Mohon tunggu...
Muhammad Habib Saifullah
Muhammad Habib Saifullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebatas Tulisan Tak Bermakna

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Telaah Kitab Ushulul Khamsah

18 Februari 2023   18:35 Diperbarui: 18 Februari 2023   20:44 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bidang ilmu yang digelutinya, meliputi Tafsir, Hadis, Fiqh, Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, dll. Diantara guru-gurunya, antara lain Ibrahim ibn Salmah al-Qattan, lalu ‘Abd ar-Rahman ibn Hamdan al-Jallab, dan Zubair ibn ‘Abd al-Wahid al-Asadabi, ketigatiganya dalam bidang Hadis. 

Adapun dalam ilmu Kalam beliau berguru kepada Abu Ishaq Ibrahim ibn Iyasy dan Abu ‘Abd Allah ibn ‘Ali alBasri Sebelum mendalami ilmu kalam Abdul Jabbar merupakan penganut madzhab Asy’ari dalam hal akidah. Salah satu faktor ia berpindah madzhab karena peran besar gurunya yaitu Ali Abu Ishaq ibn Iyasy, Ali Abu Ishaq merupakan murid dari tokoh Mu’tazilah aliran Basrah yang cukup terkenal yaitu, Abu Hasyim. Metode ilmu kalam menurut Abdullah Jabbar ialah manusia itu hanya dapat mengetahui kegaiban melalui penyimpulan berdasarkan pengetahuannya atas yang hadir di sekitarnya. Itulah yang disebutnya sebagai dalil. Jadi, yang gaib itu selamanya tidak akan dapat diketahui oleh manusia secara langsung. 

Pokok Persoalan Kitab Ushulul Khamsah

Inti dari kitab ushulul khamsah adalah berisi tentang dasar pijakan kaum mu’tazilah. Dasar pijakannya berjumlah lima pokok, yaitu tauhid, al-adl, Al-Wa’d dan Al-Wa’id, Al-Manzilah bainaal-Manzilatain, Amar Makruf dan Nahi Mungkar.

a. Tauhid Tauhid adalah Peng-esa-an tuhan yang mana maksudnya ialah pemurnian esensi Tuhan; Tuhan tidak memiliki sifat-sifat. Washil bin Atha’ mengatakan bahwa Tuhan tak mungkin diberikan sifat yang mempunyai wujud tersendiri yang melekat pada Zat Tuhan. Karena Zat Tuhan bersifat qadim. Dengan demikian, sifatpun bersifat qadim oleh karena itu untuk memelihara murninya Tauhid atau kemaha-esa-an Tuhan tidak boleh dikatakan mempunyai sifat. Muktazilah mengatakan sifat Tuhan adalah tidak berbeda dari zat-Nya. 

Dengan kata lain, Tuhan itu Maha Mengetahui, tetapi Tuhan itu Maha Mengetahui kerana zat-nya, bukannya karena Ia mempunyai pengetahuan yang terasing dari diri-nya. Mutazilah juga berpendapat bahwa Alquran itu adalah makhluk dan Allah disebut yang Khalik, Alquran juga adalah manifestasi dari kalam Allah maka dengan ini Alquran disebut Makhluk atau yang diciptakan, karena diciptakan maka itu bersifat baru, karena bersifat baru maka disebut makhluk.

b. Al-Adl Mu'tazilah memandang bahwasanya manusia memiliki kehendak bebas (free will). Karena itu, ia bebas melakukan perbuatan apa pun di luar intervensi Allah SWT. Menurut Mu'tazilah, Allah SWT tidak mungkin menciptakan keburukan, tidak juga menghendaki bencana, atau perbuatan dosa. 

Jika demikian, maka semua perbuatan buruk pasti dilakukan oleh manusia dengan kehendak bebas mereka sendiri. Maka jika Allah memiliki intervensi terhadap perbuatan manusia maka keadilan tuhan di tidak dapat ditegakkan. pandangan keadilan Mutazilah ini yang mana Tuhan tidak menghendaki keburukan, tidak menciptakan perbuatan manusia sehingga manusia bebas bertindak semaunya untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT atau tidak mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT inilah yang memiliki implikasi teologis yang luas

c. Al- Manzilah Baina Manzilatain Doktrin utama dari Mu’tazilah adalah derajat para pelaku dosa besar. Jika aliran Khawarij memandang bahwa orang yang berbuat dosa besar telah murtad dan keluar dari Islam, sementara Murjiah memandangnya tetap mukmin, maka Mu'tazilah berpandangan bahwa pelaku dosa besar tidak bisa dianggap mukmin, tidak bisa juga dibilang kafir. Mu’tazilahberpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar dan tidak bertaubat hingga meninggal, di hari akhirat kelak akan berada di antara dua tempat (antara surga dan neraka). 

Tempat itu diistilahkan dengan Al-Manzilah Baina Al-Manzilatain. Konsep tersebut kemudian menjadi salah satu doktrin Mu'tazilah yang paling fundamental. Mutazilah mengambil jalan tengah, karena pendapat ini didasarkan pada ayat-ayat Alquran dan as-Sunnah (Hadis) yang menganjurkan jalan tengah (moderat) dalam menyikapi segala suatu hal, kemudian pemahaman Plato yang mengatakan jika ada suatu tempat di antara hal buruk dan hal yang baik, dan pikiranpikiran Aristoteles yang menjadi keutamaan, ialah mengambil jalan tengah di antara dua jalan.

d. Amar Ma’ruf Nahi Munkar prinsip menyuruh berbuat baik dan melarang kemungkaran. Muktazilah menetapkan bahwa semua muslim wajib melakukan upaya tersebut untuk menyiarkan dakwah Islam. Perbedaan dasar dari Mutazilah dan aliran teologi yang lainnya mengenai doktrin ini terletak pada teknis pelaksanaannya i lapangan, Mutazilah beranggapan jika diperlukan cara kekerasan, maka lakukanlah. Mutazilah akan menempuh dan merealisasikan ajaran-ajarannya walaupun dengan cara kekerasan, sejarah juga mencatat bahwa Mutazilah pernah membuat kegaduhan yang menyebabkan kekerasan terjadi dalam rangka untuk mewujudkan dan menyebarkan doktrin-doktrin Mutazilah agar dapat diterima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun