Ketika menjalankan sebuah bisnis, kita membutuhkan ketelitian serta kefokusan. Tanpa itu semua, kita berpotensi untuk melakukan kekeliruan kecil yang ternyata mempunyai dampak yang sangat besar. Kali ini saya akan membahas tiga kesalahan kecil yang ternyata mempunyai dampak yang sangat besar, bahkan mempunyai potensi menghancurkan bisnis kita.
1. Meremehkan Masalah Kecil
Terkadang masalah selalu datang dalam proses bisnis kita. Ada yang memiliki masalah kecil, ada juga yang memiliki masalah besar.Â
Ketika berhadapan dengan masalah kecil terkadang kita cenderung meremehkannya. Justru inilah sisi lemah kita yang meremehkan masalah kecil itu, karena memiliki potensi yang sangat berbahaya jika kita menganggap remeh hal-hal kecil tersebut. Sehingga apapun masalah yang kita hadapi baik kecil maupun besar, cobalah untuk serius menanganinya serta cobalah untuk fokus melakukannya.Â
Jangan meremehkan hal kecil apalagi menganggapnya sepele. Karena apabila kita menyepelekan hal kecil itu, maka kita sedang menumpuk dan mengumpulkan masalah-masalah kecil itu menjadi besar. Seharusnya kita proporsional dalam menempatkan sebuah masalah, jangan meremehkan maupun terlalu over thinking. Apapun masalahnya, analisis dengan jernih serta temukan sumbernya, kemudian cari solusinya.Â
Jadi jangan terlalu mengabaikan masalah-masalah kecil, serta jangan terlalu menganggap besar masalah-masalah yang sebenarnya juga tidak terlalu besar. Proporsional dalam menempatkan masalah itu penting bagi kita sebagai pebisnis. Jangan overthinking, jangan berlebihan, dan juga jangan meremehkan.
2. Percaya Diri yang Berlebih
Percaya diri dalam sebuah bisnis itu baik, percaya diri dengan produk yang kita miliki itu juga baik. Namun terlalu over-confidence itu justru memiliki dampak yang tidak baik.Â
Masih ingat Nokia, salah satu brand HP yang sangat luar biasa! Di zamannya Nokia adalah raja, namun Nokia melakukan satu kesalahan yang sangat mendasar. Yaitu terlalu percaya diri dengan produknya, bahkan meremehkan para pesaingnya.Â
Pada akhirnya Nokia bangkrut, hanya menyisakan sejarah sebagai sebuah brand HP. Bahkan hingga kini sulit mendapatkan tempat, karena Nokia terlalu over-confidence atau terlalu menganggap dirinya hebat dan terlalu menganggap produknya luar biasa. Pada akhirnya Nokia tidak mampu melihat secara objektif, celah dan kekurangan pada produk yang dimilikinya.Â
Pelajaran ini penting kita ambil. Bahwa dalam melihat produk kita, haruslah objektif dan jangan terlalu over-confidence atau terlalu percaya diri dengan produk yang kita miliki. Pada akhirnya mempunyai potensi menjerumuskan kita, karena tidak peka terhadap kelemahan produk kita serta tidak peka terhadap apa yang harus kita perbaiki. Kita juga cenderung akan meremehkan para pesaing kita dan menganggap diri kita unggul. Sehingga memandang remeh mereka yang ada di tempat lain yang mungkin punya potensi mengambil pasar yang kita miliki.
Pada Sisi yang berlawanan, terlalu menganggap bahwa produk kita rendah atau terlalu tidak percaya diri terhadap apa yang kita miliki. Itu juga merupakan sifat yang tidak baik, harus kita buang jika ingin terus berkembang dan membangun bisnis. Â
Dapat disimpulkan jika over-confidence membuat kita lupa diri, sedangkan terlalu tidak percaya diri juga membuat kita merasa tidak mampu dan tidak berani bersaing. Over-confidence membuat kita lupa untuk memperbaiki diri, sedangkan terlalu tidak percaya diri malah membuat kita takut untuk maju dan berkembang.Â
Menjadi objektif itulah pilihan terbaiknya, mengakui kelebihan kita dan mengakui kelemahan kita. Serta bersyukur atas kelebihan kita, agar kemudian hari dapat terus mengembangkan dan memilih memperbaiki kelemahan yang ada pada produk kita.
3. Berhenti Berinovasi
Transformasi itu adalah kepastian. Ketika kita berhenti melakukan inovasi dalam sebuah bisnis, maka bersiap-siaplah untuk menuju gerbang kematian. Karena setiap bisnis itu mempunyai masa dan umur. Jika massa dan umur itu telah hampir habis, maka pilihan kita cuman dua yaitu memilih untuk mati ditelan oleh massa atau melakukan transformasi.
Transformasi adalah pilihan paling logis, transformasi dimulai dengan proses inovasi. Jika berhenti melakukan inovasi berarti berhenti melakukan transformasi, yang artinya kita sedang memilih untuk mati. Pada akhirnya para pebisnis yang memilih untuk berhenti melakukan inovasi, mereka sedang bersiap menuju satu jalan yakni jalan kematian.Â
Maka, pilihan paling logis yang harus selalu kita pilih adalah terus beradaptasi, transformasi dan melakukan inovasi. Melakukan transformasi memanglah tidak mudah, kita dapat melakukannya dengan beberapa cara. Yang pertama kita melihat sisi lemah dari produk kita, yang mana nantinya kita jadikan itu sebagai fokus transformasi dan inovasi kita. Dengan kita yang melihat sisi lemah produk kita, maka kita berkomitmen untuk memperbaikinya. Sehingga kita punya cara dan kita punya inovasi untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitasnya. Kita juga dapat melihat selera masyarakat hari ini, lakukan inovasi menyesuaikan dengan selera masyarakat. Kita menyesuaikan dengan selera konsumen kita, ini juga salah satu pilihan lain yang dapat kita tempuh sebagai cara untuk memulai sebuah proses inovasi.
Cara kedua yang dapat kita lakukan dalam proses inovasi adalah melihat para pesaing kita. Kita berguru pada mereka apa yang sudah mereka lakukan, kemudian pikirkanlah beberapa langkah lebih maju dari apa yang mereka lakukan tersebut. Ciptakan satu imajinasi produk yang lebih dari sekedar apa yang kita dapat dari para pesaing kita. Menjadi lebih baik selangkah itu penting, agar kita tidak ketinggalan dalam proses melakukan inovasi.
Itulah tiga kesalahan kecil yang mempunyai potensi merusak dan menghancurkan bisnis kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H