Abd al-Ra'uf menempatkan amal ibadah sebagai elemen sentral dalam ajaran tasawufnya. Ia mendorong murid-muridnya untuk rutin melaksanakan amalan sunah, zikir, dan wirid. Dalam karyanya, ia bahkan memberikan panduan rinci mengenai berbagai salat sunah, seperti tahajud, duha, dan tasbih, serta wirid-wirid harian yang didasarkan pada hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
4. Integrasi Akhlak dengan Tasawuf
 Menurut Abd al-Ra'uf, tasawuf tidak hanya berkaitan dengan pengalaman spiritual tetapi juga harus tercermin dalam akhlak sehari-hari. Ia menegaskan pentingnya sifat-sifat seperti zuhud, tawakkul, dan syukur sebagai bagian dari tasawuf yang otentik.
5. Doktrin Nur Muhammad
 Salah satu elemen yang menonjol dalam ajaran Abd al-Ra'uf adalah pemanfaatan doktrin Nur Muhammad sebagai landasan teologis. Ia mengaitkan penciptaan manusia dan kewajiban menaati Rasulullah SAW dengan konsep Nur Muhammad, yang menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan utama dalam seluruh aspek kehidupan.
Kontribusi dalam Literasi Islam Nusantara
 Abd al-Ra'uf tidak hanya menjadi penggerak reformasi keagamaan di Nusantara, tetapi juga seorang penulis produktif. Karya-karyanya mencerminkan pendekatan yang sistematis dan mendalam terhadap persoalan keislaman. Misalnya:
 Tanbih al-Mashi berisi panduan tentang wirid, zikir, dan salawat, serta amalan-amalan sunah yang menekankan pentingnya amal ibadah dalam tasawuf.
 Umdat al-Muhtajin mengintegrasikan pembahasan mengenai maqamat (tahapan spiritual) dan amal ibadah.
 Daqaiq al-Huruf membahas dimensi metafisik tasawuf, tetapi tetap menghubungkannya dengan syariat.
Kesimpulan: Harmoni Antara Tasawuf dan Syariat