Mohon tunggu...
Muhammad Febin Agustian
Muhammad Febin Agustian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa pendidikan bahasa inggris

mahasiswa pendidikan bahasa inggris fakultas bahasa dan ilmu komunikasi UNISSULA

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Digital Literasi terhadap Perkembangan Islam di Era Teknologi Industri 4.0

25 Juni 2021   04:00 Diperbarui: 25 Juni 2021   04:02 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh Dr. Ira Alia Maerani; Muhammad Febin Agustian
Dosen FH Unissula; Mahasiswa PBI 19, FBIK

Di era Industri .0, tiga keterampilan literasi baru perlu dipelajari. Ketiga keterampilan literasi tersebut adalah literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Tantangan untuk memperoleh keterampilan di masa depan sangat berat.

Kita memasuki era revolusi industri 4.0 Revolusi Industri 4.0 merupakan era dimana dunia industri digital telah menjadi model dan standar kehidupan saat ini. Dengan era Revolusi Industri 4.0 datang era kehancuran. Menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan zaman yang bergejolak membutuhkan “pengetahuan baru” sekaligus pengetahuan lama. Sastra lama yang ada hingga saat ini berfungsi sebagai modal kehidupan manusia. Fungsi baca dan tulis adalah fungsi baca dan tulis.

Pengembangan literasi sangat penting karena literasi merupakan kemampuan pertama yang dibutuhkan setiap individu untuk hidup di masa depan. Literasi kuno mencakup kemampuan untuk memodifikasi. Pengetahuan baru, di sisi lain, termasuk melek data, paham teknologi, dan paham manusia. Literasi data mengacu pada kemampuan membaca, menganalisis, dan menarik kesimpulan yang bijaksana berdasarkan data dan informasi (big data) yang diperoleh. Pengetahuan teknis mencakup kemampuan untuk memahami cara kerja mesin. Menerapkan dan menggunakan produk teknologi berbasis teknologi untuk hasil yang optimal. Literasi manusia mencakup keterampilan dalam komunikasi, kerjasama, berpikir kritis, kreativitas dan inovasi. Literasi di era Industri 4.0 menjadi topik yang perlu dibahas oleh peneliti.

Hal ini menunjukkan bahwa mengakui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan upaya memahami situasi zaman. Suka atau tidak suka, komunitas harus mengikutinya. Umat manusia harus memperbarui cara hidup dan semangatnya dengan setiap revolusi di segala bidang. Ini seperti sebuah program dalam bidang studi yang selalu berubah. Hal ini terjadi karena kurikulum bahasa Indonesia senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tantangan saat ini yang dihadapi komunitas pendidikan dengan proses pembelajaran adalah tidak hanya menekankan konsolidasi keterampilan literasi lama, tetapi juga merangsang penguatan keterampilan baru yang menarik. Literasi diintegrasikan ke dalam pemberdayaan ilmiah dan profesional. Oleh karena itu, diperlukan arah perubahan baru dalam pelaksanaan pekerjaan pendidikan baik pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi.

Sumber-Sumber Informasi Dalam Islam

Dalam pandangan islam setidaknya terdapat empat sumber informasi, yaitu :

  • Al Quran dan Sunnah (Hadist) Rasulullah SAW. Dalam kehidupan muslim, wahyu dan sunnah adalah basis utama dari informasi yang menjadi pandangan hidup (worldview), model berfikir dan acuan dari cara bertindak.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ      

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS Yünus (10): 57)

  • Di dalam kitab at-Tahrir wa at-Tanwir, Ibn Asyur menjelaskan bahwa, penggunaan kata ja’a adalah al-maji’ yang dimaknai secara majazi yang berarti mengumumkan (al-i’lam) dan menyampaikan (al-bulūgh). Berdasarkan hal ini, maka al-Quran dari segi informasi memiliki beberapa kandungan, yaitu mauizhah, syifa’, hudan, rahmah, dan ibrah. Fungsi pertama (mauizhah) al Quran tidak hanya ditujukan kepada orang beriman saja, tetapi juga umat manusia secara umum, namun yang bisa mendapatkan mauizhah al-Quran hanyalah orang-orang yang beriman (Ibn Asyur: 11, 200).
  • وَالۡقُرۡاٰنِ الۡحَكِيۡمِ  اِنَّكَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِيۡنَۙ  عَلٰى صِرَاطٍ مُّسۡتَقِيۡمٍؕ‏  تَنۡزِيۡلَ  الۡعَزِيۡزِ الرَّحِيۡمِ
  • “Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah, sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,” (QS Yasin (36) : 2-4)
  • Alam semesta dan lingkungan. Peredaran bumi dan matahari, pergantian siang dan malam, tetumbuhan, hewan, sungai, gunung, lautan adalah sumber informasi bagi manusia, karena menimbulkan keingintahuan dan memberi jalan pemahaman terhadap sebuah pengetahuan [QS Āli ‘Imrān (3): 190-191; QS al-Ghāfir (40): 57; QS al-Ghāsyiyah (88): 17-20].
  • إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
  • “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS Āli ‘Imrān (3): 190-191)
  • خَلۡقُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ اَكۡبَرُ مِنۡ خَلۡقِ النَّاسِ وَلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَعۡلَمُوۡنَ
  • “Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS al-Ghāfir (40): 57)

أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ  وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ


  • “Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana dicip[1]takan? dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?” (QS al-Ghāsyiyah (88): 17-20)
  • Realitas, peristiwa, dan sejarah. Apa yang terjadi hari ini dan kemarin adalah sumber informasi yang dapat memberi pengaruh pada pemikiran dan tindakan tertentu yang dilakukan manusia [QS Yusuf (12): 111].
  • لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ
  • “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebel[1]umnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Yusuf (12): 111)
  • Manusia, baik sebagai individu maupun dalam konteks sebagai anggota suatu kelompok. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna dibanding makhluk lainnya (QS at-Tin (95): 4 dan QS Ibrahim (14): 4), sehingga memiliki kemampuan untuk memproduksi, mengelola, dan menyebarluaskan informasi. Di antara kemampuan itu adalah cara komunikasi melalui penciptaan simbol seperti bahasa, sehingga memungkinkan cara berinteraksi melalui penyebaran informasi yang lebih kompleks.
  • لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِىۡۤ اَحۡسَنِ تَقۡوِيۡمٍ
  • “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” (QS at-Tin (95): 4)
  • وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهٖ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۗفَيُضِلُّ اللّٰهُ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
  • “Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji.” (QS Ibrahim (14): 4)


Literasi dalam perspektif umum

siswa harus mempelajari tiga keterampilan literasi baru. Dalam dunia pendidikan, literasi merupakan bagian penting dari tumbuh kembang peserta didik sebagai mata pelajaran pendidikan. Fungsi baca dan tulis adalah fungsi baca dan tulis.

Pandangan ini sesuai dengan makna yang terdapat dalam kamus online Merriam-Webster, yang menjelaskan bahwa literasi berasal dari bahasa Latin “literature” dan bahasa Inggris “letter”. Tetapi apa yang mereka pelajari untuk dipahami hanyalah membaca. Seperti halnya membaca buku yang dipahami sebagai literasi, literasi tidak dapat dipisahkan dari buku. Mampu membaca berarti tidak hanya membaca buku, tetapi juga membaca dan menulis sambil membaca apa yang terjadi di sekitar kita. Memang, literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan keahlian. Di era digital milenial, Anda tidak perlu pergi ke perpustakaan untuk membaca, atau bahkan membeli buku untuk dibaca. Memiliki perangkat pintar dengan banyak aplikasi pasti bisa digunakan untuk belajar huruf. Utilitas ini mudah digunakan kapan saja, di mana saja. Jadi Anda tidak perlu membacanya hari ini. 

Tidak ada yang lain selain membaca dan menulis fungsi selain membaca. Iman al-Ghazari pernah berkata, "Jika Anda bukan putra seorang ulama besar atau putra seorang raja, Anda akan menjadi seorang penulis." Kami bukan selebriti, tapi kami bisa membuat kami terkenal dengan menulis. Dengan menulis, kita juga mendapat manfaat dari diri kita sendiri yaitu kita bisa lebih banyak membaca. Kutipan dari Pramoedya Ananta Toa "Jika Anda tidak menulis, Anda akan hilang dari pusaran masyarakat dan sejarah." Banyak orang mengatakan bahwa menulis adalah bakat. berbeda! Dengan pemikiran ini, menulis adalah keterampilan praktis dan tidak dapat dipisahkan dari menulis dalam kehidupan sehari-hari karena membutuhkan latihan dan kerja keras. Angka melek huruf masyarakat Indonesia masih sangat rendah karena teknologi selalu ada. 

Kita tidak harus terjerumus ke dalam jebakan teknologi, tetapi kita harus menjadikan teknologi sebagai senjata bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kemampuan literasi mereka di Indonesia. Bahkan Agus Sudibyo, anggota Dewan Pers, menyarankan agar pendidikan media dimasukkan dalam kurikulum sekolah untuk mencegah dampak teknologi baru. Rendahnya literasi Indonesia menjadi salah satu penyebab kualitas pendidikan di Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara lain. Ini membuktikan bahwa generasi Mireniaru memiliki sarana canggih yang tidak cukup untuk menyambut berita. Namun dengan teknologi yang sangat canggih, kita dapat melihat bahwa kita memiliki akses ke seluruh dunia, bahkan luar angkasa. Semua yang ingin kami ketahui ada di sana. Anda hanya perlu memiliki keinginan untuk bisa membaca dan menulis. Sangat mudah untuk membaca dan menulis. Kesulitannya adalah kesadaran dan keinginan untuk memperoleh kemampuan membaca dan menulis.

Adapun kutipan, "mengubah hidup" mau tidak mau akan menghadapi tuntutan persaingan yang harus dikuasai setiap individu untuk bertahan hidup di zaman modern. Meningkatkan daya saing dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi dasar utamanya adalah meningkatkan pengetahuan yang diperoleh melalui literasi. Oleh karena itu, kemampuan dasar membaca dan menulis merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Di era revolusi industri .0 khususnya di dunia pendidikan, siswa dan guru hidup dalam dunia digital yang berteknologi tinggi. Dalam kaitan ini, kehadiran dan peran guru sangat penting untuk literasi digital. Kita semua hidup di dunia digital, khususnya di dunia pendidikan, sehingga masalah kita tidak hanya terletak pada siswa yang berdaya, tetapi juga pada guru. Gurulah yang perlu mengaktifkan keterampilannya untuk mengajar angka.

Digital bukan hanya tentang TI. Namun, itu harus menjadi topik yang menggunakan teknologi 4.0 dalam kehidupan sehari-hari siswa. Mireniaru generasi tidak lagi membaca buku cetak tetapi menggunakan digital dan menghirup oksigen. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah adanya perangkat yang canggih dan pembelian komputer yang sederhana, seperti menyediakan fasilitas yang mumpuni dan tidak menggunakannya. Hal ini terjadi di sejumlah negara, termasuk Meksiko, yang gagal total karena kurangnya kearifan dalam penggunaan media. Menghadapi era Revolusi Industri .0, institusi pendidikan tidak perlu menyiapkan siswa untuk satu komputer atau satu untuk tablet. Yang kurang penting, nilai atau nilai soft skill, empati dan kerjasama akan menjadi pondasi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun