Mohon tunggu...
Muhammad Lazuardi
Muhammad Lazuardi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMAN 28 Jakarta XI IPS 1

Muhammad Lazuardi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Aku, Si Baik Hati dan Polos

22 November 2020   22:33 Diperbarui: 22 November 2020   22:52 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Mentari datang seperti biasanya, menyambut para penghuni bumi yang masih terpejam menikmati bunga tidur mereka sendiri dan juga memberikan semangat kepada penghuni bumi yang sudah melakukan aktivitasnya. Tepat saat itu juga jagoan ayahku tidak pernah lupa dengan tugasnya yaitu memberi sinyal kepada seluruh keluarga kami karena hari sudah menjelang pagi dengan cara berkokok, ditambah suara cicit burung yang berterbangan dan suara bising tetangga yang sedang beraktivitas. Itu semua memberikan suasana yang selalu aku dapat selama aku tinggal disini, yaitu kehidupan di desa.

Aku masih terlelap dengan berlindung di bawah selimut kesayanganku, hingga pada saatnya terdengar suara ketukan pada pintu kamarku yang sedikit membuatku sadar dari alam mimpiku.

"Miraaaa, bangun atuh sayang ini udah pagi, engga baik neng geulis jam segini masih bobo, buruan bangun kamu teh hari ini kan ada kegiatan di kampung sebelah," ujar emakku sambil mengetuk pintu kayu kamar milikku. Mendengar suara dari emakku membuat aku sedikit membuka matanya sekedar menyesuaikan alam mimpi dengan kehidupan.

"Emangnya sudah jam berapa atuh Mak? Mira teh masih ngantuk sekali," tanyaku lalu membangunkan badan sendiri untuk duduk di pinggir tempat tidurku.

"Sudah jam enam ini, kegiatannya juga mulai jam delapan, cepat mandi habis itu langsung sarapan, emak udah masakin makanan kesukaanmu, ayam goreng sambal ijo, bisa buat bekal nanti disana," ujar si emak sambil menjauhi depan kamarku. Segera saja aku mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi, seperti biasa aku tidak akan lama-lama dalam mandi karena air di desa sangat dingin bagiku, yang bisa membuatku sakit nantinya jika mandi dalam waktu yang lama.

Tidak aku sangka persis depanku sekarang, banyak sekali hidangan makanan yang dibuat oleh emak.

"Mak, ini makanan segini banyak buat apa atuh?" Tanyaku kepada emak, karena aku terheran-heran, tidak seperti biasanya emak masak segini banyak.

"Kamu lupa ya? Kan hari ini kamu ada kegiatan di kampung sebelah, yang pastinya emak akan masak banyak dan dibagikan juga untuk warga-warga kampung sebelah, memberi dengan apa yang kita punya, itu perbuatan yang disukai oleh Tuhan," jelas emakku.

Mendengar penjelasan itu membuat aku diam sejenak sambil menatap makanan-makanan tepat di atas meja makan, aku bertanya kepada diriku sendiri, 'emang makanan segini cukup ya? Masalahnya warga kampung sebelah itu banyak, yang pastinya tidak akan cukup' tanyaku dalam hati.

Emak yang melihat aku terdiam, segera saja menghampiriku dan menepuk pundak aku seraya berkata. 

"Kenapa diam Mira? Memikirkan makanan ini cukup atau tidak ya? Kamu tenang saja, makanan ini hanya untuk warga yang terlibat dalam kegiatan nanti," aku semakin terbuat heran, bagaimana bisa emakku tahu isi hatiku. 

"Ya sudah kalau begitu, bantu emak masak yuk, agar cepat selesai juga dan kita dapat datang tepat waktu disana," ajak emak sambil memberikanku centong nasi ke tanganku. Tak pakai lama, aku bangkit dari kediamanku dan segera membantu emakku dengan penuh semangat.

Aku bersenandung merdu layaknya kembang desa yang memiliki suara yang enak didengar dengan paras yang menawan, dan berharap orang-orang yang kulewati, terfokus kepada diriku yang sedang bernyanyi ini. Namun nyatanya tidak ada yang peduli, bahkan emakku yang berada di sampingku hanya tersenyum lucu melihat diriku ini. Bahkan emakku pernah bilang ke diriku, bahwa aku ini hanyalah anak usia 12 tahun yang polos. 

Tapi aku tidak pernah merasa kalau aku ini anak polos, buktinya sekarang aku sudah bisa membawa barang-barang yang akan digunakan kegiatan di kampung sebelah nanti dengan tanganku sendiri. Dan aku pun melanjutkan nyanyian yang belum sempat aku selesaikan, kuharap aku bisa terkenal dan sukses menjadi penyanyi suatu saat nanti.

Selama di perjalanan, langkah demi langkah, aku menoleh kanan dan kiri sekedar melihat suasana desa yang menyejukkan hati, warga di desa ini sangat senang membantu sama lain, tawa yang keluar dari mulut mereka menjelaskan sifat mereka yang ramah dan suka bertukar kelucuan satu sama lain, 'senangnya diriku menjadi anak desa' batinku. 

Hingga suatu saat ada seorang kakek yang mengambil arah tatapanku, dia sedang berteduh di bawah pohon yang rindang dengan topi di tangannya, lalu ia gerakkan ke arah badannya sekedar menghilangkan rasa gerah yang melanda. Dengan cepat aku menarik tangan emakku dan menghampiri kakek yang sedang berteduh tadi.

"Kakek, ini ada minum dan cemilan sedikit dari Mira, aku tahu kalau kakek sedang capek, jadi Mira kasih minum dan cemilan ini, agar tubuh kakek kuat lagi," ujarku sambil tersenyum dan memberikan air mineral dengan cemilan yang sempat aku makan tadi di jalan.

"Terima kasih nak, tapi kakek sudah punya air minum dan makanan sendiri, kakek disini cuman sekedar neduh dan ingin menghirup udara yang segar dari pohon ini, jadi minuman dan cemilan ini buat Mira aja, kakek sudah punya sendiri," tolak halus kakek

"Kalau begitu tidak apa-apa, kakek bisa menyimpan ini buat nanti siang saja," ujarku sambil tersenyum manis kepada kakek

"Kamu memang anak yang baik hati dan polos ya Mira, ya sudah kalau begitu kakek terima pemberian dari Mira, tapi...(sambil merogoh kantung baju sendiri), Mira harus menerima hadiah dari kakek juga ya, semoga Mira jadi anak yang selalu berbakti kepada orang tua dan sukses di masa depan," cakap kakek sambil memberikan permen mainan kepadaku.

"Terima kasih banyak kakek, semoga kakek selalu diberi kesehatan dan banyak rezeki ya," cakap emakku

"Ya sudah kalo begitu, kami permisi dulu ya, yuk Mira kita jalan lagi," ajak emakku

Dengan cepat aku langsung mengikuti emakku dan tidak lupa salim kepada kakek tadi sebagai tanda terima kasih. Baru saja beberapa langkah, aku langsung memasukkan permen mainan tadi ke dalam mulutku.

"Yahhh, permennya tidak bisa dimakan," cemberut aku sambil melihat permen mainan yang ku pegang. Emakku yang melihat aku cemberut langsung berkata.

"Mira Mira, kamu ini memang anak yang baik dan polos, persis kakek yang tadi bilang ke kamu, sudah tau itu permen mainan, lalu kenapa kamu masukkan ke dalam mulut," ejek emakku sambil tersenyum jahil.

'huft, benar sepertinya aku ini memang anak yang polos namun tertutupi dengan sifat yang baik ini' batinku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun