Mohon tunggu...
Muhammad Fauzan
Muhammad Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi olahraga dan berkaitan dengan isu politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berakhirnya Rezim Otoriter di Libya

2 Maret 2023   20:20 Diperbarui: 2 Maret 2023   20:20 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika membahas tentang konflik, Libya adalah salah satu hal yang menarik untuk dibahas. Libya adalah sebuah negara di Afrika Utara yang berdiri sejak Desember 1951. Libya sendiri merupakan negara yang kaya akan minyak dan gas. 

 Konflik ini disebabkan oleh sikap pemerintahan Muammar Khadafi. Muammar Khadafi adalah Presiden Libya yang memerintah selama 34 tahun lamanya sejak tahun 1961 saat ia mengkudeta Raja Idris I yang terkenal otoriter. Khadafi digadang gadang oleh rakyat Libya dengan misi demokratis dan sebagai pemimpin yang ideal.

 Pada awalnya, Muammar Khadafi membawa banyak perubahan positif dan dampak besar kepada Libya. Contohnya saja, Khadafi mengubah sistem pemerintahan Libya menjadi Islamic Socialism yang menggunakan nama Third Universal Theory dimana sistem ini menggabungkan islam ortodoks, sosialisme revolusioner, dan nasionalisme arab.

 Dari segi ekonomi, Khadafi berhasil memaksimalkan sumber daya Libya yaitu industri minyak dan gas. Minyak dan gas yang awalnya dieksploitasi oleh perusahaan asing, dipaksa oleh Khadafi untuk menyesuaikan kembali kontrak dan mengancam akan menutup produksi perusahaan asing apabila tidak menuruti kehendak Khadafi.

 Kebijakan-kebijakan Khadafi membuat Libya menjadi semakin maju dengan pendapatan dan infrastruktur yang semakin meningkat seperti sekolah, rumah sakit, proyek air ke daerah gurun dan banyak lagi.

 Kekayaan yang melimpah ruah membuat Khadafi menjadi gelap mata, ia mulai menyalahgunakan pendapatan negara untuk tindakan diluar kepentingan negara seperti mendanai dan memberikan pelatihan gerakan kelompok separatisme di berbagai negara.

 Tindakan ini dikecam oleh banyak negara sekaligus membuat nama negara Libya menjadi buruk di mata internasional, Khadafi pun dinyatakan bersalah oleh PBB terkait insiden ledakan pesawat Pan Am 103 pada 21 Desember 1988.

 Hubungan Khadafi dengan rakyatnya pun menjadi kian memburuk karena ia mulai menunjukkan pemerintahan yang otoriter. Banyak penyelewengan demokrasi yang terjadi seperti hilangnya kebebasan pers di Libya, mulai terlihatnya kesenjangan sosial di masyarakat Libya yang disebabkan oleh praktik korupsi dan nepotisme. Uang dan kekayaan negara dinikmati oleh keluarga Khadafi sendiri.

 Pada tahun 2011, rakyat Libya mulai berani melakukan kudeta dan menyuarakan ketidakbenaran kepemimpinan Khadafi. Masyarakat Libya terbagi menjadi dua kubu, pihak yang mendukung Khadafi sebagai golongan loyalis dikarenakan merasa Khadafi memiliki banyak jasa terhadap Libya dan pihak yang menentang Khadafi sebagai golongan oposisi.

 Golongan loyalis mendapat dukungan dari banyak pihak seperti Amerika Serikat, PBB, NATO, dan Perancis. Bukannya menyerah, Khadafi malah bersembunyi dari publik sehingga mengakibatkan konflik yang lebih besar. 

 Konflik ini terjadi selama 9 bulan dari Februari hingga Oktober 2011. Khadafi dipaksa untuk turun berdasarkan keputusan Konferensi London pada 29 Maret 2011. Terjadi berbagai macam penyerangan, yang pertama penyerangan oleh golongan oposisi dibantu Perancis dan Inggris meluncurkan 40 bom di bandar udara Tripoli dimana kota tersebut memiliki banyak pendukung Khadafi.

 Serangan kedua terjadi di Bab Al-Aziziya sebagai pusat pertahanan Khadafi, lalu diikuti dengan banyak penyerangan lainnya seperti penyerangan di Brega sebagai pusat minyak Libya. Akhirnya pada 21 Agustus, golongan oposisi berhasil merebut basis pertahanan Khadafi di Tripoli sepenuhnya.

 Mahkamah Kriminal Internasional pun mengeluarkan perintah penangkapan Khadafi sebagai buron internasional hingga akhirnya pertempuran tidak terelakkan pada 2 Oktober di Sirte. Perang pecah selama beberapa hari hingga akhirnya 20 Oktober, Khadafi ditemukan tewas tertembak. 

 Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan otoriter tidak akan menghasilkan pemerintahan yang baik karena tidak ada pengontrol bagi kekuasaan absolut. Sesuai dengan pandangan realisme, manusia memiliki sifat egoisme dan jahat tersendiri sehingga tidak bisa memimpin dengan sendirinya tanpa adanya intervensi dari pihak lain. Seperti perkataan Diktum Lord Acton, "kekuasaan yang absolut sudah pasti korup dan rusak."


Referensi: 

https://amp.kompas.com/skola/read/2020/12/04/145845869/konflik-libya-runtuhnya-rezim-muammar-khadafi

https://www.merdeka.com/dunia/memahami-akar-konflik-terbaru-di-libya-yang-tewaskan-32-orang.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun