siswa harus mempelajari tiga keterampilan literasi baru. Dalam dunia pendidikan, literasi merupakan bagian penting dari tumbuh kembang peserta didik sebagai mata pelajaran pendidikan. Fungsi baca dan tulis adalah fungsi baca dan tulis.
Pandangan ini sesuai dengan makna yang terdapat dalam kamus online Merriam-Webster, yang menjelaskan bahwa literasi berasal dari bahasa Latin “literature” dan bahasa Inggris “letter”. Tetapi apa yang mereka pelajari untuk dipahami hanyalah membaca. Seperti halnya membaca buku yang dipahami sebagai literasi, literasi tidak dapat dipisahkan dari buku. Mampu membaca berarti tidak hanya membaca buku, tetapi juga membaca dan menulis sambil membaca apa yang terjadi di sekitar kita. Memang, literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan keahlian. Di era digital milenial, Anda tidak perlu pergi ke perpustakaan untuk membaca, atau bahkan membeli buku untuk dibaca. Memiliki perangkat pintar dengan banyak aplikasi pasti bisa digunakan untuk belajar huruf. Utilitas ini mudah digunakan kapan saja, di mana saja. Jadi Anda tidak perlu membacanya hari ini.
Tidak ada yang lain selain membaca dan menulis fungsi selain membaca. Iman al-Ghazari pernah berkata, "Jika Anda bukan putra seorang ulama besar atau putra seorang raja, Anda akan menjadi seorang penulis." Kami bukan selebriti, tapi kami bisa membuat kami terkenal dengan menulis. Dengan menulis, kita juga mendapat manfaat dari diri kita sendiri yaitu kita bisa lebih banyak membaca. Kutipan dari Pramoedya Ananta Toa "Jika Anda tidak menulis, Anda akan hilang dari pusaran masyarakat dan sejarah." Banyak orang mengatakan bahwa menulis adalah bakat. berbeda! Dengan pemikiran ini, menulis adalah keterampilan praktis dan tidak dapat dipisahkan dari menulis dalam kehidupan sehari-hari karena membutuhkan latihan dan kerja keras. Angka melek huruf masyarakat Indonesia masih sangat rendah karena teknologi selalu ada.
Kita tidak harus terjerumus ke dalam jebakan teknologi, tetapi kita harus menjadikan teknologi sebagai senjata bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kemampuan literasi mereka di Indonesia. Bahkan Agus Sudibyo, anggota Dewan Pers, menyarankan agar pendidikan media dimasukkan dalam kurikulum sekolah untuk mencegah dampak teknologi baru. Rendahnya literasi Indonesia menjadi salah satu penyebab kualitas pendidikan di Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara lain. Ini membuktikan bahwa generasi Mireniaru memiliki sarana canggih yang tidak cukup untuk menyambut berita. Namun dengan teknologi yang sangat canggih, kita dapat melihat bahwa kita memiliki akses ke seluruh dunia, bahkan luar angkasa. Semua yang ingin kami ketahui ada di sana. Anda hanya perlu memiliki keinginan untuk bisa membaca dan menulis. Sangat mudah untuk membaca dan menulis. Kesulitannya adalah kesadaran dan keinginan untuk memperoleh kemampuan membaca dan menulis.
Adapun kutipan, "mengubah hidup" mau tidak mau akan menghadapi tuntutan persaingan yang harus dikuasai setiap individu untuk bertahan hidup di zaman modern. Meningkatkan daya saing dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi dasar utamanya adalah meningkatkan pengetahuan yang diperoleh melalui literasi. Oleh karena itu, kemampuan dasar membaca dan menulis merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Di era revolusi industri .0 khususnya di dunia pendidikan, siswa dan guru hidup dalam dunia digital yang berteknologi tinggi. Dalam kaitan ini, kehadiran dan peran guru sangat penting untuk literasi digital. Kita semua hidup di dunia digital, khususnya di dunia pendidikan, sehingga masalah kita tidak hanya terletak pada siswa yang berdaya, tetapi juga pada guru. Gurulah yang perlu mengaktifkan keterampilannya untuk mengajar angka.
Digital bukan hanya tentang TI. Namun, itu harus menjadi topik yang menggunakan teknologi 4.0 dalam kehidupan sehari-hari siswa. Mireniaru generasi tidak lagi membaca buku cetak tetapi menggunakan digital dan menghirup oksigen. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah adanya perangkat yang canggih dan pembelian komputer yang sederhana, seperti menyediakan fasilitas yang mumpuni dan tidak menggunakannya. Hal ini terjadi di sejumlah negara, termasuk Meksiko, yang gagal total karena kurangnya kearifan dalam penggunaan media. Menghadapi era Revolusi Industri .0, institusi pendidikan tidak perlu menyiapkan siswa untuk satu komputer atau satu untuk tablet. Yang kurang penting, nilai atau nilai soft skill, empati dan kerjasama akan menjadi pondasi masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H