Mohon tunggu...
Muhammad isra
Muhammad isra Mohon Tunggu... Mahasiswa - selalu berusaha

tiakar,kecamatan guguak,KAB.50 kota

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merinding, di Balik Kisah Lobang Jepang

16 Desember 2021   19:10 Diperbarui: 16 Desember 2021   19:21 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bukittinggi - Liburan ke Bukittinggi, tak sedikit traveler yang mampir ke Lubang Jepang. Lobang jepang merupakan salah satu objek wisata di Kota Bukittinggi, Sumatera barat, lobang jepang ini merupakan terowongan yang di gunakan untuk tempat berlindung dan kepentingan pertahanan tentara jepang pada saat itu, pembuatan lobang jepang menggunakan tenaga rakyat Indonesia dibawah paksaan tentara jepang. Walau sudah jadi tempat wisata, lubang itu menyimpan kisah kelam di masa lalu.

Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 10.00 pagi. Perjalanan pun dimulai lebih dulu ke Taman Panorama yang menghadap Ngarai Sianok. Taman Panorama menjadi salah satu akses untuk masuk ke Lubang Jepang yang juga diminati sebagai objek wisata.

Seperti diketahui, Lubang Jepang merupakan terowongan atau bungker pertahanan yang dahulu dipakai oleh Jepang di Bukittinggi sekitar tahun 1942 silam. Lubang ini pun menjadi salah satu yang menceritakan tentang kekejaman penjajahan Jepang.

Kami dan rombongan pun mulai masuk ke Lubang Jepang, dengan pemandu jalan "Ini aslinya kotak, diubah Pemda jadi sepeti ini. Yang bikin ini bukan asli jepang, yang desain orang Jepang," ujarnya sambil menunjukkan bentuk dinding terowongan yang mengarah turun.

Dijelaskan oleh pemandu, "dahulu Lubang Jepang ini dibuat oleh tenaga kerja paksa atau Romusha yang didatangkan dari tiga daerah berbeda di Indonesia, yaitu pulau jawa, kaoimantan danbsulawesi. Alasannya karena mereka tidak tahu Bukittinggi, tidak bisa komunikasi juga karena masih pakai bahasa daerah masing-masing," terang pemandu.

Fakta unik lainnya, lubang ini disebut-sebut sebagai terowongan terpanjang di Asia dengan total panjang hingga 8 Km. Di dalamnya terdapat sekitar 21 lorong kecil dengan berbagai fungsi.

Di dalam lubang jepang ada sekitar 21 lorong dengan masing-masing fungsi, ada yang jadi ruang amunisi, ruang pertemuan, lubang pelarian, lubang mata-mata hingga penjara.

Secara teknis, terowongan di Lubang Jepang memang sudah diperluas oleh Pemda. Beberapa ruangan yang dahulu menjadi tempat amunisi sudah diberi papan penanda hingga terali untuk mencegah vandalisme.

Setelah melewati lorong dan melewati ruang amunisi, perjalanan pun kembali dilanjutkan ke satu ruang yang menjadi penjara di masa lalu. Di ruang itu, para tahanan disiksa tanpa diberi makan minum.

"Penjara itu bentuknya Letter L, dulu pintunya pakai rotan belum besi seperti sekarang. Mereka disiksa, gak dikasih makan minum," cerita pemandu.

Tepat di samping ruang penjara, terdapat satu ruang kecil yang menjadi ruang dapur. Walau disebut dapur, ruang ini menjadi salah satu bagian paling kelam di Lubang Jepang.

"Ini dapur, di dalamnya ada dua lubang kecil, di atas dan di bawah. Lubang atas dipakai untuk mengintai, yang kecil di bawah ini untuk membuang jenazah. Di bawahnya mengalir sungai yang menghanyutkan jenazah," arahan pemandu.

Mendengar cerita pemandu tersebut tentu membuat bulu kuduk merinding. Entah berapa banyak orang yang dibawa masuk dan dibunuh di Lubang Jepang ini. Pemandu menjelaskan tidak tahu dengan detil, berapa banyak orang yang gugur di sini.

Ada dua misteri yang belum terpecahkan, yang pertama ke mana Jepang membuang bekas galian tanah dan berapa jumlah romusha yang mati di sini,

Fakta yang tak kalah menariknya Lubang Jepang ini juga terhubung ke beberapa titik strategis di Bukittinggi, yaitu dekat dengan Jam Gadang.

Pada akhirnya, Lubang Jepang menjadi saksi sejarah akan pendudukan Jepang di Bukittinggi. Walau penuh dengan kisah kelam, Lubang Jepang tetap jadi objek wisata edukasi yang perlu diketahui oleh generasi muda.

Bagi kamu yang mau berkunjung, harga tiket masuknya adalah Rp 15 ribu untuk orang dewasa, Rp 12 ribu untuk anak-anak dan Rp 20 ribu untuk wisatawan asing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun