Mohon tunggu...
Muhammad Fajri
Muhammad Fajri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student of Islamic Philosophy

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia dan Post Truth

22 Juli 2022   21:47 Diperbarui: 22 Juli 2022   22:10 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Layaknya seperti perang Irak dan saat invasi Amerika Serikat, para tentara dibohongi bahwa Iran memiliki senjata pemusnah massal atau sejenis itu. Di sini adalah bukan fakta yang aktual, yang menjadi alasan mengapa para tentara mau adalah bukan fakta tapi emosinya. 

Pemerintah ini atau pelaku post truth ini memainkan emosional para tentara untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan dia, sekalipun pada faktanya berita itu bohong dan ada agenda di balik setiap perilaku post truth itu sendiri. Para pelaku post truth tidak pernah memperdulikan dampak dari apa yang telah mereka beberkan, karena sejatinya kebohongan itu bukan hal yang baik apalagi dampaknya.

Karena kita sudah termasuk dalam "warga" di media sosial, yang diamana post truth akan senantiasa ada dan hadir untuk kita, hal yang bis akita lakukan kalau masih mau bermedia sosial adalah kita mengetahui dan menyadari bahwa kebohongan yang ada di media sosial akan senantiasa ada, mulai dari hal kecil sampai besar.

Kita harus melepaskan sisi emosional kita untuk mengetahui kebenaran yang objektif, karena alat dari post truth itu sendiri adalah emosional dari manusia sehingga tercipta polarisasi, dan lain sebagainya. Jangan cepat menilai atau mempercayai sebuah berita, informasi, atau sebuah fenomena dengan cepat.

Berani berbeda dan jangan takut atas pendapat atau penilaian orang-orang terutama orang asing di media sosial. Menurut saya di era digitalisasi ini, manusia belum bisa mengikuti kecepatan atau akselerasi dari perkembangan zaman atau teknologi. 

Contohnya masih banyak korban hoax atau salah satu bentuk dari post truth, masih banyak yang tidak tau sumber mana yang bonafide dan terlalu cepat menyimpulkan dan yang lebih parah menyebarkan berita yang kebenarannya belum terverifikasi.

Dengan adanya teknologi bukan menjadikan manusia menjadi lebih maju, malahan manusia mengalami kemunduran. Kemudahan yang ada ini membuat manusia menjadi malas, dan mau yang serba cepat. Akhirnya membentuk sebuah kepribadian terhadap segala sesuatu dalam hidup, ini mau cepat itu mau cepat. 

Juga cepat menyimpulkan sesuatu, kebenaran maupun kesalahan yang ada. Ini menjadi tidak sehat dalam segala dimensi yang ada di hidup kita, kita menjadi terlalu bergantung terhadap teknologi.

Cara yang paling sederhana adalah berjarak dengan media sosial, karena bagaikan virus di suatu lingkungan dan bila kita tidak keluar dari lingkungan tersebut maka sebuah keniscayaan cepat atau lambat kita akan terinfeksi virus tersebut.

 Jadi hal yang terbaik adalah keluar dari lingkungan tersebut atau dari dunia maya. Menjalin hubungan dengan kerabat dan keluarga di kehidupan nyata. Perlahan melepaskan diri dari dunia maya, dan merasakan pengalaman yang nyata, social media detox istilah untuk melepaskan diri dari media sosial untuk kesehatan mental yang lebih baik.

Post truth adalah sebuah fenomena atau lebih tepatnya bencana, dan post truth  juga yang menyembunyikan eksistensinya dengan memainkan emosional manusia. Dengan "kesadaran" atau membentuk pola pikir juga ketertarikan manusia itu sendiri makannya mereka secara tidak sadar menjadi korban dari post truth itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun