Mohon tunggu...
Muhammad Ilham
Muhammad Ilham Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Pemula

https://nyusunkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Berpikir Kritis dan Kreatif: Menghadapi Kompleksitas Masalah di Era Teknologi

17 November 2024   11:22 Diperbarui: 18 November 2024   19:58 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berpikir kritis sering disebut juga sebagai berpikir vertikal atau linear, karena langkah-langkahnya berurutan menuju solusi yang logis.

Berpikir Kreatif: Imajinatif dan Global

Sebaliknya, berpikir kreatif berfokus pada cara pandang yang lebih intuitif, emosional, dan global. Proses ini sering kali melibatkan otak kanan, yang bersifat imajinatif dan subjektif.

Dengan berpikir kreatif, seseorang dapat:

  • Menghasilkan ide-ide baru yang tidak biasa.
  • Memanfaatkan movement values---ide awal yang tampaknya tidak relevan---sebagai pemicu inovasi.
  • Menyelesaikan masalah dengan pendekatan tidak langsung yang kreatif.

Berpikir kreatif sering disebut berpikir horizontal atau lateral, karena prosesnya lebih fleksibel dan tidak terikat pada aturan linear.

Menggabungkan Keduanya: Kolaborasi yang Saling Melengkapi

Meski berbeda, kedua pola pikir ini dapat saling melengkapi. Proses brainstorming, atau curah pendapat, sering kali menjadi jembatan untuk memadukan keduanya. Berikut adalah sinerginya:

  • Berpikir kritis mempersempit ide-ide menjadi pilihan terbaik berdasarkan fakta dan sumber daya.
  • Berpikir kreatif memperkaya solusi dengan ide-ide inovatif yang melibatkan intuisi dan imajinasi.

Dengan menggabungkan keduanya, seseorang dapat menemukan solusi yang tidak hanya logis, tetapi juga inovatif, menjembatani masalah dan solusi secara efektif.

Kesimpulan

Dalam menghadapi tantangan zaman modern, berpikir kritis dan kreatif adalah dua keterampilan yang tidak terpisahkan. Berpikir kritis memberikan fondasi logis dan sistematis, sementara berpikir kreatif menambahkan warna dan fleksibilitas pada solusi yang dihasilkan. Dengan melatih kedua pola pikir ini secara paralel, individu dapat menghadapi kompleksitas masalah dengan lebih adaptif dan efektif.

Sebagai penutup, Edward de Bono, seorang pionir dalam berpikir lateral, mengembangkan metode The Six Thinking Hats sebagai alat untuk mengasah pola pikir kreatif. Hal ini akan dibahas lebih lanjut di tulisan berikutnya.

Tulisan ini juga ada pada blog saya nyusunkata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun