IDENTITAS NOVEL
Penulis : TERE LIYE
Penerbit. : REPUBLIKA PENERBIT
Tebal Halaman : 400 HALAMAN
Tahun Terbit. : 2015
ISBN. :9-786020-822129
Genre. : Aksi, Fiksi
Tema Novel "Pulang" ini tentang perjalanan seorang anak bernama bujang yang mencari arti "Pulang" dalam hidupnya dan juga harus melewati banyak rintangan dalam perjalanannya.
Alur pada Novel ini menggunakan alur campuran , tetapi di novel ini lebih dominan menggunakan alur majunya, dan alur mundurnya digunakan hanya untuk menghadirkan potongan-potongan cerita yang ada di masa lampau.
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama yaitu "Aku" yang merujuk kepada bujang, jadi penulis mengajak kita memahami cerita novel ini melalui hal-hal yang di lalui oleh bujang, baik apa yang dipikirkannya, perasaannya dan banyak hal lainnya.
Latar Tempat Novel ini berada di Talang (kampung tempat bujang berasal), Ibukota Provinsi, Ibukota Negara, kawasan Asia-Pasifik (Tokyo, Makau, Hong Kong, Manila, Beijing). Sedangkan Latar Waktu yang digunakan yaitu, Pagi, Siang, Sore dan Malam.
Topik yang dibahas di novel ini adalah tentang Shadow Economy, atau disebut juga Underground Economy, Black Market, merupakan sebuah suatu sistem ekonomi ilegal yang berjalan di dunia hitam, serta tidak terdaftar di pemerintahan mana pun. Dalam novel ini dijelaskan bahwa Shadow Economy tidak hanya terdapat pada bisnis ilegal, namun pada masa kini sudah mulai ke dalam bisnis legal yang terdaftar dalam pemerintahan atas nama orang lain, meskipun pemilik sebenarnya adalah penguasa Shadow Economy, jadi mereka adalah orang-orang yang mengendalikan semuanya dari belakang layar. Tokoh utama dalam novel ini akan masuk ke dalam salah satu "keluarga" penguasa Shadow Economy, sehingga kita bisa merasakan tentang topik ini lebih jelas.
SINOPSIS:
Kisah ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Bujang a.k.a Si Babi Hutan, anak tunggal dari bapaknya yang bernama Samad yang keturunan Jagal masyhur di tanah Sumatra dan ibunya yang bernama Midah yang merupakan keturunan dari Tuanku Imam. Kisah ini bermula ketika bujang berumur 15 tahun saat dia masih tinggal di talang bersama Samad dan Midah, di sana bujang selalu di pukuli oleh bapaknya yang temperamental, apalagi saat bujang ketahuan mempelajari ilmu agama, bapaknya yang memang membenci agama langsung naik pitam dan menyiksanya, sementara Ibunya hanya bisa menangis ketika melihat bujang dipukuli, sehingga Bujang memiliki masa kecil yang buruk, sampai suatu ketika terjadi hal yang jarang sekali terjadi di Talang terpencil tersebut, yaitu mereka kedatangan tamu yang menggunakan banyak mobil Jeep yang berasal dari Ibukota Provinsi, padahal Talang tersebut sulit untuk di lalui oleh mobil, mereka mengenalkan diri sebagai "teman" dari bapaknya yang berkunjung untuk berburu babi hutan yang memang banyak di hutan sekitar Talang tersebut, dan pemimpin mereka di sebut sebagai "Tauke Besar".
Kemudian saat sudah waktunya berburu, Bujang di ajak oleh Tauke Besar untuk ikut berburu. Walaupun dari lahir dan tinggal di talang, sebenarnya Bujang tidak pernah berburu Babi Hutan sebelumnya, karena Ibunya khawatir terjadi apa-apa kepadanya, tapi karna dorongan dari bapaknya dan Tauke Besar, akhirnya Ibunya mengizinkan dengan syarat bujang tidak boleh ikut berburu hanya boleh menonton saja, singkat cerita rombongan yang berisi banyak orang yang bersenjatakan senapan mulai berburu, awalnya normal-normal saja, sampai ketika mereka tidak sadar bahwa mereka telah berburu terlalu jauh sampai ke pusat kawasan hutan, dan di sana mereka melawan "Raja" Babi Hutan karna ukurannya bisa berkali-kali lipat dari ukuran normal, kemudian satu-persatu orang mulai tumbang oleh serangan babi hutan tersebut, hingga tersisa Tauke Besar dan Bujang, melihat situasi tersebut insting bertarung bujang muncul, Bujang yang hanya bermodalkan bambu runcing akhirnya bisa membunuh "Raja" babi hutan tersebut dan berhasil menyelamatkan Tauke Besar. Dan karna itulah di kemudian hari Bujang dikenal sebagai "Si Babi Hutan".
Kemudian melihat potensi Bujang tersebut, Tauke Besar memutuskan membawa Bujang ke Ibukota Provinsi sebagai anak angkatnya agar dia bisa membuat Bujang menjadi lebih hebat dari siapa pun. Mendengar itu Midah pun menangis karna dia akan kehilangan putra satu-satunya, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karna bujang pun ingin pergi dari Talang, pergi dari bapaknya dan ingin melihat dunia luar yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Dan di saat waktu perpisahan Ibunya berpesan satu hal kepada Bujang karena ibunya tahu, dunia seperti apa yang akan dihadapi anaknya, ibunya meminta bujang berjanji bahwa dia akan menjaga perutnya dari segala sesuatu yang diharamkan agama, agar walaupun telah hitam seluruh hidupnya dan hitam seluruh hatinya, dia akan tetap punya satu titik putih, dan semoga itu berguna untuk memanggilnya pulang, bukan pulang ke suatu tempat, melainkan pulang kepada hakikat kehidupan, dan Bujang pun mengangguk dan berjanji atas hal tersebut.
Dimulailah perjalanan Bujang di dunia Shadow Economy. Tauke besar yang ternyata kepala "keluarga" Tong, mencarikan guru-guru terbaik untuk melatih Bujang menjadi seorang petarung terhebat di dunia Shadow Economy, guru-gurunya adalah petarung tangan kosong terbaik, penembak pistol paling ulung di Asia Pasifik, ninja terhebat yang diakui seluruh dunia dan juga termasuk guru untuk mengajari bujang pengetahuan dasar yang tidak ia dapatkan di Talang, ditambah bujang memang berbakat sejak lahir. Hal itu menjadikan bujang menjadi petarung terhebat dengan kemampuan lengkap di dunia Shadow Economy pada masa itu.
Kemudian, saat Bujang berusia 35 tahun, alur hidupnya mulai berubah yang sebelum-sebelumnya bujang memiliki kehidupan yang dia inginkan, seperti menjalankan misi, sebagai penyelesai konflik tingkat tinggi dengan keluarga penguasa Shadow Economy lain . Sampai Bujang menerima kabar bahwa ibunya telah meninggal dunia, kemudian di ikuti bapaknya. Bujang sangat merasa sedih saat kehilangan ibunya, sedangkan ia tidak berada di sampingnya, meskipun bapaknya dulu sering memukulinya, saat ia mendengar berita kematian bapaknya ia tetap sedih, karena mau bagaimanapun ia adalah bapaknya, sehingga ia memiliki ikatan yang tidak dapat terpisahkan.
Pada saat itu, Tauke Besar juga semakin tua dan sering sakit-sakitan, sehingga ia khawatir atas kesehatan Tauke Besar, di samping ia yang selalu menggantikan tugas Tauke Besar, seperti berunding dengan keluarga lain, ia juga ingin selalu menjaga Tauke besar di sampingnya. Karena insting Bujang merasakan ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Hal itu dimulai dari munculnya laporan-laporan mengenai hal-hal yang mencurigakan terjadi, seperti adanya bom di properti milik Keluarga Tong. Ternyata bom itu dipasang oleh pengkhianat, yang merupakan suruhan dari keluarga lain, yakni Keluarga Lin. Bujang pun langsung menuju markas Keluarga Lin di Makau untuk menghabisi pemimpinnya.
Bujang berangkat dengan tim terbaiknya dan orang yang sangat ia percayai. Penyerangan berjalan lancar dan ia pun pulang menuju ibukota negara. Namun, banyak kejanggalan terjadi masih terjadi kekacauan di properti-properti milik keluarga Tong. Hal ini mengindikasikan masih adanya penghianat, lalu saat sampai pun ia hanya menghubungi dua orang kepercayaannya, yaitu Basyir sang kepala tukang pukul dan Parwez kepala bisnis legal keluarga Tong. Saat menelepon Basyir, Bujang diberi tahu bahwa Tauke Besar menunggunya di markas, sehingga ia langsung menuju markas keluarga Tong. Sesampainya di markas, Tauke Besar yang berbaring di ranjang bertanya kepada Bujang kapan dia sampai dari Makau. Saat itulah Bujang menyadari bahwa orang di balik semua ini adalah Basyir, dialah sang pengkhianat yang membuat semua rencana ini dan menghasut keluarga Lin juga. Bujang langsung mengaktifkan sistem pertahanan markas.
Basyir yang telah mengetahui, bahwa Bujang telah menyadarinya, langsung menyerang markas bersama pasukan pengkhianat yang telah ia bentuk sendiri, serta pasukan bantuan dari Keluarga Lin. Dan terjadilah pertempuran besar di markas Keluarga Tong, pada akhirnya Bujang terdesak dan kabur bersama Tauke Besar melalui jalur darurat. Dalam keadaan terluka, Bujang menggendong tubuh Tauke Besar yang sedang sakit dan bertambah parah karena pengkhianatan tersebut. Bujang pun pingsan setelah keluar dari jalur darurat.
Saat sadar, dan mengetahui kenyataan bahwa Tauke Besar meninggal dalam peristiwa tersebut, itulah saat di mana Bujang mulai merasa takut dan memiliki keraguan dalam banyak hal di hidupnya. Dia berpikir, apakah yang harus dia dilakukan selanjutnya? apa arti perjalanannya selama ini?, kemanakah dia harus pulang? Apa hakikat dari kehidupannya yang sebenarnya? Apakah dia sudah benar berada di dunia itu?
KELEBIHAN
Kelebihan dari novel ini adalah menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan pengaturan waktu, tempat dan penggambaran suasana yang sangat detail, sehingga pembaca bisa membayangkan hal yang ada dicerita tersebut. Novel ini juga mengambil tema cerita yang unik dan jarang ditemukan, yaitu tentang Shadow economy. Meskipun novel ini mengambil tema yang lumayan menakutkan bagi sebagian orang, tetapi diselingi nasehat-nasehat yang disampaikan penulis agar menginspirasi pembaca. Plot dan alur cerita yang menarik sehingga meski tema novel ini lumayan berat, namun pembaca tetap tertarik untuk membacanya.
KEKURANGAN
Novel ini memiliki kekurangan menggunakan beberapa kosakata yang tidak dijelaskan secara detail sehingga pembaca tidak paham dengan kejadian tersebut. Menggunakan alur maju-mundur sehingga membuat pembaca pusing dalam membacanya. Tokohnya terlalu banyak sehingga pembaca harus memberikan fokus lebih saat membaca.
KESIMPULAN
Mau sejauh apa pun kita pergi, seburuk apa pun hidup kita, sebenci apa pun kita dengan kenyataan, hakikatnya kita akan pulang. Mungkin kita tidak pulang secara fisik, tapi pulang pada hakikat kehidupan. Semua hal yang kita miliki, cepat atau lambat akan kembali kepada-Nya.
Inilah beberapa kutipan yang menginspirasi dari novel Pulang Tere Liye:
"Hidup ini bukan tentang mengalahkan siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kamu mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran."
"Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme, ketidakpedulian, ambisi, rasa takut, pertanyaan, keraguan. Sekali kau bisa menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lain mudah saja."
"Saat itu terjadi, kau telah pulang, Bujang. Pulang pada hakikat kehidupan. Pulang, memeluk erat semua kesedihan dan kegembiraan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H