Mohon tunggu...
Hasim Arfah
Hasim Arfah Mohon Tunggu... Administrasi - jurnalis

saya adalah mantan aktivis persma di UNM. Jurnalis Tribun Timur. Tertarik pada aktivitas membaca, menulis dan berdiskusi. Kunjungi Blog saya hasimarfah.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Start Up

14 Desember 2019   21:53 Diperbarui: 14 Desember 2019   21:55 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


31 Desember 2019, Ahmad, karyawan media terkini di Jakarta, memilih untuk resign.

Yah, Ahmad mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai jurnalis.

Dia sudah bekerja sebagai jurnalis selama 5 tahun. Ahmad sudah malang melintang desk, mulai dari reporter desk kota, politik hingga ekonomi.

Dirinya memilih keluar dari tempat kerjanya karena bosan.

Bosan akan aktivis yang menyita waktu tanpa punya cukup punya ruang dan waktu bertemu dengan keluarganya.

Ahmad bekerja bak mesin. Bahkan, melebihi jam kerja biasa.

Jika karyawan biasa bekerja maksimal 8 jam, maka Ahmad harus bekerja sekitar 13 jam sehari.

Belum lagi, dia harus lembur tapi penghasilannya tetap pas-pasan.

Meskipun, dia mencintai profesinya, tapi tidak dengan pekerjaannya.

Kemampuan menulisnya terus menurun gegara harus menulis berpacu dengan waktu di media digital.

Kecepatan harus lebih dahulu ketimbang logika dan kualitas tulisan.

Rasa-rasanya, dia harus merelakan tulisan tanpa editing bagus sebelum dirilis ke publik.

Hasilnya, Ahmad meninggalkan kemampuan menulisnya yang dia asa 3 tahun di kampus.

Gelisah dengan kejadian itu, Ahmad memilih resign.

Meskipun, dia belum punya persiapan matang atas apa bakal dia kerjakan sehabis tak bekerja.

Ahmad pun memilih berlibur ke kampung halamannya, Makassar.

***

1 Januari 2020, Ahmad tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

Angin kencang Makassar bak Anging Mammiri dari Partai Losari menerpa wajah Ahmad.

Ahmad pun berdiam, menutup mata kemudian menghirup udara yang sedari 5 tahun lalu, dia tinggalkan.

Ahmad memilih menikmati Makassar dengan naik bis dalam kota.

Dia tak henti melihat sekeliling jalan Perintis Kemerdekaan Makassar.

"Wah, sudah ada hotel baru di Sudiang yah. Wah ada juga mal baru di Sudiang. Cukup berkembang kota ini," kata Ahmad dalam hati.

Beberapa kali dirinya, takjub melihat perkembangan Kota Makassar.

Meski tak secepat Jakarta, pembangunan Makassar cukup cepat karena sudah banyaknya titik-titik kumpul baru.

Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, dia menikmati lagu lama dari Iwa-K berjudul Bebas.

Sesampai di depan kampus Universitas Hasanuddin, Ahmad tak banyak berkomentar karena tak banyak perubahan.

Selepas itu, Ahmad pun melihat ada jalanan baru di dekat Kampus STIMIK Dipanegara.

Ada jalanan lebar menuju Antang, Kecamatan Manggala.

"Setahuku ini dulu jalan ring road yang pengerjaannya tak kunjung selesai, wah...sudah kelar nih," katanya lagi sembari menganggukkan kepalanya.

Sesampai di halte, dia pun memilih untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Go-Jek.

Karena barang bawaan cukup banyak, Ahmad pun memilih naik Go-Car, mobil.

Setelah beberapa menit menunggu di aplikasi, Go-Car pun datang pas di depan Telkom, Jl AP Pettarani.

Ahmad pun meminta bantuan supir supaya menaikkan barang bawaannya.

"Bang tolong bantu bawain dong," kata Ahmad.

Si supir pun langsung bergegas kemudian membantu Ahmad menaikkan barang bawaan ke bagasi mobil jenis MPV itu.

Dalam perjalanan ke rumahnya, Ahmad beberapa kali mempertanyakan tentang pembangunan di Makassar.

Beberapa menit kemudian, Ahmad tiba di rumah orang tua Ahmad.

Rumah Ahmad cukup dekat dengan pusat kota.

Ibu Ahmad menyambut kedatangannya.

Setelah ngobrol sedikit, Ahmad lekas naik ke kamarnya.

Dia pun langsung merebahkan badannya di tempat tidur. Tak ada banyak berubah dari kamar Ahmad.

Apalagi memang setiap orang di rumah ini mempunyai kamar mandiri.

Jadi, tak ada perubahan besar untuk setiap kamar.

Sehabis resign, Ahmad lalu memikirkan aktivitas selanjutnya.

Dalam pikirkan Ahmad adalah menjadi wirausahawan.

Itu adalah solusi paling cepat karena belum ada pekerjaan yang cocok dengan dia saat ini.

Pilihan jadi wirausahawan adalah tetap berada di bisnis digital.

Tapi, Ahmad menginginkan bisnis digital yang bisa menyenangkan dan membuatnya tetap optimis.

Sebuah Start Up bisa membantu banyak orang. (*)

catatan: Start up adalah novel terbaruku di website pribadiku hasim(dot)id. Web novel ini adalah kedua setelah Dear Diary: Aku ada Pelacur. Novel ini lahir dari beberapa pengalaman ku dalam membaca dan menonton tentang kisah pembuat start up hebat di dunia dan tentunya di Indonesia. Aku terinspirasi dengan Mark Zuckerberg, Larry Page, Sergey Brin dan tentu Steve Jobs. Semoga Anda bisa menikmati web novel saya terbaru ini setelah lima tahun tak lagi menulis novel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun