Mohon tunggu...
Zaky Al Ghifary
Zaky Al Ghifary Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah seorang mahasiswa hukum yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap dunia film dan game. Dalam studi saya, saya sering kali menemukan hubungan antara narasi hukum dan alur cerita dalam film, yang memberi saya perspektif baru tentang isu-isu sosial dan moral. Selain itu, saya menikmati game sebagai sarana untuk mengasah strategi dan berpikir kritis, serta untuk menjelajahi tema-tema kompleks yang sering kali diangkat dalam konteks hukum. Kombinasi antara studi hukum dan hobi ini memperkaya wawasan saya dan membantu saya berpikir kreatif dalam pendekatan saya terhadap masalah-masalah hukum.

Selanjutnya

Tutup

Film

Kekuatan Mitos, Teori Negara dalam The Chronicles of Narnia dan Pengaruhnya Terhadap Konsep Kekuasaan

16 Oktober 2024   14:06 Diperbarui: 16 Oktober 2024   14:20 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The Chronicles of Narnia, karya C.S. Lewis, lebih dari sekadar sebuah kisah fantasi untuk anak-anak. Karya ini menyimpan berbagai lapisan makna yang dalam, terutama terkait dengan teori negara dan konsep kekuasaan. 

Melalui penggunaan mitos dan alegori, Lewis menggambarkan pandangannya tentang pemerintahan, moralitas, dan hubungan antara kekuasaan dengan individu dan masyarakat. 

Dalam Artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana mitos dalam Narnia berfungsi sebagai sarana untuk memahami berbagai aspek kekuasaan serta dampaknya terhadap pemikiran kita tentang legitimasi pemerintahan.

Mitos dan Alegori dalam Narnia

Mitos dalam Narnia bukan hanya berfungsi sebagai latar belakang cerita; ia memainkan peran krusial dalam menyampaikan nilai-nilai moral dan etika. Karakter Aslan, singa yang melambangkan kekuasaan yang adil dan benevolent, menjadi simbol kepemimpinan ideal. 

Dalam konteks ini, Aslan tidak hanya berfungsi sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai figur spiritual yang mengajarkan prinsip-prinsip moralitas. Dengan menempatkan karakter-karakter dalam situasi yang menantang, Lewis menunjukkan bagaimana mitos dapat membentuk pemahaman kita tentang kekuasaan, legitimasi, dan tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya.

Dalam tradisi mitos, kekuatan sering kali diasosiasikan dengan dewa-dewa atau entitas supranatural. 

Dalam Narnia, Lewis mengintegrasikan elemen-elemen ini, menciptakan dunia di mana kekuasaan tidak hanya berasal dari kemampuan fisik atau kekuatan militer, tetapi juga dari moralitas dan kebaikan.

 Dalam hal ini, mitos berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan dunia fantastis dengan realitas manusia, mendorong pembaca untuk merenungkan nilai-nilai yang mendasari sistem pemerintahan mereka.

Teori Negara

Melihat Narnia dari perspektif teori negara, kita dapat mengidentifikasi berbagai bentuk pemerintahan yang muncul dalam narasi ini. Salah satu bentuk yang paling jelas adalah monarki, di mana Aslan berfungsi sebagai raja yang diakui dan dihormati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun