Bagaimana Penerapan Dialektika Hermeneutis Hanacaraka untuk Prosedur Audit Pajak ?
Penerapan dialektika hermeneutis Hanacaraka untuk prosedur audit pajak mengacu pada pendekatan pemahaman dan interpretasi yang menggabungkan aspek budaya untuk menjelaskan fenomena tertentu, dalam hal ini, proses audit pajak. Hanacaraka adalah sistem penulisan aksara Jawa, dan dalam konteks ini, dialektika hermeneutis mencakup pemahaman yang mendalam tentang makna yang terkandung di dalamnya yang memiliki 3 Elemen Dasar Dialektika Hermeneutis sebagai berikut :
1. Interaksi dan Dialog
Dialektika hermeneutis berfokus pada interaksi antara auditor dan wajib pajak. Proses ini melibatkan penjelasan, tanya jawab, dan diskusi untuk mencapai pemahaman bersama. Dalam audit pajak, auditor harus berinteraksi dengan wajib pajak untuk menggali informasi dan memahami latar belakang keputusan-keputusan perpajakan yang diambil.
2. Interpretasi Kontekstual
Setiap situasi harus dipahami dalam konteksnya. Dalam audit pajak, data dan dokumen yang disediakan oleh wajib pajak harus diinterpretasikan berdasarkan konteks sejarah, sosial, dan ekonomi wajib pajak tersebut. Hal ini penting agar auditor dapat melihat gambaran menyeluruh sebelum menarik kesimpulan.
3. Proses Iteratif
Dialektika hermeneutis bersifat iteratif, artinya proses pemahaman berulang kali dilakukan melalui langkah-langkah refleksi dan revisi. Dalam prosedur audit pajak, auditor mungkin perlu mengulangi analisis terhadap dokumen dan informasi yang dikumpulkan untuk mencapai pemahaman yang lebih baik.
Penerapan Dialektika Hermeneutis Hanacaraka dalam Prosedur Audit Pajak
1. Pemahaman Konteks
Auditor harus memahami konteks ekonomi dan sosial wajib pajak. Hal ini termasuk mengetahui sektor industri yang dijalani, historis pajak, dan dinamika ekonomi yang mempengaruhi pelaporan pajak. Dengan pemahaman ini, auditor dapat melakukan analisis yang lebih mendalam mengenai kepatuhan dan perilaku wajib pajak. Sebagai contoh : jika sebuah perusahaan beroperasi di industri yang terkena dampak besar oleh pandemi, auditor dapat mempertimbangkan faktor tersebut saat menilai pendapatan dan pengeluaran yang dilaporkan.