Mohon tunggu...
Muhammad Ichlasul Arifin
Muhammad Ichlasul Arifin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai Saya Muhammad Ichlasul Arifin Bisa dipanggil Arif, aku sangat menyukai tentang sejarah yang berkaitan dengan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dinamika Politik dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum 1951 di Yogyakarta

29 Juni 2024   23:30 Diperbarui: 29 Juni 2024   23:31 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan umum 1955 di Yogyakarta

            Indonesia pertama kali menyelenggarakan pemilu berskala nasional pada tahun 1955 untuk membuktikan pengakuannya sebagai negara demokratis. Namun Pemilu 1955 bukanlah percobaan pertama penyelenggaraan pesta demokrasi di Indonesia, sebelumnya juga pernah diselenggarakan pemilu  dalam skala lokal di beberapa daerah pada tahun 1951-1952.

            Pemilu 1955 diikuti lebih dari 100 partai, organisasi, dan perorangan. Berbagai elemen masyarakat terlihat sangat antusias dalam menyambut pesta demokrasi ini, hal ini wajar karena pada masa Demokrasi Parlementer, rakyat sipil maupun partai atau organisasi politik bebas menyalurkan aspirasi politiknya. Selain itu, antusiasme masyarakat yang tinggi juga dikarenakan pemilu ini telah ditunda berkali-kali sehingga menjadi daya tarik masyarakat.

            Menjelang pemilihan umum, panitia pemilihan di berbagai daerah mempersiapan dan mengecek berbagai kebutuhan pemilu agar pesta demokrasi ini berjalan dengan lancar. Selain itu, untuk menghadapi pemilu ini panitia dari berbagai daerah diberikan pelatihan, termasuk yang dilakukan di daerah Kabupaten Daerah Istimewa Yogjakarta lainnya, seperti di Kulon Progo dan Gunung Kidul. Sebulan menjelang diadakannya pemilu, pekerjaan yang harus dilakukan oleh panitia pemilihan adalah mengirimkan kertas suara, daftar kandidat, dan berbagai kebutuhan logistik pemilu lainnya.

Saat itu, tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah dan belum menyeluruh, sehingga menuntut berbagai partai politik untuk berpikir kreatif agar kampanye mereka dapat diterima dan dipahami berbagai lapisan masyarakat. Kampanye telah berlangsung sejak awal tahun 1953 sampai tahun 1955. Banyak metode yang digunakan oleh partai-partai politik, seperti kampanye lapangan, ceramah, mengikuti acara atau rapat organisasi komunitas tertentu, menggaet anggota baru, bahkan kampanye visual lewat baliho, spanduk, dan iklan di media massa. Selain itu, uniknya partai politik pada saat itu mengajarkan cara-cara perdamaian kepada para pengikutnya dan calon pemilih untukmerahasiakan pilihan mereka kepada publik dan membebaskan mereka untuk memilih siapa saja.

            Tempat pemilihan umum dilakukan diberbagai tempat publik, seperti sekolah, dibeberapa rumah tokoh desa, atau bangunan sederhana dari bambu yang sengaja dibangun untuk pemilu. Ada sekitar 96.000 TPS yang tersebar diseluruh Indonesia. Semua masyarakat sangat berpartisipasi dalam pemilu ini, termasuk para difabel dan para pemilih yang terjerat perkara hukum menunggu putusan perkaranya untuk dapat mengikuti pemilu. Partisipasi masyarakat Yogyakarta yang luar biasa ini membuat situasi fasilitas publik seperti pasar, pertokoan, dan stasiun sangat sepi. Selain itu, kantor-kantor pemerintahan juga tutup kecuali kantor-kantor penting seperti kepolisian, kejaksaan , dan sebagainya.

            Untuk memastikan ketertiban dan keamanan pelaksanaan pemilu ini, Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII bekeliling ke beberapa daerah di Provinsi Yogyakarta untuk meninjau proses pemilihan.

            Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang berhasil dalam melaksanakan pemilu 1955, dapat disimpulkan bahwa Yogyakarta sukses mengadakan dazn mengamankan pesta demokrasi dan juga berhasil dalam hal tingkat partisipasi warga yang sangat tinggi dalam menyemarakkan pemilu pertama tersebut. Ada beberapa faktor yang memengaruhi tingginya partisipasi masyarakat yogakarta, pertama, Yogakarta memiliki pengalaman historis pada pemilu sebelumnya. Kedua, karena mobilitasi yang relatif berhasil dari pemerintah dan partai politik. Ketiga, terjalinnya hubungan yang baik antarwarga negara di Yogyakarta. Keempat, kuatnya identifikasi antara pemilih dengan platform atau ideologi partai politik.

DAFTAR PUSTAKA

 

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun