Kesimpulannya, sepak bola yang dulunya merupakan simbol perjuangan dan solidaritas kelas pekerja kini telah kehilangan substansinya sebagai olahraga yang menghubungkan masyarakat. Alienasi yang dialami oleh penggemar kelas pekerja dan komodifikasi yang merusak nilai-nilai kolektif dalam sepak bola menjadi dua sisi mata uang yang sama. Ketika sepak bola bertransformasi menjadi bisnis yang dikuasai oleh kapitalis, kita kehilangan elemen-elemen kunci yang menjadikan olahraga ini berharga. Namun, meski saat ini sepak bola tampak sebagai ladang bisnis yang menguntungkan, masih ada harapan bahwa suatu saat olahraga ini akan kembali kepada akar dan nilai-nilai kemanusiaannya.
Kita perlu mengingat bahwa sepak bola bukan hanya sekadar permainan, ia adalah bagian dari identitas kolektif. Ketika saat itu tiba, kita akan melihat para buruh kembali ke stadion, menepuk bahu teman di sebelahnya dan berkata, "Mate, we are the real fans."Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H