Mohon tunggu...
Muhammad FazaPinaringgi
Muhammad FazaPinaringgi Mohon Tunggu... Editor - lah

lah

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Resensi Film "Soul" 2020

3 Maret 2021   22:48 Diperbarui: 3 Maret 2021   23:37 2222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                                 Gambar film Soul (Sumber : micechat.com) 

Disney+ Hotstar secara eksklusif merilis film Soul pada 25 Desember 2020 kemarin demi mendukung perayaan hari Natal di rumah saja. Sebenarnya film yang dibintangi oleh Jamie Foxx ini direncanakan tayang di bioskop pada pertengahan 2020 lalu. Akibat adanya pandemi COVID-19, film tersebut akhirnya diundur dan kemudian rilis secara streaming di Disney+.

Soul adalah film animasi komputer petualangan komedi fantasi Amerika Serikat tahun 2020 yang diproduksi Pixar Animation Studios untuk Walt Disney Pictures. Film ini disutradarai Pete Docter dan diproduksi Dana Murray. Di Indonesia, film ini juga tersedia versi sulih suara dalam bahasa Indonesia di Disney+ Hotstar. Film ini menerima ulasan yang sangat positif dari para kritikus, dengan pujian untuk animasi, cerita, akting suara, dan musiknya.

Pengisi suara dalam beberapa tokoh di Soul ini juga tidak sedikit, antara lain Jamie Foxx sebagai Joe Gardner, Tina Fey sebagai 22, Questlove sebagai Curly, Phylicia Rashad sebagai ibu Joe, Daveed Diggs sebagai Paul, Angela Bassett sebagai Dorothea Williams, Richard Ayoade sebagai Jerry, Cody Chesnutt sebagai penyanyi dengan gitar, Selain itu, John Ratzenberger telah berperan dalam peran yang dirahasiakan.

Film Soul berkisah mengenai kehidupan manusia di bumi dan kehidupan setelahnya ketika manusia telah menjadi jiwa (soul). Cerita berfokus pada seorang pria paruh baya bernama Joe Gardner (Jamie Foxx) yang memiliki tujuan hidup sebagai pianis jazz untuk tampil di muka umum.

Sejak kecil Joe percaya bahwa ia hidup ditakdirkan sebagai pianis jazz. Ia berusaha dengan melewati berbagai tahap, salah satunya menjadi guru musik paruh waktu Sekolah Menengah Pertama. Pada suatu hari, dia tiba-tiba mendapatkan panggilan dari murid lamanya untuk tampil di atas panggung dengan salah satu musisi jaz ternama. Gardner yang sudah bermimpi untuk menjadi seorang musisi jaz sejak masih kecil tentu saja antusias dengan tawaran tersebut dan enggak menolaknya.

Ia senang ketika berkesempatan tampil mendampingi musisi jazz kenamaan. Sayangnya ketika tengah mempersiapkan penampilan pertamanya, Joe tidak sengaja jatuh ke dalam lubang. Ia kemudian menemukan dirinya sebagai jiwa yang pergi menuju "Great Beyond". Karena merasa belum pantas mati, masih punya banyak keinginan dalam hidup yang belum tercapai, maka Joe berusaha mencari jalan untuk hidup lagi.

Lari dari Great Beyond, Joe malah terdampar di alam Great Before, tempat para jiwa yang sebelum dilahirkan ke dunia, mendapatkan kepribadian dan 'sparks'. Di sini kesalahpahaman muncul, Joe yang seharusnya sudah ditransfer ke alam baka, malah dikira mentor bagi jiwa-jiwa belum bernama. Joe pun diberikan tugas melatih jiwa no. 22  (Tina Fey) untuk menemukan spark-nya sebagai badge terakhir, tiket untuk turun ke bumi.

Oya, FYI, jiwa no. 22 merupakan jiwa paling ndableg, ngeselin, dan paling nggak tahu kenapa jiwa-jiwa lain semangat banget turun ke bumi yang sumpek, penuh dosa, pokoknya isinya negatif semua (we can't blame her). Semua mentor terdahulunya macam Abraham Lincoln, hingga Mother Teresa aja nyerah sama jiwa satu ini. Mampukah Joe melatihnya? Pengalaman melatih si no.22 inilah yang akhirnya mengubah pandangan Joe terhadap tujuan hidupnya.

Joe mungkin telah kehilangan nyawanya, tetapi dia belum siap untuk menyerah pada takdir. Ia juga ingin menunjukkan kepada 22, bahwa hidup layak untuk diperjuangkan karena ia memiliki api semangat dan cinta untuk banyak hal. Sementara 22 akhirnya dipaksa untuk mencicipi kehidupan melalui tubuh Joe meskipun awalnya belum bisa menemukan alasannya untuk hidup di dunia. 22 juga bisa mengakses banyak informasi terkait memori dari guru musik ini. Ketika mereka berpetualang bersama, rupanya banyak momen yang ternyata baru bagi kedua tokoh tersebut, tak terkecuali Joe, yang sudah bertahun-tahun hidup sebagai manusia. Hal ini termasuk bagaimana ia kemudian bisa jujur kepada orang-orang terdekatnya, hingga dirinya sendiri.

Disutradarai oleh Pete Docter yang juga menggarap film Up dan film Inside Out, Soul mungkin agak berat jika disebut sebagai film keluarga pengisi liburan. Film Soul mengajak penontonnya untuk berpikir ulang mengenai tujuan hidup mereka di dunia ini. Lewat serangkaian dialog cepat dengan alur yang terus maju, adegan demi adegan di film ini mampu menyentuh perasaan yang menontonnya.

Film Soul juga memiliki animasi yang tidak perlu diragukan lagi. Soalnya, Soul digarap oleh Disney dan Pixar yang telah beberapa kali bekerja sama memproduksi film animasi berkualitas yang enggak jarang meraih penghargaan bergengsi. Mengingat sosok Joe Gardner dalam film ini dikisahkan ingin menjadi musisi jaz, tentunya enggak heran kalau genre musik tersebut juga menjadi tema utama dari scoring Soul. Hampir dalam setiap adegannya, kalian akan disuguhkan dengan alunan musik khas genre jaz, lengkap dengan piano dan juga saksofon. Namun, ritme dari setiap musik jaz yang hadir tersebut juga disesuaikan dengan suasana dari adegannya.

Seperti film animasi Disney dan Pixar pada umumnya, Soul juga memiliki sejumlah momen komedi yang mampu mengocok perut penonton. Hal ini umumnya terjadi berkat tingkah konyol 22 yang digambarkan sebagai karakter ceria. Selain itu, munculnya sekuens dari sejumlah mentor 22 terdahulu yang 'tersiksa' untuk mencarikan makna hidup dari sang jiwa baru tersebut juga cukup menghibur meski hanya muncul sesaat.

Meski begitu, kita enggak cuma disajikan dengan adegan komedi saja pada film ini, tetapi juga sejumlah momen dengan nilai moral bagi penontonnya. Mengingat konsep utamanya adalah perjalanan spiritual, tentunya enggak heran kalau di dalamnya kita akan disajikan dengan berbagai pelajaran hidup.

Menurut saya, film ini layak ditonton bagi mereka yang bingung akan tujuan hidup atau mereka yang mengalami quarter life crisis. Soul akan membuka pikiran mereka dengan cara sederhana dan tidak sok bijak. Tujuan hidup sendiri merupakan hal yang sangat filosofis dan tidak mudah dipahami meski terlihat sepele. Bahkan banyak pula orang paruh baya, seperti Joe, yang sebenarnya belum memahami tujuan hidup.

Bila diperhatikan lebih dalam, film yang membahas tujuan hidup ini terlalu berat untuk dipahami anak kecil. Mengingat tujuan film utama film ini anak-anak, namun setidaknya anak-anak akan menikmati animasi yang sangat berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun