Mohon tunggu...
Muhammad Ferry
Muhammad Ferry Mohon Tunggu... Penulis - Sang jurnalistik

Lahir tanggal 19 oktober 1999

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Vaksin? Herd immunity? K.O Semua gak Ada yang bisa menaklukkan CORONA

17 Juni 2020   12:39 Diperbarui: 17 Juni 2020   15:18 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak orang yang sedang bertanya tanya kapan virus korona ini hilang atau pergi. Lalu semua negara pun sedang berlomba dalam mencari vaksinnya masing masing. Yang kita ketahui semakin lama, virus korona ini kan bermutasi terus sehingga menciptakan sebuah koloni virus yang baru. Gue juga sudah mendengar kabar di Indonesia sendiri ada 2 jenis virus korona yang baru. Virus korona bawaan eropa dan amerika kalau tidak salah. Nah, yang akan gue bahas disini mengenai apakah setelah ditemukannya vaksin atau obat untuk korona, virus itu akan hilang sepenuhnya? Apakah benar dengan heard immunity saja bisa membuat kita menjadi tidak tertular virus korona sama sekali?

Gue disini akan mengumpulkan banyak sumber yang gue dapatkan. Dari laman kompas.com menurut direktur kedaruratan WHO dr Mike Ryan, memperingatkan bahwa virus korona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 mungkin tak akan pernah hilang meski nanti ada vaksin. Kalau pun nanti sudah ada vaksin untuk melawan Covid-19, itu berfungsi untuk mengendalikan virus. Bukan untuk menghilangkan virus dari muka Bumi.

Banyak contoh yang menunjukkan vaksin tidak bisa menghilangkan virus penyakit, tapi mengendalikan atau mencegah penularan. Sebagai contoh, vaksin campak dan rubella (MR) sudah diperkenalkan sejak 1963. Namun hingga saat ini, masih ada orang yang terpapar campak bila tidak divaksin.

Meski virus korona tidak bisa hilang dari muka bumi ini, kabar baiknya kalaupun mau hilang dari muka bumi ini menurut dr. Mike Ryan, jika ada yang menemukan vaksin yang sangat efektif, vaksin itu dapat didistribusikan ke semua orang di dunia, barulah mungkin memiliki kesempatan untuk menghilangkan virus ini.

Menurut Indra Rudiansyah, kandidat doktor riset vaksin di Jenner Institute, Oxford University menjelaskan jika virus corona hanya menular di antara manusia - dari manusia ke manusia - maka adanya vaksin sangat mungkin menghilangkan virus dari muka bumi.

Yang perlu kalian ketahui penggunaan vaksin untuk membasmi suatu penyakit pernah terjadi pada wabah smallpox atau cacar pada 1960-an. Jadi pada 1960-an itu ada wabah smallpox, dan smallpox ini hanya beredar di manusia. (Setelah ada vaksin), sekarang kita tidak pernah mendapat pasien dengan gejala smallpox karena virus itu sudah dieradikasi (diberantas)," paparnya. Dilansir Hello Sehat, pada 1980 WHO secara resmi menyatakan penyakit smallpox atau cacar yang disebabkan virus variolla sudah tidak lagi ditemukan kasusnya.

Beda kasus dengan Covid-19. Dikatakan Indra, Jadi kalau penyakitnya zoonosis atau bisa menularkan dari manusia ke hewan, seperti malaria dan DBD, itu akan sangat sulit dieradikasi. Karena melibatkan dua organisme berbeda dan penyakit itu sulit dikontrol. Namun bisa dicegah.

Gue tarik kesimpulan Vaksin atau bahkan obat antibodi sekalipun tidak dapat menghilangkan virus korona sepenuhnya jika penyakit virus korona itu bersifat zoonosis, yang dimana hanya bisa dicegah.

Yang terakhir, yang sedang terdengar kencang dari pemerintah mengenai Herd Immunity. Gue menemukan sumber mengenai herd immunity dan sebuah temuan baru. Dilansir dari laman kompas.com menyatakan bahwa menerapkan herd immunity atau kekebalan kelompok di sebuah negara terbukti tidak efektif, berdasarkan studi terbaru.

Studi terbaru itu melibatkan 1.100 tes di Swedia dan dilakukan oleh badan kesehatan masyarakat negara itu menemukan hanya 7,3 persen orang di Stockholm yang mengembangkan antibodi, seperti dilansir Reuters.

Para ahli mengatakan, populasi dapat mencapai apa yang disebut kekebalan kelompok terhadap virus ketika sekitar 60 persen orang telah terinfeksi.

Tom Britton, profesor yang membantu mengembangkan model peramalan, mengakui perhitungannya bisa saja keliru.
"Itu berarti perhitungan yang dibuat oleh agensi dan saya mungkin salah, tapi jika demikian adanya, kesalahan itu mengejutkan," katanya kepada surat kabar Swedia, Dagens Nyheter, seperti dilaporkan The Guardian.
"Atau lebih banyak orang telah terinfeksi daripada antibodi yang dikembangkan." Britton sebelumnya menyebut, sekitar setengah dari populasi di Swedia dapat terinfeksi pada akhir April 2020.

Kesimpulan dari semua pemaparan sumber sumber yang telah gue temukan adalah bukan bermaksud untuk menakuti atau bahkan kekhawatiran kalian lebih tinggi terhadap virus korona ini, tetapi gue disini ingin mengedukasi kalian betapa pentingnya memahami sebuah situasi atau keadaan yang sebenarnya terjadi saat ini.

Mencari vaksin bukan untuk menghilangkan tetapi untuk mencegah. Serta Herd immunity strategi kita setelah 60 persen populasi terinfeksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun