Mohon tunggu...
Muhammad Isnaini
Muhammad Isnaini Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Positive thinking, Positive Feeling, Positive Motivation muhammadisnaini377@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Konektivitas Merdeka Belajar dengan Pendekatan "STEM"

22 September 2021   09:27 Diperbarui: 22 September 2021   09:51 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Istilah yang tidak asing yang menjadi jiwa pendidikan nasional "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani". senantiasa dikumandangkan oleh Ki hajar Dewantara tersebut menjadi landasan dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan. Lantas mengapa guru kini harus merubah mindset tentang pembelajaran.

Mencermati makna dari Ing Ngarso Sung Tulodo, di depan memberikan contoh/tauladan, Ing Madyo Mangun Karso, di tengah-tengah sebagai penyemangat, Tut Wuri Handayani, di belakang mendorong. Fakta yang terjadi, istilah tersebut seolah tak bermakna karena proses pembelajaran justru masih menempatkan siswa sebagai objek, yang hanya menerima dan melakukan, akhirnya dinyatakan dengan predikat naik kelas atau lulus. Hal ini akan menjadi sebuah tantangan ketika zaman sudah tidak menerima akan perlakuan terhadap proses yang demikian.

Plashback terhadap Asas Pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwa beliau membedakan antara Pendidikan dan Pengajaran untuk menjadi perenungan agar kita memahami arti dan tujuan pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas luasnya"  Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat.

Upaya untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.  Tujuan pendidikan menurut KHD yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Tantangan Abad 21, bahwa guru harus menempatkan tujuan pada empat sendi, yaitu keterampilan berpikir (critical thinking), kerjasama (colabortive), kreatif (creative), komunikasi (comunicative). Jika guru masih melakukan proses pembelajaran yang konvensional dan tidak merubah paradgma tentang pembelajaran tentu hal ini akan menjadi sebuah kesenjangan yang akan menghambat tujuan dan ekspektasi pendidikan di masa digitalisasi ini.

MERRDEKA BELAJAR adalah solusi yang diluncurkan oleh Kemdikbudristekdikti sebagai inovasi dunia pendidikan. Program pemerintah ini masih mengalami transformasi, dan sebahagian GTK belum mampu untuk menjabarkannya dalam proses pembelajaran. Pengertian tentang MERRDEKA BELAJAR diangggap sebagai sebuah kebebasan, sehingga proses pembelajaran masih konvensional. Terkait hal tersebut tidaklah berlebihan jika kita kembali mencermati bagaimana konsep MERRDEKA BELAJAR sesungguhnya.

Marilah kita lanjutkan dengan konsep MERRDEKA BELAJAR dan bagaimana implementasinya dalam proses pembelajaran dan keterkaitannya dengan STEM sebagai salah satu alternatif untuk mewujudkannya. Konektivitas antara MERRDEKA BELAJAR dan Kompetensi Abad 21 jika ditinjau dari sudut pandang proses pembelajaran sangat erat, karena Kompetensi Abad 21 akan tercapai dengan MERRDEKA BELAJAR.

Sebelum membahas konektivitasnya alangkah baiknya dicermati bagaimana Pendidikan Sekarang dan Bagaimana Arahan Pendidikan Masa depan. Komparasi dilakukan dengan kategori Ekosistem, Guru, Pedagogi, Kurikulum, dan Sistem Penilaian. Hal ini berdasar pada analisis GTK Dikdas Kemdikbud.

KATEGORI

PENDIDIKAN SEKARANG

PENDIDIKAN MASA DEPAN

EKOSISTEM

Sekolah sebagai tugas

Pimpinan sebagai pengatur

Manajemen sekolah terlalu administratif

Masih ada PAUD yang belum melibatkan orang tua

Sekolah sebagai kegiatan yang menyenangkan

Pimpinan memberikan layanan

Manajemen sekolah yang kolaboratif dan kompeten

Keselarasan pendidikan di rumah dan keluarga

GURU

Guru sebagai pelaksana kurikulum

Guru sebagai sumber pengetahuan satu-satunya

Pelatihan guru berdasarkan teori

PAUD: metode drilling & teacher centered

Guru sebagai pemilik dan pembuat kurikulum

Guru sebagai fasilitator dari berbagai sumber

Pelatihan guru berdasarkan praktik

PAUD: Kompetensi meliputi pedagogik dan sosio emosional

PEDAGOGI

Sswa sebagai penerima pengetahuan

Fokus pada kegiatan tatap muka

Pendekatan : bermain vs calistung

Pengajaran berdasarkan pembagian umur

Pembelajaran berorientasi pada siswa

Pembelajaran memanfaatkan teknologi

Pendekatan  bermain adalah belajar, bermakna & sesuai konteks

Pembelajaran berdasarkan level kemampuan siswa

KURIKULUM

Perkembangan linear

Kurikulum berdasarkan konten

Fokus pada kegiatan akademik

Patahan antara kurikulum PAUD dan SD

Perkembangan felksibel

Kurikulum berdasarkan kompetensi

Fokus pada softskill dan pengembangan karakter

Transisi yang mulus dari PAUD ke SD

SISTEM PENILAIAN

Penilaian bersifat sumatif/ menghukum

Penilaian bersifat formatif/mendukung

 Sumber : HTTP://GTKDIKDAS.KEMDIKBUD.GO.ID

Bedasarkan fakta yang dikemukakan di atas, setidaknya dapat dilakukan sebuah pembelajaran yang menghamba pada siswa, memberikan peluang kepada siswa untuk tumbuh kembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, perkenalkan teknologi, bahkan dorong agar para siswa menjadi seorang yang mampu menganlisis kesenjangan dalam kehidupan sosial mereka, merancang solusi, melakukan eksperimen dan kerj nyata, dan menguji atas apa yang dikerjakan. Pendekatan STEM adalah jawaban atas tantangan Abad 21.

Mengapa STEM diyakini untuk mewujudkan kompetensi Abad 21 (4C), tentu berdasarkan konteks yang dilakukan dalam pendekatan STEM.  Pendidikan STEM memberi pendidik peluang untuk menunjukkan kepada peserta didik betapa konsep, prinsip, dan teknik dari STEM digunakan secara terintegrasi dalam pengembangan produk, proses, dan sistem yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, definsi STEM diadopsi sebagai pendekatan interdisiplin pada pembelajaran (Reeve, 2013).

Pembelajaran yang berbasis STEM akan merangkai sains, teknologi enginering (rekayasa), matematikadalam konteks nyata yang mengoneksikan sekolah, dunia kerja, dan dunia global guna mengembangkan literasi STEM yang memungkinkan peserta didik mampu bersaing dalam Abad 21. Seberapa pentingkah pembelajaran berbasis STEM?, kita akan menelisik berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan.

Transformasi proses pendidikan

Pembelajaran STEM menghilangkan batas pemisah antara subjek sains, matematika, teknologi, dan enginering (rekayasa), serta menghubungkan antara pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik dengan masalah dikehidupan nyata.

Peningkatan kemahiran pemahaman saintifik

Dengan mengkontektualisasikan antara berbagai pengetahuan saintifik yang dipelajari oleh peserta didik dengan masalah dikehidupan nyata, maka pendidikan STEM akan meningkatkan kompetensi lterasi sains.

Pengembangan sumber daya manusia

Kriteria SDm yang relevan dan dibutuhkan di abad 21harus memenuhi tuntutan keahlian yang diharapkan seperti kemampuan dalam berkolaborasi, berkomunikasi, berpikir kritis, dan kemampuan mengembangkan kreativitasnya, pembelajaran STEM melatih peserta didik untuk semua yang dibutuhkan.

Tantangan teknologi

Kemampuan dalam rekayasa, merupakan kunci dari lahirnya sebuah teknologi. Dalam pembelajaran STEM peserta didik ditantang untuk mengaplikasikan kemampuannya melalui proses desain rekayasa untuk menciptakan solusi teknologi dari sebuah masalah nyata.

Kunci dalam kemajuan dan inovasi

Pendidikan STEM melalui multi proses pembelajaran yang dilalui oleh peserta didik turut mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, sehingga dengan bekal ini akan muncul bebagai inovasi dalam mengembangkan teknologi.

Penting untuk kesejahteraan

Berbagai teknologi yang tercipta dan mampu dikembangkan akan membuat lebih mudah kehidupan yang kita jalani dan akan mendorong peningkatan kesejahteraan.

MERRDEKA BELAJAR, akan terwujud karena pendekatan STEM dalam pembelajaran sudah berpihak kepada murid. Lantas apa hubungan antara Pendidikan dengan Pendekatan STEM dan MERRDEKA BELAJAR. Mulai dari diri, peserta didik sudah dihadapkan pada kesenjangan dalam diri mereka melalui masalah yang ditemukan dalam kehidupan nyata di sekitarnya. Eksplorasi Konsep, peserta didik melakukan proses menghimpun informasi yang dibuthkan melalui berbagai sumber belajar.

Ruang Kolaborasi, peserta didik melakukan kerjasama team karena bekerja secara kempok untuk menyelesaikan masalah.

Refleksi terbimbing, peserta didik melakukan refleksi dari pengalaman belajar yang didapatkannya.

Demonstrasi konsep, peserta didik akan melakukan demonstrasi atas rancangan yang telah dilakukan.

Elaborasi pemahaman, peserta didik akan menuliskan hasil pengamatan, mendengar pendapat teman, dan melakukan anlaisis kelemahan dan kekurangan pada prose pembelajaran yang dilakukan.

Koneksi antar materi, peserta didik telah melakukan konektivitas antar materi dalam beberapa disiplin sehingga tercipta sebuah proyek melalui pembelajaran dengan pendekatan STEM.

Aksi nyata, kegiatan dilakukan oleh siswa, dikembangkan sendiri, dan dilakukan pengujian sendiri melalui aksi nyata dan guru hanya bertindak sebaga fasilitator.

Ragam kegiatan dalam penjabaran konsep MERRDEKA BELAJAR di atas merupakan sebuah jawaban atas tantangan Abad 21 untuk mewujudkan kompetensi peserta didik yang mampu untuk berpikir kritis, bekerja sama, memaksimalkan kreativitas, dan mampu berkomunikasi. Saatnya untuk berinovasi melalui pembelajaran dengan pendekatan STEM sehingga peserta didik akan mendapatkan haknya sebagai manusia yang telah dibekali kodrat alam dan mengikuti perkembangan sesuai kodrat zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun