Smelter/pabrik pengolahan khusus besi memang belum ada di Indonesia (?), (setidaknya di pulau Jawa atau Sumatera). Dalam Blue Print industry NTB KSB dipusatkan untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pertambangan.
Industri tambang memang khusus porsi perusahaan bersala besar. Namun kebutuhan sandang papan pakaian dan kebutuhan bahan makanan sehari-hari belum sepenuhnya bisa disuplai dari dalam P. Sumbawa. Masih sangat bergantung dari wilayah lain.
Desain hubungan saling menguntungkan dan saling membutuhkan antara IKM/UMKM dengan industri besar mendesak untuk segera disusun. Seperti diketahui IKM merupakan cluster tersendiri dalam peta jalan pengembangan industri NTB. Berbeda dengan industri kayu putih terbesar di dunia di kaki Tambora/Bima sebagian menyerap hasil perkebunan rakyat di samping kebun sendiri untuk menjaga ritme kesinambungan produksi.
Ada pun mesin-mesin industri sederhana ramah lingkungan yang disiapkan IKM selama ini masih dalam tahap  mendukung produksi  masyarakat umum termasuk nelayan. Ke depan harus mampu menjadi penopang utama kebutuhan industri besar, sehingga efek ganda (multiplier effect) kehadiran mereka dapat menciptakan titik-titik pertumbuhan baru. Apalagi Gubernur Zul telah mendirikan Science Technology, Industrial Park (STIP) Banyumulek, Lombok Barat sebagai inkubasi bisnis. (M. Mada Gandhi).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H