Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pengangguran
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan sesekali kalian mengeluh tentang kehidupan, bersyukurlah kalian kepada sang pencipta.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Percuma Menabung jika Tak Paham Literasi Keuangan

23 Juli 2022   12:06 Diperbarui: 23 Juli 2022   12:19 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
literasi keuangan (sumber: sarjanaekonomi.co.id)

Katanya sih menabung itu pangkal kaya, makanya sejak kecil kita diajarkan untuk menabung dengan berhemat menyisihkan uang jajan. Nanti bakal terkumpul banyak sampai kita bisa membeli sesuatu yang kita inginkan. 

Mindset ini bagus banget diterapkan ketika masih duduk dibangku sekolah. Kita dilatih untuk mengendalikan diri dalam mendapatkan sesuatu yang kita harapkan. Istilah kerennya itu delay gratification.

Sayangnya mindset ini ternyata tidak cukup untuk bisa kita terapkan ketika masuk ke dunia kerja. Karena banyak orang yang masih berpikir dengan mindset yang sama itu, ya perlu sedikit berusaha mati-matian menyisihkan pemasukan mereka agar bisa mendapatkan hal-hal yang mereka inginkan ketika dewasa. Entah itu modal buat nikah, buat beli mobil, beli rumah ataupun untuk naik haji dan lain-lain. 

Kenyataannya ketika di dunia kerja, dunia tidak lagi sesimpel ketika zaman sekolah dulu. Memasuki dunia kerja ternyata ada banyak hal tidak terduga dan tidak kita ketahui. Ternyata harga semua barang dan kebutuhan itu naik terus setiap tahunnya karena inflasi, belum lagi ada saja kebutuhan tidak terduga yang membuat kita makin susah untuk menabung. Tiba-tiba sakitlah, dompet kecopetan, HP jatuh ataupun laptop kesiram air dan masih banyak lagi. 

Makanya sering banget diantara kita ketika memasuki usia dewasa malah mengeluh. "Duh, sudah umur segini belum punya tabungan, setiap menabung malah habis terus. Kalau ngumpulin uang dari gaji saja, kapan bisa beli rumah? Kapan bisa beli mobil? Kapan bisa punya modal untuk nikah?"

Kalaupun ada yang bisa mati-matian berhemat menyisihkan pemasukan setiap tahunnya, uang yang terkumpul juga tidak seberapa. Kebayang tidak, perlu berapa lama untuk menabung supaya uangnya terkumpul untuk bisa beli rumah. Padahal katanya menabung itu pangkal kaya. 

Coba deh sekarang kita merenung sejenak. Orang-orang yang status ekonominya di atas kita, apakah mereka bisa mencapai itu dari hasil menabung?  Saya yakin pasti mereka bisa mencapai kualitas hidup yang lebih baik dari kita bukan karena tabungannya, melainkan karena pemasukannya yang besar. Entah itu karena gajinya gede, bisnisnya semakin berkembang, atau dagangannya laku. 

Atau jangan-jangan sebetulnya menabung itu bukan jawabannya, atau malah mindset kita untuk rajin menabung dari zaman sekolah dulu itu sudah tidak relevan lagi di dunia kerja. Mungkinkah selama ini kita salah persepsi, seharusnya kita bukan fokus menyisihkan pemasukan kita namun fokus untuk menambah pemasukan kita. Sambil menjaga gaya hidup yang wajar dan mengendalikan pengeluaran kita pada hal-hal yang menunjang pengembangan diri. Hal ini dilakukan untuk menambah pemasukan kita daripada uangnya kita tabung, mungkin lebih baik kita pakai saja untuk mengupgrade diri kita. 

Salah satu ilmu yang menurut saya penting banget, tapi jarang dilirik adalah literasi keuangan atau pengetahuan untuk mengelola keuangan. Padahal menurut saya literasi keuangan itu adalah pondasi yang penting banget untuk meningkatkan kualitas hidup kita. 

Tahu tidak, sebetulnya banyak sopir truk barang atau bus antar kota itu bisa bawa uang lebih banyak daripada karyawan berdasi. Tapi karena tidak memiliki literasi keuangan yang baik, banyak sopir ini yang tidak bisa mengelola keuangannya. Sehingga uangnya selalu habis, bahkan sampai mengutang kesana-kemari. 

Tidak sedikit juga orang baik yang dengan lugunya yang tertipu tawaran-tawaran investasi palsu. Dengan menawarkan jaminan keuntungan yang besar, namun sebaliknya semua itu ada praktek manipulasi. Sehingga menyebabkan investasinya rugi puluhan persen atau bahkan lenyap dibawa lari. 

Padahal kalau saja kita mempunyai literasi keuangan yang baik, hal seperti ini sebetulnya bisa dicegah atau setidaknya diminimalisir dengan literasi keuangan yang baik. Pengelolaan keuangan kita tidak lagi hanya sebatas pada menabung dan berhemat saja, tapi kita juga jadi bisa tahu kapan saat yang tepat untuk berinvestasi pada instrumen instrumen yang lain. Bagaimana sebaiknya kita memecah aset kita menjadi beberapa bagian, dan kapan saat yang tepat bagi kita untuk mengalihkan aset kita dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

Literasi keuangan yang baik akan memudahkan kita dalam mencapai tujuan hidup kita. Sebab uang bukanlah tujuannya, tapi kendaraan kita untuk terus berkembang. Maka dari itulah kita harus bisa membangun literasi keuangan yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun