Yang lebih menarik lagi masih banyak lagi pemikiran dari para sarjana Muslim tersebut yang mirip, bahkan sama, dengan pemikiran dari para sarjana Muslim tersebut yang mirip, bahkan sama, dengan pemikiran para sarjana Barat yang hidup ratus-ratus tahun kemudian.
B. Perekonomian Arab Pada Masa Pra-islam
Penyelidikan mengenai sejarah peradaban manusia dan darimana asal Usulnya sesungguhnya masih ada hubungannya dengan zaman kita sekarang ini. Penyelidikan tersebut telah lama dan menetapkan, bahwa sumber peradaban sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu adalah Mesir. Zaman sebelum itu dimasukkan orang kedalam kategori pra-sejarah. Oleh karena itu sukar sekali akan sampai kepada suatu penemuan yang ilmiah. Sarjana-sarjana ahli purbakala (arkeologi) kini Kembali mengadakan pengalian-penggalian di Irak dan Suria dengan maksud mempelajari soal-soal peradaban Aisia dan Funisia serta menentukan zaman permulaan dari pada kedua macam peradaban ituÂ
Apapun yang telah diperoleh oleh sarjana-sarjana arkeologi dalam bidang sejarah itu, sama sekali tidak akan mengubah sesuatu dari kenyataan yang sebenarnya, yang dalam penggalian benda-benda kuno Tiongkok dan Timur jauh belum memperlihatkan hasil yang berlawanan. Kenyataan ini ialah bahwa sumber peradaban pertama baik mesir, funisia atau Asiria atau Yunani, juga tidak pernah mengubah tujuan dan perkembangan peradaban-peradaban dunia sekarang, masa hidup kita sekarang ini, masih erat sekali hubungannya dengan peradaban pertama itu.Â
Masyarakat Arab kita ketahui sangat dekat dengan dunia bisnis atau perdagangan. Sebelum Islam hadir, biasanya bangsa Arab menopang hidupnya dengan melakukan jual beli. Pasalnya, mereka tak memiliki sumber daya alam yang dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup. Â Â Â Â Â Â
Melihat sebagian besar tanah Arab merupakan kawasan tandus dan gersang. Mereka tidak bisa mengelola pertanian, kecuali di beberapa kawasan kecil yang lahannya subur. Meski dipenuhi padang pasir, lokasinya sangat strategis di tengah-tengah belahan dunia. Di sanalah pertemuan jalur perdagangan dunia antara Timur Jauh dan Barat. Di darat, jalur perdagangan dari India melalui Asia Tengah kemudian ke Iran, Irak, dan Laut Tengah. Begitu pun jalur laut, melalui teluk Arab dan sekitar jazirah ke Laut Merah. Jadi tak heran jika kemudian perdagangan menjadi andalan perekonomian bangsa Arab. Dalam surat al-Quraisy Allah mencontohkan dari kaum Quraisy yang telah mampu menjadi pemain global dengan segala keterbatasan sumber daya alam di negeri mereka. Allah berfirman, "Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Yaitu) kebiasaan melakukan perjalan dagang pada musim dingin dan musim panas." Para ahli tafsir, baik klasik, seperti al-Thabari, Ibn Katsir, Zamakhsyari, maupun kontemporer, seperti, al-Maraghi, az-Zuhaily, dan Sayyid Qutb, sepakat perjalanan dagang musim dingin dilakukan ke utara, seperti Syria, Turki, Bulgaria, Yunani, dan sebagian Eropa Timur. Sementara, perjalanan musim panas dilakukan ke selatan, seputar Yaman, Oman, atau bekerja sama dengan para pedagang Cina dan India yang singgah di pelabuhan internasional Aden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H