Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Hanya seorang buruh kecil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyebab Generasi Muda Ogah jadi Petani, Alasannya Karena Omongan Orang Bilang Susah Kaya

8 Desember 2023   20:21 Diperbarui: 8 Desember 2023   20:29 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2023 ini sungguh menggejolak hati ketika melihat penurunan jumlah petani di Indonesia semakin meningkat. Bukan tanpa sebuah alasan, semua tercakup dalam catatan Badan Pusat dimana jumlah petani Indonesia sejak tahun 2013 hingga sekarang yang secara terus menerus mengalami penurunan signifikan. 

Kekhawatiran saat ini terbukti dengan jumlah petani di Indonesia yang hanya ada 29,3 juta petani atau turun 7,45 persen dari tahun 2013 yang mencapai 31 juta petani di Indonesia.

Alasannya utamanya yaitu generasi penerus tidak mau menjadi petani karena kesejahteraan yang tak memadai. Mereka kuliah dan melanjutkan studi hanya bercita-cita untuk menjadi PNS, pekerja kantor, dokter, penulis, pilot, dan profesi beken lainnya.

Faktor lainnya yaitu masalah keuangan, dimana pemuda di desa saat ini lebih memilih untuk bekerja pada proyek-proyek di daerah perkotaan. Meskipun hanya dianggap sebagai buruh kuli bangunan sekalipun tapi uang yang dihasilkan lebih pasti.

Karena dua alasan di ataslah hampir seperempat warga yang hidup di pedesaan memilih keluar dan menjalani pekerjaan di perkotaan.

Generasi muda yang kian malas untuk menjadi petani juga dibuktikan ketika melihat data lainnya dari BPS. Hal ini menyusul jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) menurun selama satu dekade ini, namun untuk Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) naik 8,74 persen.

Meskipun terdapat 6,18 juta petani milenial di Indonesia, tetapi data itu sangatlah sedikit. Nyatanya produktivitas pertanian di Indonesia tidak mencapai Rp. 40 juta per pertani dalam satu tahun.

Meski Sudah Didukung Pemerintah tapi Generasi Muda Lebih Memilih Bekerja di Kota

Melihat data dan fakta dari berbagai sumber, sejauh ini pemerintah Indonesia sudah mendukung dan memfasilitasi secara penuh petani dengan sangat baik.

Salah satu yang paling menonjol adalah terkait pembiayaan KUR Pertanian. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/SR.230/4/2018 tentang Fasilitas Kredit Usaha Rakyat Sektor Pertanian.

Ditambah petani juga diajari mengenai pemasaran produk pertanian dan turunannya (downstreaming). Hal ini terlihat dari tumbuhnya usaha rintisan seperti Sayurbox dan Tanihub di sosial media.

Omongan Orang yang Bilang Susah Kaya Kalau Jadi Petani

Jaman sekarang sepertinya omongan orang atau tetangga lebih dipercaya. Contohnya saja omongan seperti “susah kaya kalau jadi petani”. Karena omongan orang seperti inilah banyak generasi muda ngeyel dan enggan untuk menjadi petani meski sudah didukung dan difasilitasi pemerintah.

Selain itu, ada yang mengatakan jika uang tidaklah seberapa belum lagi harga pupuk yang tidak menentu dan keuntungan tak jelas menjadi penyebab generasi muda wegah atau ogah jadi petani.

Padahal apabila kehadiran petani semakin berkurang tentunya hal ini malah membuat pemerintah meningkatkan ketergantungannya pada komoditas pangan dari negara lain. Generasi muda harusnya punya prinsip untuk turut membangun pertanian yang lebih mandiri. Hal Ini juga dapat mencegah dampak ancaman krisis pangan global.

Tapi apa boleh buat, omongan-omongan kosong yang mencuci otak generasi muda sudah tak terbendung lagi. Semua berbelot karena keegoisan manusia mengenai sistem keuangan yang tak menentu ketika menjadi petani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun