Sejak hari itu, semangat Alif  kembali tumbuh. Ia kembali ke sekolah dengan rasa percaya diri. Bu Rahma selalu menyapa dengan ramah setiap pagi, memastikan Ia merasa diterima. Terkadang anak Bu Rahma juga datang ke kelas Alif  "Bang Alif nanti malam disuruh mama ke rumah, mama masak makanan enak dan meminta bang Alif ikut makan bersama"
Kini, Ia punya mimpi baru. Ia ingin menjadi guru, seperti Bu Rahma. Ia ingin menjadi seseorang yang bisa mendukung anak-anak yang mungkin merasa putus asa, seperti Ia dulu.
Alif tumbuh menjadi remaja yang penuh dedikasi. Ia belajar dengan keras dan selalu mengingat kata-kata ibunya: "Semangat itu yang membuat kita bisa melewati segalanya." Ketika ia lulus SMA dengan nilai bagus, ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Perjalanan Alif tidak berhenti di sana. Ia melanjutkan studinya hingga jenjang S2 dan memilih menjadi dosen di jurusan pendidikan. Baginya, menjadi dosen adalah cara terbaik untuk menciptakan guru-guru yang penuh kasih dan dedikasi seperti Bu Rahma dulu. Setiap kali mengajar, ia selalu mengingat masa kecilnya dan berusaha menjadi inspirasi bagi mahasiswanya.
"Ketika sekolah memanggil, Aku siap," ujar Alif dengan senyum bangga jika ada sekolah yang mengundangnya untuk mengisi seminar dan workshop. Ia tahu, perjalanannya yang penuh liku adalah bekal untuk membentuk generasi penerus yang lebih baik. Pendidikan telah mengubah hidupnya, dan kini ia ingin mengubah hidup banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H