Mohon tunggu...
Muhammad Faizal
Muhammad Faizal Mohon Tunggu... Sejarawan - Universitas Siliwangi

Muhammad Faiza merupakan seorang Guru, Sejarawan, dan Ahli Budaya yang berpengalaman dalam mengajar sejarah. ia telah menerbitkan beberapa publikasi di jurnal sejarah dan memiliki pengalaman menjadi Kurator di Museum. Selain itu, Muhammad Faizal menguasai bidang tambahan seperti social forestry dan pengembangan website.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Sejarah Cengkareng: Kisah Sebuah Perjalanan Daerah di Kota Jakarta

27 Februari 2023   04:00 Diperbarui: 27 Februari 2023   07:08 2703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cengkareng adalah sebuah kecamatan di Jakarta Barat yang terletak di sebelah barat Jakarta. Daerah ini dikenal sebagai kawasan strategis karena terletak di sebelah Bandara Soekarno-Hatta, pintu gerbang utama Indonesia untuk masuk ke Jakarta dan negara-negara lain di dunia.

Sejarah Cengkareng dimulai pada abad ke-16, ketika daerah ini masih berupa hutan belantara yang dihuni oleh suku Betawi dan suku Dayak. Pada masa itu, daerah ini masih terisolasi dan sulit diakses, sehingga tidak banyak penduduk yang tinggal di sana. Namun, pada abad ke-17, daerah Cengkareng mulai dikenal sebagai tempat pelabuhan yang penting, terutama bagi pedagang Tiongkok dan Arab yang datang ke Batavia (sekarang Jakarta).

Pada tahun 1682, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) membangun pelabuhan di daerah Cengkareng sebagai bagian dari upaya mereka untuk memperkuat posisi mereka di Batavia. Pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan utama di kawasan barat Jakarta selama beberapa abad, dan menjadi tempat transit bagi para pedagang yang datang dari seluruh dunia.

Selama masa penjajahan Belanda, daerah Cengkareng tetap menjadi kawasan penting, terutama sebagai pusat perdagangan dan transportasi. Pada masa itu, pelabuhan di Cengkareng menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Hindia Belanda, dan menjadi tempat transit bagi barang-barang yang akan dikirim ke seluruh dunia.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Cengkareng menjadi kawasan perumahan yang penting bagi para pekerja yang bekerja di daerah sekitarnya. Pada tahun 1974, Bandara Soekarno-Hatta dibuka di Cengkareng, dan daerah ini menjadi lebih penting sebagai kawasan transportasi dan perekonomian.

Seiring dengan perkembangan Bandara Soekarno-Hatta, daerah Cengkareng mengalami perkembangan pesat, terutama dalam bidang infrastruktur. Banyak gedung perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, dan apartemen yang dibangun di daerah ini untuk melayani kebutuhan para wisatawan dan pebisnis yang datang ke Jakarta.

Namun, perkembangan yang pesat ini juga membawa dampak negatif bagi daerah Cengkareng. Banyak lahan hijau dan sawah yang dikorbankan untuk pembangunan gedung dan jalan, sehingga daerah ini kehilangan sebagian besar identitasnya sebagai daerah pedesaan. Selain itu, banyak juga masalah lingkungan seperti polusi udara dan kebisingan yang muncul akibat aktivitas di sekitar Bandara Soekarno-Hatta.

Meskipun demikian, daerah Cengkareng tetap menjadi daerah penting bagi perekonomian dan transportasi di Jakarta. Bandara Soekarno-Hatta masih menjadi pintu gerbang utama Indonesia untuk masuk ke Jakarta dan negara-negara lain di dunia. Selain itu, daerah ini juga memiliki potensi yang besar.

Pada masa penjajahan Belanda, Cengkareng berada di bawah wilayah Kepatihan Tangerang. Pada saat itu, Cengkareng masih berupa perbukitan yang dikelilingi oleh sawah dan hutan belantara. Pada tahun 1924, Cengkareng menjadi kawasan pertanian yang penting di Jakarta karena ketersediaan air yang cukup.

Setelah Indonesia merdeka, Cengkareng menjadi bagian dari Kabupaten Tangerang dan pada tahun 1970-an, Cengkareng mulai mengalami perkembangan dengan adanya proyek-proyek perumahan dan industri. Pada tahun 1986, Cengkareng resmi menjadi kecamatan di Kota Administrasi Jakarta Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun