Mohon tunggu...
Zaky Al Ghifary
Zaky Al Ghifary Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah seorang mahasiswa hukum yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap dunia film dan game. Dalam studi saya, saya sering kali menemukan hubungan antara narasi hukum dan alur cerita dalam film, yang memberi saya perspektif baru tentang isu-isu sosial dan moral. Selain itu, saya menikmati game sebagai sarana untuk mengasah strategi dan berpikir kritis, serta untuk menjelajahi tema-tema kompleks yang sering kali diangkat dalam konteks hukum. Kombinasi antara studi hukum dan hobi ini memperkaya wawasan saya dan membantu saya berpikir kreatif dalam pendekatan saya terhadap masalah-masalah hukum.

Selanjutnya

Tutup

Film

Kekuatan Mitos, Teori Negara dalam The Chronicles of Narnia dan Pengaruhnya Terhadap Konsep Kekuasaan

16 Oktober 2024   14:06 Diperbarui: 16 Oktober 2024   14:20 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

 Legitimasi kekuasaan Aslan tidak hanya berasal dari posisi sosio-politiknya, tetapi juga dari moralitas dan integritas yang ia tunjukkan. 

Ini mencerminkan pandangan Thomas Hobbes tentang kekuasaan absolut, di mana pemimpin memiliki wewenang penuh untuk menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat.

Namun, dalam konteks Narnia, legitimasi kekuasaan juga bergantung pada hubungan pemimpin dengan rakyatnya. Aslan tidak hanya memerintah dengan tangan besi; ia juga berinteraksi dengan rakyatnya dengan cara yang penuh kasih dan pengertian. 

Dalam hal ini, Lewis menyoroti pentingnya tanggung jawab pemimpin untuk mendengarkan dan memenuhi kebutuhan rakyatnya, menciptakan keseimbangan antara kekuasaan dan moralitas.

Di sisi lain, Narnia juga menggambarkan konsekuensi dari kekuasaan yang disalahgunakan, terutama melalui karakter White Witch. Ia menjadi representasi dari tirani dan kekuasaan yang korup, yang berlawanan dengan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik. 

Kontras ini menciptakan diskusi yang mendalam tentang legitimasi kekuasaan dan pertanyaan apakah kekuasaan yang tidak adil harus ditentang. 

Dalam konteks ini, Lewis menggugah pembaca untuk berpikir kritis tentang sistem pemerintahan mereka sendiri dan bagaimana kekuasaan dapat digunakan atau disalahgunakan.

Kekuasaan dan Moralitas

Salah satu tema sentral dalam The Chronicles of Narnia adalah hubungan kompleks antara kekuasaan dan moralitas. Aslan, sebagai simbol kekuasaan yang adil, mengajarkan bahwa kekuasaan harus digunakan untuk kebaikan bersama. 

Hal ini tercermin dalam tindakan dan keputusan yang ia ambil, di mana ia selalu mempertimbangkan dampak dari kekuasaannya terhadap masyarakat Narnia. Ini mengundang pembaca untuk merefleksikan nilai-nilai yang mendasari tindakan pemimpin dalam konteks nyata.

Sebaliknya, karakter jahat seperti White Witch mewakili penyalahgunaan kekuasaan yang mengabaikan moralitas demi kepentingan pribadi. Penyalahgunaan ini menciptakan ketidakadilan dan penderitaan bagi banyak makhluk di Narnia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun