Mohon tunggu...
Fathurrozie.
Fathurrozie. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Senja.Biru

Kumpulan Coretan Jam Dinding.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Perkembangan Psikologi Agama

9 Mei 2023   15:00 Diperbarui: 9 Mei 2023   15:02 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Awal Kemunculan

Kajian keilmuan semakin hari semakin berkembang. Banyak ilmu baru yang dipelajari oleh manusia pada zaman ini. Salah satunya yakni ilmu Psikologi Agama, atau dalam sebuah literature barat dikenal sebagai Psychology of Religion.

Tidak ada yang tahu pasti kapan pendalam ilmu psikologi ini dimuali. Namun dalam beberapa catatan sejarah, dikatakan bahwa kajian psikologi mulai popular, aktif serta memiliki dasar yang jelas pada tahun 1980 an. Hal ini diawali dengan terbitnya buku tentang Psikologi karya Edwin Diller Starbuck yang berjudul "Psychology of Religion". [1]

Psikologi sendiri, pada awalnya merupakan pecahan dari kajian filsafat dahulu yang telah lama ada sejak masa kerajaan Romawi kuno. Namun, ilmu filsafat yang berkembang masih dirasa belum sempurna untuk mempelajari seluk beluk keadaan jiwa seseorang.[2] Karena dalam filsafat, manusia mempelajari keadaan jiwa serta lingkungan mereka secara bebas tanpa adanya sebuah patokan yang baku. Hal ini membuat para ilmuan bersikeras merumuskan beberpa dasar yang bisa dijadikan sebagai acuan semua orang untuk mengenal Psikologi manusia yang mana cabang ilmu ini diakui secara resmi dan sah pada saat berdirinya laboratorium psikologi yang pertama di Leipzig, Jerman oleh Wilhelm Wundt pada tahun 1879.

 Kolaborasi Sudut Pandang

Agama adalah ungkapan moral yang didasarkan pada pengalaman dan pengamalan[4]. Agama yang dilaksanakan tanpa pengamalan, maka ia hanya akan menjadi cerita bohong dan bualan yang dibuat buat serta tidak bernilai bagi manusia. Begitu juga bila pengamalan tanpa pengalaman, hal itu akan menjadikan orang merasa tidak ada aturan yang harus dilakukan atau dijauhi.[5] Karena ia tidak atau belum pernah melalui fase mengamalkan hal itu. Terkadang juga hanya akan membuat takut serta terkurung dalam dogma statis yang menghambat segala perkembangan manusia. 

Perkembangan kajian psikologi mulanya masih menetap dalam sebuah kajian ilmu yang independen, yakni mengambil dari sudut pandang psikologi itu sendiri. Juga dalam penelitiannya, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang kajian Psikologi merupakan daun muda yang baru muncul beberapa tahun belakangan. Karena zaman dahulu, manusia banyak terfokus mengembangkan keilmuan dalam hal agama ataupun eksak. Sehingga tak ayal, peminat kajian satu ini masih sangat minim, terutama di negara kita ini.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya sekitar tahun 1881[7], kajian sudut pandang penelitian psikologi kejiwaan manusia mulai dikolaborasikan dengan hal yang berkaitan dengan kepercayaan (religion) manusia. Atau sering kita sebut dengan isltilah agama. Agama sendiri sebenarnya juga mempunya tujuan yang sama dengan psikologi, yakni membersihkan batin jiwa manusia dari semua hal yang buruk dan dapat mengotori hati. Ini sangat selaras dengan pengertian dari psikologi itu sendiri. Dan bisa dikatakan bahwa psikologi dan agama merupakan sebuah pasangan erat yang akan sangat serasi bila dipadukan menjadi satu.

Beberapa tokoh yang terkenal dalam pengembangan psikologi agama serta karyanya ialah J.H Leuba (A Psychological Study of Religion), E.D Starbuck (The Psychology of Religion), George Albert Coe (The Spiritual Life), Robert H. Thouless (An Introduction To The Psychology Of Religion), R.a Nicholson ( Studies In Islamic Mysticsm).

 Beberapa tokoh psikologi agama yang bersal dari timur juga merupakan para ulama yang mahir dalam hal pendekatan masalah jiwa manusia. Diantaranya ialah ; Abu Bakr Muhammad Bin Abdul Malin Bin Tufai (Risalatul Hay Ibni Yaqzan Fii Asraaril Hikmat Al-Masyriqiyyat), Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Ghazali (Ihya' Ulumiddin, Al-Munqidz Minad Dhalal)[8]. Indonesia sendiri juga memiliki beberapa pakar yang fokus dalam mengembangkan kajian psikologi agama, seperti  Prof. Dr. Mukti Ali dan Prof. Dr. Hj. Zakiah Darajat. Beberapa karya Prof. Dr. Hj. Zakiah Darajat diantaranya buku Ilmu Jiwa Agama (1970), Agama Dalam Kesehatan Mental (1970) serta buku Kesehatan Mental [9]

Sumber :

[1] H. Ramayulis, Psikologi Agama, Hal. 34, Kalam Mulia Press, 2004.

[2] Iswati M.Pd.I-Kuliyatun, M.Pd.I , Psikologi Agama, hal. 6, Agree media Publishing,

[3] Prof. Dr. H. Endin Nasrudin Drs., M.Si & Dr. Ujam Jaenudin, Drs., M.Si,  Psikologi Agama Dan Spiritualitasnya, Hal. 11, Lagood's Publishing, Bandung, September 2021.

[4] Pengalaman spiritualitas manusia dalam meyakini agama mereka memiliki level yang berbeda. Hal ini juga sangat berpengaruh nagi keadaan psiko personal tersebut. Agama yang tepat ialah, ketika ia memiliki sebuah aturan yang bisa mengatur tanpa membatasi. Sebagai perantara manusia untuk menemukan kebenaran yang hakiki. Sedangkan jiwa, merupakan pintu pertama untuk membuka kehakikian tersebut.

[5] Heny Narendrany Hidayati & Andri Yudiantoro. Psikologi Agama. Hal. 1, Cetakan 1., UIN Jakarta Press, Jakarta: 2007

[6] Prof. Dr. H. Jalaluddin. Psikologi Agama. Hal.10, PT. Rajagrafindo Perasada. Jakarta: 2007.

[7] Drs. Bambang Syamsul Arifin M.Si. Psikologi Agama. Hal. 11, Pustaka Setia, Bandung, April 2008

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun