Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ariansyah
Muhammad Irfan Ariansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lambung Mangkurat

Belajar Nulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Paradoks Tiongkok: Negara Komunis yang Kapitalis

17 Juni 2024   08:47 Diperbarui: 17 Juni 2024   08:47 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pada akhir 1970-an, Tiongkok memperkenalkan sistem tanggung jawab rumah tangga (household responsibility system) yang memungkinkan petani mengelola lahan mereka sendiri dan menjual hasil surplus. Sistem ini menggantikan kolektivisasi pertanian yang sebelumnya diberlakukan di bawah kepemimpinan Mao Zedong. Reformasi ini secara signifikan meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani. Menurut data dari Bank Dunia, produktivitas pertanian di Tiongkok meningkat secara drastis pada tahun 1980-an. Produksi biji-bijian, misalnya, meningkat dari sekitar 305 juta ton pada tahun 1978 menjadi lebih dari 407 juta ton pada tahun 1984 . Reformasi ini membantu mengurangi kemiskinan di pedesaan dan meningkatkan ketersediaan pangan.Pengenalan sistem tanggung jawab rumah tangga memungkinkan petani mengelola lahan mereka sendiri dan menjual hasil surplus, yang secara signifikan meningkatkan produktivitas pertanian.

2. Zona Ekonomi Khusus (SEZ)

Pembentukan Zona Ekonomi Khusus (SEZ) merupakan langkah penting dalam menarik investasi asing dan teknologi. SEZ pertama didirikan di Shenzhen pada tahun 1980, diikuti oleh beberapa zona lainnya. SEZ dirancang untuk memberikan insentif ekonomi, termasuk kebijakan pajak yang lebih rendah dan regulasi yang lebih fleksibel, untuk menarik investasi asing dan mendorong ekspor. Data dari Kementerian Perdagangan Tiongkok menunjukkan bahwa SEZ telah berhasil menarik miliaran dolar investasi asing langsung (FDI). Sebagai contoh, Shenzhen, yang dulu merupakan desa nelayan kecil, telah berkembang menjadi kota metropolis dengan PDB melebihi $400 miliar pada tahun 2020 . Keberhasilan SEZ telah menjadi model bagi reformasi ekonomi yang lebih luas di Tiongkok.

3. Reformasi Perusahaan Milik Negara (BUMN)

Reformasi Perusahaan Milik Negara (BUMN) dimulai pada 1990-an, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing melalui restrukturisasi dan privatisasi parsial. Pemerintah Tiongkok mengizinkan BUMN untuk beroperasi lebih otonom dan menyesuaikan diri dengan mekanisme pasar. Langkah ini termasuk mengurangi ukuran BUMN yang tidak efisien dan meningkatkan pengelolaan melalui penerapan standar bisnis yang lebih modern. Menurut laporan dari Dana Moneter Internasional (IMF), reformasi ini membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional BUMN. Sekitar 50% dari total BUMN telah diprivatisasi sebagian atau sepenuhnya sejak reformasi dimulai . Reformasi ini juga memungkinkan BUMN untuk lebih berorientasi pada pasar dan meningkatkan kontribusi mereka terhadap ekonomi nasional.

4. Liberalisasi Sektor Keuangan

Reformasi di sektor perbankan dan keuangan telah memainkan peran kunci dalam memfasilitasi investasi dan diversifikasi ekonomi. Tiongkok telah membuka sektor keuangannya untuk investasi asing dan mengizinkan bank swasta beroperasi di pasar domestik. Langkah-langkah ini termasuk liberalisasi suku bunga, pengembangan pasar modal, dan peningkatan regulasi perbankan untuk memastikan stabilitas finansial. Data dari People's Bank of Tiongkok menunjukkan bahwa liberalisasi sektor keuangan telah membantu meningkatkan arus masuk investasi asing dan mendiversifikasi sumber pembiayaan bagi perusahaan Tiongkok. Pada tahun 2020, total aset perbankan di Tiongkok mencapai sekitar $40 triliun, menjadikannya salah satu sistem perbankan terbesar di dunia . Reformasi ini telah memperkuat sektor keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Perpaduan unik Tiongkok antara kendali politik komunis dan praktik ekonomi kapitalis telah menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa, tetapi tidak tanpa tantangan dan kritik yang signifikan. Reformasi ini menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, mengangkat ratusan juta orang dari kemiskinan dan mengubah Tiongkok menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia. PDB Tiongkok tumbuh pada tingkat tahunan rata-rata hampir 10% selama tiga dekade, suatu prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah ekonomi modern. Masa depan ekonomi Tiongkok bergantung pada kemampuannya menavigasi kompleksitas ini dan melaksanakan reformasi yang diperlukan. Bagi negara komunis lain yang mempertimbangkan praktik kapitalis, pengalaman Tiongkok menawarkan pelajaran berharga dalam menyeimbangkan ideologi dengan strategi ekonomi yang praktis. Implikasi pendekatan Tiongkok akan terus membentuk dinamika ekonomi dan politik global di tahun-tahun mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun