Selanjutnya bagaimana kaitannya dengan investasi di pasar saham dengan mindset seperti seorang pengusaha?. Berapa waktu yang diperlukan agar bisa balik modal (artinya bisa naik 100%)?. Ini memerlukan horizon investasi yang tidak pendek. Investor bisa melakukan riset kecil-kecilan (feasibility study) terhadap saham-saham yang sesuai dengan sector yang menjadi kompetensinya. Jika sudah mengetahui kompetensinya kemudian secara short cut agar bisa balik modal lebih cepat maka carilah saham-saham yang sudah turun tajam dari level puncaknya. Ini akan memberikan peluang dimana probability turunnya sudah lebih kecil dibandingkan dengan probability naiknya.
Terdapat 5 penyebab harga saham dalam trend naik atau turun yakni 1) kinerja fundamental, 2) valuasi, 3) sentiment, 4) ekspektasi dan 5) terjadinya ekspansi/tergerusnya ROE (return on equity). Kinerja fundamental bisa naik disebabkan oleh berhasilnya ekspansi emiten dengan tingkat keuntungan yang sesuai harapan. Sedangkan kinerjanya bisa menurun disebabkan oleh persaingan yang semakin ketat sehingga emiten mengorbankan margin nya agar bisa mempertahankan pangsa pasarnya supaya tetap menjadi market leader.
Dalam prakteknya pergerakan harga saham akan selalu berkorelasi positif dengan kinerja fundamentalnya. Jika kinerja fundamentalnya meningkat maka harga saham otomatis juga akan naik. Sebaliknya jika kinerja fundamentalnya melemah maka harga saham juga akan ikut menurun.
Jika ada harga saham yang memiliki korelasi negative maka perlu dicari tahu apa yang menyebabkan harga saham tidak bergerak linier dengan kinerja fundamentalnya. EPS naik namun harga saham mendatar atau bahkan turun. Jika ini terjadi mungkin ada factor x yang menyebabkan harga saham tidak bergerak berbanding lurus dengan kinerja fundamenlnya seperti factor pemegang saham pengendali, di masa lalu pernah terjadi fraud, tidak pernah membagikan dividend dan lain-lain.
Seperti dijelaskan diatas, selain factor x, pergerakan harga saham yang tidak linier dengan kinerja fundamentalnya kemungkinan disebabkan oleh valuasinya yang sudah kemahalan dibandingkan sektornya atau pun historicalnya atau sentiment dan ekspektasi yang terlalu negative terhadap emiten yang bersangkutan. Bisa jadi juga disebabkan oleh mulai tergerusnya ROE. Ini bisa terjadi dimana emiten melakukan ekspansi dengan melakukan right issue, namun tingkat keuntungan yang diperoleh tidak sesuai seperti yang diharapkan sehingga menurunkan tingkat ROE.
Maka yang menjadi PR investor adalah carilah saham-saham yang salah trend. Kinerja fundamental meningkat namun harga sahamnya stagnan atau bahkan berbanding terbalik. Carilah penyebabnya bukan karena factor x seperti dibahas diatas namun tidak linearnya harga saham dengan kinerja fundamentalnya hanya karena sentiment negative semata, ekspektasi yang terlalu negative yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan ataupun kinerja triwulanan serta dengan ROE dan valuasi yang masih reasonable. Lalu perkirakan apakah pergerakan harga saham tersebut akan membentuk pola V shape ataukah U shape. V shape akan terjadi jika harga saham akan cepat berbalik arah. Sedangkan U shape, trend harga saham akan cenderung stagnan dalam waktu yang lama sebelum kembali mengalami peningkatan harga merefleksikan kinerja fundamentalnya yang bertumbuh. Kemudian hitunglah kira-kira butuh waktu berapa tahun agar bisa balik modal (atau naik 100%).
Ukur juga toleransi resiko, maksudnya seberapa besar kita sebagai investor bisa menerima penurunan harga saham yang bisa ditoleransi. Setiap orang berbeda-beda terhadap toleransi resiko. Ada yang mentolerir resiko penurunan 10-20% atau ada yang lebih asalkan memiliki confident level yang tinggi terhadap emiten yang bersangkutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI