Mohon tunggu...
Muhammad Firdaus Habibillah
Muhammad Firdaus Habibillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif di UIN Mulana Malik Ibrahim Malang

mahasiswa teknik informatika s1

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

AI mengubah Jurnalisme, Peluang Baru atau Risiko Baru?

10 Oktober 2024   23:47 Diperbarui: 11 Oktober 2024   00:02 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi user chatgpt (sumber: via https://digitalpsychology.binus.ac.id)

AI Mengubah Jurnalisme: Peluang Baru atau Risiko Baru?

Kecerdasan buatan (AI) telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, dan salah satu bidang yang terkena dampaknya secara signifikan adalah jurnalisme. 

Dalam artikel berjudul Collaborating with ChatGPT: Considering the Implications of Generative Artificial Intelligence for Journalism and Media Education oleh John V. Pavlik (2023), kita disuguhkan gambaran mengenai potensi dan risiko penggunaan AI generatif seperti ChatGPT dalam dunia jurnalisme. AI generatif memiliki kemampuan untuk memproses dan menyajikan informasi dalam waktu yang sangat singkat. 

Dengan lebih dari 1 juta pengguna yang terdaftar dalam waktu hanya satu minggu setelah peluncurannya (Mollman, 2022), ChatGPT menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai memanfaatkan teknologi ini untuk berbagai keperluan, termasuk jurnalisme.

Namun, kemunculan AI ini juga memunculkan kekhawatiran. Menurut Pavlik (2023), ada ketakutan bahwa AI dapat menggantikan peran jurnalis manusia, terutama di masa di mana anggaran redaksi semakin berkurang. 

Di saat yang sama, AI dianggap mampu meningkatkan efisiensi kerja jurnalis dengan mengambil alih tugas-tugas yang bersifat repetitif, seperti menulis berita berdasarkan data. The Associated Press, misalnya, sudah menggunakan AI untuk membuat berita-berita yang berbasis data sejak tahun 2022.

Meskipun demikian, dampak dari adopsi AI ini tidak sesederhana itu. Ada tantangan besar terkait etika, kualitas, dan kepercayaan terhadap konten yang dihasilkan AI. 

Dalam konteks pendidikan, pendidik jurnalisme perlu membekali mahasiswa dengan pengetahuan kritis tentang penggunaan AI, agar teknologi ini bisa dimanfaatkan dengan bijak dan tetap menjunjung tinggi etika jurnalistik.

***

AI generatif seperti ChatGPT menawarkan banyak potensi dalam dunia jurnalisme. Menurut Pavlik (2023), platform ini mampu membantu jurnalis untuk mengotomatisasi proses penulisan berita berbasis data dan mempercepat analisis informasi. Misalnya, Associated Press (AP) telah menggunakan AI untuk menghasilkan berita keuangan rutin sejak tahun 2022, mengurangi beban jurnalis dalam memproses data numerik yang kompleks. Namun, meskipun efisiensi ini menjanjikan, penting untuk mempertimbangkan bahwa AI tidak sepenuhnya bebas dari kekurangan.

Salah satu tantangan terbesar dalam adopsi AI di jurnalisme adalah keandalan konten. Data yang diproses oleh ChatGPT, misalnya, sering kali terbatas pada informasi yang tersedia di internet, yang tidak selalu akurat atau valid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun