Mohon tunggu...
Muhammad Haris Nurdiansyah
Muhammad Haris Nurdiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Muhammad Haris

Eks Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Grisik, Seorang pegiat sosial, pendidikan, dan hobbi membaca. Bekerja sebagai seorang Guru di Instansi MI 1 Muhammadiyah Ujungpangkah, Kab. Gresik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam Wasathiyah sebagai Solusi Perbedaan Pandangan

5 Januari 2024   10:02 Diperbarui: 5 Januari 2024   10:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Islam Wasathiyah adalah Islam Rahmatan Lil Alamin, semua manusia berhak mendapatkan ajaran Islam tanpa membedakan ras, suku, etnis, maupun yang lain".

Umat Islam hari ini telah diombang-ambingkan oleh sebuah keadaan di mana sesama nama "Islam" saling menjastifikasi salah dan benar. Merasa golongan ini yang benar dan golongan ini yang salah. Keadaan ini tercermin dalam sabda Nabi Muhammad Saw "Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga, yaitu al-jama'ah." (HR. Abu Dawud no. 4597).

Melalui hadis di atas terdapat multitafsiran dalam makna "al jama'ah" yang berarti "bersama-sama", namun juga dapat bermakna "jama'ah" secara golongan masing-masing dan mengunggulkan golongannya sendiri ataupun setiap golongan bersatu padu dalam menegakkan dan menjunjung tinggi serta menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam kepada umat manusia. Maka terjadilah dua paradigma bahkan tiga paradigma yang saling berbenturan dan para ulama' modern berusaha untuk menjaga dan memberikan solusi agar umat Islam yang ada di dunia ini selalu menjunjung solidaritas umat Islam dibutuhkan sebuah konsep baru berupa Islam Wasathiyah (Islam Moderat).

Bagaimana Al Quran Memandang Islam Wasathiyah?

Al Quran telah membicarakan dan melahirkan pandangan tentang hakikat arah pemikiran wasathiyah. Pertama; wasathiyah bermakna adil (Q.S. Al Baqarah: 143), Kedua; wasathiyah bermakna paling baik dan pertengahan (Q.S. Al Baqarah: 238), ketiga; wasathiyah bermakna paling adil, ideal paling baik dan berilmu (Q.S Al Qalam: 28), keempat; wasathiyah bermakna di tengah-tengah atau pertengahan (Q.S. Al Adiyat: 5). Dari beberapa ayat  Al Quran di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator umat Islam adalah umat yang paling adil, ideal, paling baik dan berilmu, pertengahan.

Bagaimana As Sunnah Memandang Islam Wasathiyah?

Untuk menguatkan hujjah bahwa Islam Wasathiyah (moderasi beragama) maka patutnya penulis mencantumkan sumber kedua dari pedoman umat Islam, yaitu; As Sunnah.

Dalam As Sunnah ternyata sudah di bahas oleh Nabi Muhammad terkait "wasath". Pertama; wasath bermakna keadilan. Hal ini tercantum dalam hadis Bukhari, No. 3091 dan Ahmad, Hadits No 10646  yang berbunyi "Dari Abu Sa'id berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "(Pada hari qiyamat) Nabi Nuh 'alaihissalam dan ummatnya datang lalu Allah Ta'ala berfirman: "Apakah kamu telah menyampaikan (ajaran)?. Nuh 'Alaihissalam menjawab: "Sudah, wahai Rabbku". Kemudian Allah bertanya kepada ummatnya: "Apakah benar dia telah menyampaikan kepada kalian?". Mereka menjawab; "Tidak. Tidak ada seorang Nabi pun yang datang kepada kami". Lalu Allah berfirman kepada Nuh 'alaihissalam: "Siapa yang menjadi saksi atasmu?". Nabi Nuh Alaihissalam berkata; "Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan ummatnya". Maka kami pun bersaksi bahwa Nabi Nuh 'alaihissalam telah menyampaikan risalah yang diembannya kepada ummatnya. Begitulah seperti yang difirmankan Allah Yang Maha Tinggi (QS al-Baqarah ayat 143 yang artinya), ("Dan demikianlah kami telah menjadikan kalian sebagai ummat pertengahan untuk menjadi saksi atas manusia.."). al-washath artinya al-'adl (adil)". Kedua; wasathiyah bermakna posisi tengah penuh keberkahan. Hal ini tercantum dalam hadis Ibnu Majah. No. 3268 yang berbunyi "Dari Ibnu Abbas Nabi saw bersabda: "Apabila makanan telah dihidangkan, maka ambillah dari pinggirnya dan tinggalkan tegahnya, sesungguhnya berkah itu turun dibagian tengah". Ketiga; wasathiyah bermakna posisi terbaik seperti harta yang terbaik adalah harta pertengahan. Hal ini tercantum dalam hadis Abu Daud. No 1349 yang berbunyi "Dari Abdullah bin Muawiyah Al Ghadhiri ia berkata; Nabi saw bersabda: "Tiga perkara, barang siapa yang melaksanakannya maka ia akan merasakan nikmatnya iman yaitu barang siapa yang beribadah kepada Allah semata dan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan menunaikan zakat hartanya dengan jiwa yang lapang dan jiwanya terdorong untuk menunaikan zakat setiap tahun dan tidak memberikan hewan yang sudah tua dan tanggal giginya, lemah, serta yang sakit atau menunaikannya dengan yang kecil jelek. Akan tetapi tunaikanlah dengan harta kalian yang pertengahan karena sesungguhnya Allah tidak meminta harta terbaik kalian dan tidak juga menyuruh kalian memberikan harta yang terburuk". Dari ketiga hadis di atas dapat disimpulkan bahwa umat Islam yang dimaksud adalah umat Islam yang adil dalam menempatkan sesuatu pada posisinya, pertengahan dalam menanggapi persoalan khilafiyah (sunatullah), dan keberkahan berada pada tingkatan atau posisi pertengahan.

Bagaimana menerapkan Islam Wasathiyah?

Dalam menerapkan dan mewujudkan Islam Wasathiyah maka yang diperlukan adalah pertama; toleransi antar golongan umat Islam. Toleransi yang di maksud adalah pada persoalan khilafiyah (sunatullah). Di mana persoalan ini pasti terjadi di alam dunia dan dialami oleh tiap-tiap golongan umat Islam. Kedua; berpegang teguh pada aturan dan Sistem Operasional tiap-tiap golongan masing-masing. Terjadinya banyaknya aliran di dunia Islam, menjadikan tiap-tiap individu agar berpedoman pada golongannya masing-masing. Ketiga; tidak saling memfitnah antar golongan umat Islam. Pluralisme beragama pasti ada di dalam dunia Islam, namun tindakan membenci, mengadu domba, dan menjatuhkan merupakan tindakan yang dilarang dalam agama Islam. Maka umat Islam masa kini harus memilah-memilih informasi yang di hadirkan dalam dunia digital yang perkembangannya sangat pesat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun