Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal memerlukan penanganan konflik dengan efektif.
Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal memerlukan tingkat konflik yang terkendali.
Sumber : Sedarmayanti (2019)
Menurut pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai hasil yang tidak diinginkan karena dapat mengganggu pengelolaan organisasi. Konflik dipandang sebagai akibat dari kesalahan dalam perancangan dan pengelolaan organisasi, kurangnya komunikasi baik antar individu maupun kelompok, ketertutupan individu dalam kelompok, dan kurangnya respons terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan dalam pengelolaan organisasi. Di sisi lain, pandangan interaksionis lebih terbuka terhadap konflik karena melihatnya sebagai sesuatu yang dapat membantu organisasi tumbuh dan berkembang tanpa mengabaikan perbedaan antar individu dan kelompok. Konflik dalam pandangan ini memicu refleksi diri individu dan kelompok serta membawa dampak positif dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.
H. Konflik Fungsional dan Disfungsional
Fenomena konflik dalam sebuah organisasi sering diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi, konflik dapat menjadi sesuatu yang baik bagi organisasi, tetapi di sisi lain, juga dapat menjadi sesuatu yang buruk. Konflik yang bersifat fungsional akan mendukung tujuan kelompok, meningkatkan kinerjanya, bahkan bisa menjadi bentuk konflik yang konstruktif atau membangun disisi lain, konflik yang menghambat kinerja kelompok bersifat destruktif atau merusak, disebut sebagai konflik disfungsional (Ranjabar, 2021).
Menurut Schermerhorn dalam Al – Qur’aniawan (2015) dengan pendekatan positif, konflik memiliki potensi untuk membawa masalah yang ada ke permukaan, memungkinkan pihak yang terlibat untuk menemukan solusi dengan menggunakan kreativitas dalam penyelesaiannya dimana konflik yang menghasilkan manfaat bagi individu, kelompok atau organisasi ialah konflik fungsional atau konflik yang konstruktif.
Berkebalikan dengan fungsional yang bersifat konstruktif, Schermerhorn dalam Al – Qur’aniawan (2015) juga mengemukakan Ketika konflik terjadi secara berkelanjutan, itu dapat menguras energi dan waktu untuk menyelesaikannya, menciptakan permusuhan antarpersonal, dan secara keseluruhan menciptakan lingkungan kerja yang negatif bagi para pekerja. dimana konflik ini menghasilkan kerugian bagi organisasi seperti penurunan kepuasan dan kinerja, hal ini mengundang karyawan untuk bertindak diluar kendali organisasi.
I. Jenis - jenis Konflik
Menurut T. Hani Handoko dan Irham Fahmi dalam Ranjabar (2021) terdapat lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi, yaitu :
- Konflik di dalam diri individu (intrapersonal conflict)
Konflik dimana individu dihadapkan pada ketidakpastian mengenai harapan dalam pelaksanaan kerjanya, jika permintaan pekerjaan saling bertentangan atau jika pekerjaan yang dilakukan melebihi kemampuannya.
- Konflik antar individu (interpersonal conflict)
Konflik dalam antar individu didalam organisasi yang sama, dimana konflik dipicu oleh beberapa perbedaan kepribadian antar individu, biasanya timbul dari tekanan – tekanan yang berkaitan dengan peranan.
- Konflik antar individu dan kelompok.
Konflik dimana individu mengalami tekanan dalm menghadapi keseragaman kelompok kerja yang dipaksakan, sehingga individu tersebut dihadapkan pada sanksi – sanksi dalam pelanggaran norma kelompok.
- Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama.
Pertentangan antar kelompok mengenai kepentingan atau tujuan tugas, sehingga timbul sikap lebih tinggi dibanding kelompok lain.
- Konflik antar organisasi (inter-organizational conflict).
Konflik yang timbul didalam persaingan (competition) untuk. meningkatkan perekonomian dan sistem didalamnya. Konflik ini dianggap memicu pengembangan produk baru, teknologi dan jasa baru serta harga dan pengembangan sumber daya yang lebih terjangkau dan efisien.
J. Sumber Terjadinya Konflik