Never put off till tomorrow, what you can do today? Begitu bunyi sebuah ungkapan yang demikian masyhur. Time and tide wait for no man, ungkapan yang lainnya. Hal serupa juga sejalan dengan pesan suci yang dianjurkan oleh agama, maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dikatakan pula oleh Nabi Muhammad Saw “Sekiranya engkau tahu kiamat terjadi esok, sedang digenggaman tanganmu ada benih, maka tanamkanlah.”
Demikianlah sang waktu yang mengajari betapa berharga kedatangannya pada kehidupan kita. Ia hadir dengan energi positif yang mampu memicu kita untuk terus bergerak sehingga menjadi orang yang berhasil. Kering dari penyesalan-penyesalan. Akan tetapi, ia juga punya kekuatan untuk melumpuhkan gerak kita kemudian kita menjadi orang yang lalai hingga tidak mampu berbuat apa-apa.
Masih banyak di antara kita yang menyia-nyiakan waktu. Seolah waktu itu berlimpah, berputar melingkar. Padahal sungai waktu terus mengalir, zaman senantiasa berubah. Waktu itu bak aliran sungai. Kita tidak bisa menyentuh aliran yang sama dua kali.
Waktu adalah milik kita yang paling berharga sekaligus yang paling cepat berlalu. Kepergiannya jangan sampai meninggalkan tumpukan sampah masalah dan penyesalan. Apa yang akan terjadi esok hari, tentunya masih menjadi misteri. Akan tetapi, jangan sampai kita jatuh lagi pada lubang yang sama.
Pada masa sebelum pandemi, waktu seolah menuntut kita untuk lihai dan gesit mengambil keputusan. Apalagi yang menyangkut masa depan dan hajat hidup orang banyak. Tidak menggantungkan harapan pada sesuatu yang belum pasti. Apa yang bisa dilakukan hari itu maka kerjakan sebaik-baiknya. Ketidakseriusan kita mengisinya akan menjelma hantu masa lalu di kemudian hari.
Terakhir, degup jantung kita ibarat detak waktu, yang setiap detiknya mengabarkan kehilangan sekaligus penantian. Hidup kita hari ini dan di sini, bukan kemarin atau nanti. “Bagi mereka yang terbaring sakit, tergolek lemah tanpa harapan, waktu mereka panggil-panggil, tak datang-datang” begitu tulis Andrea Hirata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H