanggal 10 November 1293, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit dan dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.”
“Kerajaan Majapahit tetap berpusat di Trowulan, yang kini berada di Kabupaten Mojokerto.”
Analisis:
Bagian ini menunjukkan bahwa Raden Wijaya berhasil mendirikan Kerajaan Majapahit dan menjadi raja pertama. Ini adalah penyelesaian yang jelas dan memberikan penutup logis bagi rangkaian konflik yang terjadi sebelumnya.

Secara keseluruhan, teks ini hampir lengkap. Semua komponen seperti orientasi, komplikasi, klimaks, dan resolusi telah disampaikan dengan runtut dan jelas. Namun, akan lebih baik jika bagian koda ditambahkan pada teks cerita sejarah di atas

penambahan koda pada teks di atas

Koda (Penutup)

Kerajaan Majapahit berkembang menjadi kerajaan terbesar di Nusantara, bahkan kekuasaannya meluas hingga mencakup wilayah-wilayah luar Jawa. Pendirian Majapahit oleh Raden Wijaya membuka babak baru dalam sejarah Nusantara, yang menjadi cikal bakal persatuan wilayah yang kita kenal sebagai Indonesia. Hingga kini, jejak-jejak kejayaan Majapahit tetap dikenang dan dipelajari, menginspirasi bangsa untuk bersatu dalam keberagaman, seperti yang pernah diupayakan oleh para leluhur.

B. Analisis Unsur Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

1. Kalimat Bermakna Lampau:

"Kerajaan Singasari runtuh akibat pemberontakan Bupati Gelanggelang (Madiun) Jayakatwang pada 1292."
"Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja Majapahit yang pertama."

Kata-kata seperti "runtuh," "dinobatkan," menunjukkan bahwa peristiwa tersebut telah terjadi di masa lalu.

2. Konjungsi Temporal:
"Setelah Singasari runtuh, Raden Wijaya melarikan diri..."
"Pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit."
Kata-kata seperti "setelah," "pada tanggal," dan "yang bertepatan" menunjukkan urutan waktu dalam cerita sejarah.

3. Kalimat Langsung:
Tidak ada contoh kalimat langsung dalam teks tersebut. Biasanya kalimat langsung muncul dalam dialog tokoh, tetapi dalam teks ini lebih banyak narasi tanpa dialog.


4. Kalimat Tak Langsung:
"Raden Wijaya berhasil memikat hati penduduk untuk tinggal di tempat baru."
"Atas bantuan kepala desa, Raden Wijaya diterima berlindung kepada Arya Wiraja di Sumenep."
Kalimat ini menceritakan ucapan atau pandangan tokoh secara tidak langsung.

5. Kata Kerja Mental:
"memikat hati penduduk": menunjukkan sikap mental Raden Wijaya dalam menarik perhatian penduduk.
"tertolong oleh pasukan Mongol": menggambarkan sikap dan respon terhadap situasi.

6. Kata Kerja Material:
"melarikan diri," "menyerang," "membuka," "mendirikan," menggambarkan tindakan fisik yang dilakukan tokoh dalam cerita.

7. Kata Sifat:
"baru," "pahit" menggambarkan karakteristik tempat dan objek yang ada dalam cerita, seperti "buah maja yang berasa pahit."

8. Kata Kiasan/Majas
Majas tidak banyak digunakan dalam teks ini. Namun, jika ditambahkan, mungkin akan membuat teks lebih hidup dan menarik, seperti menambahkan kiasan "Raden Wijaya seperti singa yang menyusun kekuatan untuk merebut takhtanya kembali."

C. Modifikasi Teks Cerita Sejarah

Cikal bakal Nusantara lahir dari Kerajaan Majapahit yang berkembang hebat di abad ke-14. Bagaimana awal mula berdirinya Majapahit? Dikutip dari Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa (2019), Kerajaan Majapahit merupakan lanjutan dari Kerajaan Singasari yang didirikan oleh Ken Arok.

Kerajaan Singasari runtuh akibat pemberontakan Bupati Gelanggelang (Madiun), Jayakatwang, pada 1292. Setelah Singasari runtuh, Raden Wijaya melarikan diri bersama tiga sahabatnya yakni Sora, Nambi, dan Ranggalawe. “Kita harus segera menemukan tempat berlindung sebelum pasukan Jayakatwang menangkap kita,” ujar Raden Wijaya kepada ketiga sahabatnya dengan cemas.

Raden Wijaya adalah putra pangeran dari Prabu Guru Darmasiksa, Raja Sunda Galuh, sedangkan ibunya adalah putri Mahisa Campaka dari Kerajaan Singasari.

Saat melarikan diri, Raden Wijaya sampai di desa Kudadu. Kepala desa Kudadu berkata, “Tuan Raden, kami akan membantu kalian. Tetaplah di sini untuk sementara waktu sampai keadaan aman.” Setelah itu, atas saran kepala desa, Raden Wijaya pergi menemui Arya Wiraraja di Sumenep.

Arya Wiraraja menyambut Raden Wijaya dan berkata, “Saya akan membantu Anda kembali berkuasa. Saya akan mengajukan permohonan kepada Jayakatwang agar Anda diizinkan membuka lahan baru di hutan Tarik.”

Jayakatwang akhirnya mengabulkan permohonan Arya Wiraraja. Raden Wijaya pun mendirikan sebuah desa di hutan tersebut. Ia menamai desa itu Majapahit karena banyak pohon maja di sana yang berbuah pahit. “Nama Majapahit akan menjadi awal dari perjuangan kita,” ujar Raden Wijaya dengan penuh tekad.

Penduduk dari Tumapel dan Daha mulai berdatangan untuk tinggal di Majapahit. Raden Wijaya mengumpulkan para sahabatnya dan berkata, “Kita harus bersiap merebut kembali kekuasaan. Jayakatwang harus tumbang.”

Saat itu, datang pasukan Mongol yang dikirim untuk menghukum Kertanegara, Raja Singasari sebelumnya, karena telah menghina utusan Kaisar Khubilai Khan. Raden Wijaya melihat peluang dan berkata kepada para panglima Mongol, “Saya akan membantu kalian mengalahkan Jayakatwang.”

Dengan bantuan Raden Wijaya, pasukan Mongol yang dipimpin Shih-pi, Ike Mese, dan Kau Hsing berhasil membunuh Jayakatwang. Namun, setelah Jayakatwang tewas, Raden Wijaya berbalik melawan tentara Mongol. “Saatnya kita usir mereka dari tanah Jawa!” seru Raden Wijaya kepada para pengikutnya. Pasukan Mongol terpaksa mundur dan meninggalkan Jawa.

Pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka, yang bertepatan dengan 10 November 1293, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit. “Mulai hari ini, Majapahit akan menjadi kerajaan yang besar,” ucap Raden Wijaya dalam upacara penobatannya. Ia mengambil gelar Kertarajasa Jayawardhana sebagai raja pertama Majapahit. Pusat kerajaan ini berada di Trowulan, yang kini termasuk wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun