Mohon tunggu...
Muhammad Habib Saifullah
Muhammad Habib Saifullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebatas Tulisan Tak Bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Agama Esoteris dalam Sudut Pandang Syekh Abdullah al-Anshari

18 Februari 2023   20:41 Diperbarui: 18 Februari 2023   22:13 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persoalan agama merupakan perbincangan yang tidak pernah hilang dari dahulu sampai saat ini, yang unik dalam hal ini ialah selalu ada sekelompok orang mengklaim bahwa ia adalah kebenaran yang mutlak dari agama. Islam merupakan salah satu agama dengan penganut terbanyak kedua di dunia yang di posisi pertama adalah Kristen. Tapi itu bukan hal yang menjadi topik utama dalam tulisan ini. Namun, sebelum itu perlu di perjelas terlebih dahulu apa itu agama. Agama menurut KBBI adalah ajaran, sistem yang mengatur keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dengan lingkungannya.

Makna agama menurut pendekatan sosiologis bisa berbeda-beda karena berbagai faktor. Sebagaimana pandangan Mukti Ali ,faktor-faktor tersebut adalah pengalaman dalam  beragama sangat subjektif dan individualis, maka terkadang setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda. Kedua dalam pembahasan agama selalu melibatkan emosi dalam setiap individu, dan ketiga adalah konsepsi agama setiap orang dipengaruhi oleh tujuan dan metode pendekatannya.

Agama menurut Buya Hamka menurut Buya Hamka dalam mendefinisikan agama secara bahasa dan maknanya bisa merujuk dari arti aslinya yaitu menyembah, menundukkan diri, atau memuja. Namun pemahaman atas agama sendiri tidak terbatas demikian. Agama sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang artinya A: tidak dan Gama: kacau. Maka dapat ditarik kesimpulan agama adalah sebuah panduan hidup agar teratur dan tidak kacau.

Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah suatu sistem yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya yang mana di dalamnya terlibat berbagai macam aspek seperti emosi setiap penganutnya dan tujuan serta pendekatannya.

Manusia dalam menjalankan ajaran-ajaran agama pasti butuh pada cara dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan ilahi. Yang menjadi problem bagaimana caranya kita mampu sampai ke pengetahuan tersebut. Menurut al-Farabi manusia mampu mencapai kebenaran dengan menggunakan daya akalnya. 

Dengan demikian maka manusia memiliki potensi untuk mencapai kebenaran tersebut. Problem selanjutnya adalah kita khususnya umat muslim masih butuh pada bimbingan nabi, mengapa hal ini masih di perlukan jika manusia dengan kemampuan akalnya mampu mencapai kebenaran. Tentunya ada alasan-alasannya yang tidak kita bahas dalam tulisan ini, tetapi yang menjadi topik pada hal ini adalah pada ruang lingkup syariat yang dibawa nabi Muhammad Saw.

Nabi Muhammad datang dengan membawa risalah dan rahmat bagi seluruh umat manusia sebagaimana dalam surah al-Anbiya:  dan kami tidak mengutus engkau(Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. Dengan salah satu surah al-qur'an maka dapat dipahami bahwa nabi Muhammad datang dengan rahmat, yang mana rahmat terebut adalah sebuah kebahagiaan dan kasih sayang bagi seluruh  manusia bukan hanya untuk umatnya saja. 

Agama adalah suatu kebahagiaan dan keindahan untuk setiap manusia, namun menurut fakta sejarah bahwa setelah wafat nabi Muhammad agama seolah merupakan momok yang memiliki konotasi perang dan tidak damainya. Islam setelah wafatnya nabi banyak melakukan invasi ke berbagai wilayah salah satunya adalah Spanyol. Jika di kembalikan kepada surah al-Anbiya 107 maka perbuatan ini bertentangan dengan makna di dalamnya.

Problem-problem lain juga terjadi pada terpecahnya islam menjadi kelompok-kelompok yang kemudian menyebabkan lahir berbagai madzhab islam. Setiap madzhab-mazhab memiliki cara dan metode guna mencapai kebenaran atau tingkat spiritual yang tinggi. 

Perbedaan ini yang menjadikan suatu permasalahan baru bagi umat islam itu sendiri seperti pertikaian yang mengatasnamakan perbedaan cara dan metode dalam ibadah. 

Persoalan inilah yang terjadi dari wafat nabi Saw sampai sekarang. Lantas muncul pertanyaan apa solusi bagi permasalahan ini? Tentu saja kita harus kembali ke al-qur'an dan riwayat atau pun literatur kitab-kitab. Namun ada salah satu metode lain yang ditawarkan yaitu melihat agama dari sisi esoterisnya.

Esoteris secara etimologi berasal dari bahasa  inggris yaitu, esoteric kata ini pun pada awalnya berasal dari Yunani esoterikos, yang memiliki arti batin yang dalam. Sedangkan menurut terminologis esoteris adalah aspek batin, hakikat, inti atau substansi. Maka yang dimaksud dengan esoterisme agama adalah ajaran agama yang menekankan pada aspek batin yang ia adalah inti dari agama.

Lawan dari esoteris adalah eksoteris, eksoteris berasal dari bahasa Yunani, exoterikos yang berati yang luar, yang lahiri. Secara terminologi eksoterik dalam konteks agama adalah ajaran agama meliputi bagian luar agama semisal fikih. 

Dalam konteks agama, persoalan dan pertikaian antar agama banyak di sebabkan oleh aspek eksoteris dari agama tersebut maka dari itu syekh Abdullah al-Anshari menulis kitab tasawuf yang berjudul manazil al-Sai'irin. Salah satu latar belakang penulisan kitab ini ialah didasaekan pada permasalahan ini. Maka syekh Abdullah al-Anshari hadir di tengah persoalan ini dengan membawa tawaran tasawuf yang lebih menekankan pada sisi esoteris agama.

'Abd Allah ibn Muhammad ibn 'Ali Muhammad ibn Ahmad ibn 'Ali Ja'far Ibn Mansur ibn Matt al-Anshari al-Hawari.  Dia di lahirkan pada hari jum'at tanggal 2 Sya'ban tahun 369 H/1006 H di Qahandaz, Herat. Pir Herat merupakan salah satu keturunan Abu Manshur ibn Matt al-Anshari, Abu Manshur ibn Matt al-Anshari  adalah putra dari Abu Ayyub al-Anshari, sahabat Rasulullah dimasa Ustman. Ayah 'Abd Allah al-Anshari adalah seorang qori yang di kenal sebagai orang jujur dan pegiat ajaran tasawuf.  Abd Allah memiliki seorang putra bernama 'Abd Hadi dan  Jabir. Namun 'Abd Hadi di bunuh oleh sekte al-Bathiniyah sekitar tahun 490 an H.

Dimasa kecilnya al-Anshari sudah memiliki kemampuan dan menguasai syair-syair. Pada saat umur 9 tahun, dia belajar imla dari Qadhi Abu Manshur dan al-Jarudi . 

Saat berusia 14 tahun ia telah menghafal al-qur'an,  belajar tafsir dengan seorang pakar tafsir, yaitu yahya ibn ammar. Selain itu ia pun belajar hadist dengan  syekh 'Abd al-Jabbar ibn al- Jarrah al Marzibani.  Al-Anshari juga bertemu dengan sufi terkenal Abu Said Abu al-Akhyar pada tahun 424 H dan Abu al-Hasan al-Kharqani pada tahun 425 H. Abd Allah al-Anshari  adalaha pengikut mazhab Ahmad ibn Hanbal.

Pada hari Jumat tanggal 22 Dzulhijjah tahun 481 H/1089 M, al-Anshari meninggal dunia, dan di kuburukan di kaziyaghah, perkuburan dekat Herat.

Syekh Abdullah al-Anshari hidup pada zaman dinasti abbasiyah, yaitu pada masa al Ta'i ibn al-Muti(363H-947M), al-Qadir ibn Ishaq(381H-422H), al-Qaim Ibn al-Qadir(422H-467H), dan al-Muqtadi bin Muhammad(467H-487H). Dimasa ini banyak terjadi pertikaian antara madzhab-madzhab. 

Pertikaian ini menyebabkan banyaknya umat islam terbunuh dalam pertikaian ini. Karena inilah alasan penulisan kitab taswuf atau metode tasawuf untuk menjadi penengah bagi perbedaan yang ada. Yaitu dengan memperkenalkan nilai-nilai universal dari agama yang membawa manusia mengenal jati diri nya sebagai tuhan yang menjunnjung tinggi kemanusiaan yang beradab.

Syekh Abdullah al-Anshari menulis banyak kitab-kitab baik kitab tasawuf ataupun hadist dan lain-lainnya. Kitab kitab tersebut di tulis dalam bahasa Arab dan Persia

Kitab bahasa Arab

  • Al-arbain fi Dala'il al Tauhid
  • Al -arbain fi al sunnah
  • Manazil al-sai'rin
  • Anwar al-tahaqiq al mawza'izh
  • Syarah hadist kullu bid'ah dalalah
  • Dzam al-kalam wa ahlih
  • Al faruq al-shifat
  • Al-qadariah
  • 'ilal al maqamat
  • Al-risalah

Selain itu terdapat pula kitab-kitab lain yang di tulis syekh Abdullah al-Anshari, selain ini juga terdapat berbagai kitab yang ditulis dalam bahasa persia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun