Namun seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan saya menerima kenyataan. Aku menerima bahwa cintaku pada Amy hanya bertepuk sebelah tangan, dan aku tidak bisa memaksa siapapun untuk membalas cintaku. Sebuah kenyataan yang pahit dan manis, namun juga membawa rasa damai di hati saya.
Bertahun-tahun telah berlalu sejak saat itu, dan Amy serta saya kehilangan kontak. Kami berdua berpisah setelah tamat sekolah, dan kudengar dia menikah dengan pria yang dia cintai. Saya benar-benar bahagia untuknya, mengetahui bahwa dia telah menemukan kebahagiaannya selamanya.
Bagi saya, saya juga telah move on dan menemukan seseorang yang mencintai saya apa adanya. Ini mungkin bukan cinta dongeng yang pernah saya impikan, tapi itu adalah cinta yang tulus dan timbal balik.
Melihat ke belakang, saya menyadari bahwa cinta saya yang tak berbalas kepada Amy memberi saya sebuah pelajaran berharga. Itu mengajari saya untuk mencintai diri sendiri terlebih dahulu dan tidak pernah puas dengan seseorang yang tidak melihat nilai saya. Dan meski cintaku padanya bertepuk sebelah tangan, cinta itu akan selalu mendapat tempat istimewa di hatiku, sebagai pengingat akan kenangan pahit manis dan apa yang bisa saja terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H