Dalam Filsafat barat kajian tentang manusia di sebut ke dalam kajian ontologi dan matafisika. Hal tersebut biasa disebut dengan antropologi metafisik atau psikologi metafisik.[1] (Susanto, 2014)
Para ahli pikir dan ahli filsafat memberikan sbuten kepada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini; [2](Ihsan, 2007)
- Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi
- Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir,
- Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun,
- Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai membuat perkakas atau disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang pandai membuat alat,
- Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
- Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis,
- Manusia adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama. Dr. M. J. Langeveld seorang tokoh pendidikan bangsa Belanda, memandang manusia sebagai Animal Educadum dan Animal Educable, yaitu manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik. Oleh karena itu, unsur rohaniah merupakan syarat mutlak terlaksananya program-program pendidikan.
Dari kesimpulan di atas di simpulkan pemahaman manusia dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu: pertama, masalah rohani dan jasmani; Aliran Serba zat (Faham Materialisme), Aliran Serba Ruh, Aliran Dualisme, dan Aliran Eksistensialisme. Kedua, sudut pandang antropologi; manusia sebagai makhluk individu (individual being), manusia sebagai makhluk sosial (sosial being) dan manusia sebagai makhluk susila (moral being). Ketiga, pandangan Freud tentang struktur jiwa (kepribadian); bagian dasar atau das Es (the Id), bagian tengah atau das Ich (aku) dan bagian atas atau das Uber Ich (superego). Keempat, sudut pandang asal-mula dan tujuan hidup manusia ; kehidupan ini berawal dari causa prima (Tuhan) dan pada akhirnya kembali kepada causa prima (Tuhan) pula.
Thomas Hobbes (1588 – 1679)
Manusia merupakan mahluk yang jahat (Homo Homini Lupus) sehingga harus diatur oleh hukum dan pemerintahan yang tak dapat digulingkan (Leviathan)Â
Sifat dasar manusia adalah bersaing, agresif, loba, anti sosial dan bersifat kebinatangan. Negara berfungsi untuk menyatukan manusia untuk tidak saling memebunuh.
Jean Jacques Rousseau (1712 – 1778)
Manusia merupakan mahluk baik, masyarakat yang membuat manusia jahat (mementingkan diri sendiri dan bersifat merusak) Â Negara berfungsi untuk memungkinkan manusia untuk mendapatkan kembali sifat kebaikannya yang asli.
Sedangkat Hakikat manusia menurut Ibnu Arabi adalah mahkluk yang sempurna karena mampu menghadirkan setiap nama Tuhan dalam kehidupan yang nyata. Manusia sempurna adalah tujuan Tuhan dalam menciptakan kosmos, karena manusia dimungkinkan menampakkan sifat-sifat-Nya secara total. Ibnu Arabi menyebutkan manusia paling sempurna adalah para wakil atau utusan Tuhan. Mereka mewarisi ilmu-ilmu pengetahuan dan akhlak mulia dan menempati kedudukan tertinggi dari seluruh situasi manusia. Kesempurnaan manusia ini bukan berarti akan sampai pada derajat ketuhanan, karena Tuhan tidak sama dengan siapa pun dan dengan apa pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H