Pernahkah Anda mendengar cerita rakyat? Mungkin bagi kita yang tinggal di Indonesia pasti tidak asing mendengar cerita rakyat dari daerahnya. Berbicara dengan cerita rakyat, Indonesia tentu memiliki banyak cerita rakyat. Tidak hanya berada di beberapa daerah saja. Bahkan banyak sekali daerah di Indonesia yang memiliki cerita rakyat.Â
Beberapa cerita rakyat yang mungkin kita kenal seperti kisah si Malin Kundang dari Sumatera Barat, Bawang Merah Bawang Putih asal Yogyakarta, dan masih banyak kisah lainnya. Meskipun terkesan seperti dongeng, tetapi cerita rakyat banyak dipercaya, dan diyakini oleh masyarakat.
Namun, pada masa modern ini. Cerita rakyat saat ini mulai kurang eksis pada kalangan masyarakat modern atau kaum milenial. Alasan kurang eksisnya disebabkan cara pandang masyarakat bahwa cerita rakyat hanyalah kisah-kisah dongeng pengantar tidur saat kita masih kecil.
Cerita rakyat banyak dibaca kalangan anak-anak, daripada orang dewasa. Itu pun belum tentu semua kalangan anak-anak pernah membacanya. Paling hanya tahu beberapa cerita saja.Â
Selain itu, cerita rakyat dipahami sebagai sebuah mitos yang tentunya cerita tersebut tidak relevan dengan kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Cerita tersebut dianggap tidak masuk akal, dan tidak logis dengan kenyataan. Kemudian, belum lagi masuknya budaya luar yang lebih populer dari cerita rakyat sendiri. Sehingga fenomena ini tentu akan menjadi sebuah permasalahan, sebab cerita rakyat berpotensi akan dilupakan oleh masyarakatnya sendiri.Â
Tentu hal ini akan menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam literasi masyarakat Indonesia. Anak-anak bangsa yang tidak pernah mendengar ataupun membaca cerita rakyat. Tentu suatu hari mereka akan kurang memiliki kecintaan pada nilai budaya daerahnya sendiri. Sehingga suatu hari cerita rakyat ini kedepan akan dilupakan, dan tidak dilestarikan.Â
Maka agar semangat literasi untuk membaca cerita rakyat tidak redup. Lantas bagaimana cara agar kita semangat dalam membaca buku-buku, dan media digital yang membahas tema-tema tentang cerita rakyat?Â
Pertama, membaca cerita rakyat sebagai pelajaran membangun nilai moral. Cerita rakyat sendiri mengandung pesan-pesan moral dalam kehidupan. Misalnya seperti kisah si Malin Kundang dari Sumatra Barat. Cerita rakyat tersebut mengandung pesan moral agar seorang anak tidak durhaka kepada orang tuanya.Â
Pelajaran nilai moral dalam cerita rakyat inilah yang seharusnya kita ambil pelajarannya, dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman modern ini, masih kita temui anak-anak muda yang durhaka kepada orang tuanya sendiri. Berbeda dengan zaman dahulu yang dimana seorang anak lebih taat, dan selalu berbuat baik kepada orang tuanya.Â
Semakin kita banyak membaca cerita rakyat, maka semakin banyak pula pelajaran yang dapat kita ambil. Sehingga cerita tersebut mampu membentuk kita menjadi kepribadian yang baik, dan bermoral akhlakul karimah.Â
Jika kita memahami nilai penting bahwa membaca cerita rakyat mampu memberikan bekal ilmu akhlak yang baik, maka hal tersebut dapat menjadi sebuah dorongan untuk kita agar lebih semangat dalam membaca cerita rakyat.Â
Kedua, membaca cerita rakyat sebagai upaya mempertahankan nilai budaya luhur daerah tanah air. Apalagi di situasi era digitalisasi ini, budaya luar lebih dianggap menarik daripada budaya sendiri. Padahal dengan membaca cerita rakyat, kita akan mengetahui bagaimana falsafah budaya daerah kita dapat lahir. Dengan mengetahuinya kita akan berusaha menjaganya, sebab cerita rakyat tersebutlah yang membuat budaya daerah tempat kita tinggal memiliki keunikan sendiri. Punya khas tersendiri dalam mengajarkan nilai moral, dan nilai sosial dalam kehidupan bermasyarakat.Â
Meningkatkan literasi membaca cerita rakyat, tentu hal ini menjadi dorongan kita sebagai warga negara bangsa Indonesia untuk terus semangat dalam mempertahankan budaya daerah dari tantangan budaya luar atau budaya populer.Â
Ketiga, membaca cerita rakyat menjadi salah satu solusi membangun minat baca masyarakat Indonesia. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-60 dari 61 negara yang minat bacanya kedua paling rendah. UNESCO bahkan mengungkapkan, bahwa minat warga negara Indonesia dalam membaca hanya sebesar 0,001% saja. Ini artinya dari 1.000 orang, hanya 1 orang saja yang rajin membaca. Dan mungkin saja 1 orang yang rajin membaca itu belum tentu tertarik membaca cerita rakyat. Maka agar minat baca bangsa Indonesia meningkat, sudah seharusnya kita mulai rajin membaca. Salah satunya dengan wajib membaca cerita rakyat dimulai dari diri kita sendiri.Â
Keempat, membaca cerita rakyat memperkaya pengetahuan kita dalam menulis sebuah cerita seperti cerpen maupun novel. Dengan membaca cerita rakyat, seseorang akan memiliki banyak kosa kata dan mampu membangun struktur narasi yang kuat ketika ingin menulis sebuah cerita dalam bentuk cerpen atau novel.Â
Tentu mereka yang memiliki impian menjadi penulis cerpen maupun novel. Membaca cerita rakyat akan menjadi referensi dan bekal ilmu dalam menulis cerpen, maupun novel. Dengan membaca cerita rakyat. Mereka yang punya impian menulis cerpen, maupun novel bisa memasukkan nilai-nilai budaya kedaerahan dalam karya tulisnya. Sehingga nilai-nilai budaya daerah dapat bisa terus dilestarikan, dan tidak redup ketika dihadapi nilai-nilai budaya asing.Â
Kita sebagai warga negara Indonesia akan terdorong dan termotivasi untuk semangat melestarikan nilai budaya tanah air. Sehingga nilai-nilai luhur daerah bisa tetap selalu eksis, dan disenangi oleh masyarakat. Seperti kaum milenial, dan masyarakat modern.Â
Rajin membaca cerita rakyat, merupakan bentuk sikap kita sebagai agen-agen yang berusaha tetap menjaga, dan melestarikan nilai budaya luhur bangsa atau daerah. Jika kita tidak mau membaca cerita rakyat. Kita tidak akan mengetahui keberagaman nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. Atas dasar inilah semangat literasi membaca cerita rakyat kita tidak boleh sama sekali redup.Â
Lantas apakah kita masih tidak mau membaca cerita rakyat? Jika kita masih tidak mau, maka kita akan menjadi orang-orang yang rugi karena tidak mengetahui betapa luar biasanya nilai kebudayaan daerah yang ada di Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H