Bermimpilah Murtado malam itu, dia bertemu seorang tua gagah, memberi kata pada Murtado siap memberi kekuatan dan pertolongan dengan syarat Murtado sendiri harus rela menjadi korban.
Dengan syarat bahwa Murtado harus melepaskan kalung bertuliskan kalimat rajah suci dari uwaknya. Murtado pun sedia melakukannya, berkat mengambil pertolongan itu.
Dia mengambil pertolongan itu, dan berubah dia malam itu jadi terbakar macam api. Memiliki kesaktian macam api. Ditebas, ditebak, dibom, tak mempan. Tak ada yang bisa menyentuhnya. Dia tak terkalahkan. Dia mencuri kuda untuk melarikan diri malam itu. Kuda yang dia sentuh berubah jadi merah membara macam api. Dia melarikan diri tak ketangkap sampai sekarang.
Tapi setiap malam Murtado harus berubah macam itu, dan pernah dilihat oleh penduduk berjaga dan kompeni melintas di dekat sumur tua, seperti merah membara pakaian dari Murtado dan menyala api sekujur tubuh dan kudanya. Menghilang seperti dilelap angin sekejap mata. Setiap bekas dari tapak kuda menimbulkan api di tanah dan rumput. Membakar gudang persediaan Belanda.
Murtado hidup abadi dan memperoleh keberadaan di dua dunia. Dia pun sakti tak terkalahkan. Meninggalkan anak istri. Tetapi kadang menengok rumah dan keturunannya di depan rumah anak cucunya sambil mengendarai kuda merah api membara. Orang-orang memanggil dengan sebutan Jaran Gondol. Kuda curian yang hilang sampai sekarang milik kompeni penjajah.
2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H