Kehidupan adalah soal bagaimana kita mempersiapkan diri pada setiap momentum yang kita jalani. Setiap pilihan yang telah kita pilih merupakan keputusan tentang bagaimana kita menghadapi kehidupan.Â
Dimulai ketika kita mampu untuk mulai berjalan sendiri, sejatinya kita telah memulai suatu tahapan untuk menjadi manusia yang berbeda dari sebelumnya. Memilih kehidupan seperti apa yang ingin kita jalani.
Terdapat satu momen dimana kita akan kembali menjadi manusia yang belum bisa menentukan kehidupan yang akan dijalani - atau mungkin tidak.Â
Terdapat momen dimana kita mengatakan 'sudah cukup' pada rutinitas yang biasa kita jalani dalam kehidupan - untuk kembali bermanja dan beristirahat sebagai rutinitas - kasaran nya kita ingin menjadi anak-anak yang taunya dimanja dan istirahat saja. Mungkin kehidupan seperti itu yang saya sebut sebagai kehidupan masa purna.
Namun kehidupan masa purna tidak senikmat yang dibayangkan (bermanja dan beristirahat). Ada kalanya kita bosan untuk melakukan rutinitas dengan perasaan yang sama - dan bosan tidak mengenal umur.Â
Sehingga yang ada dipikiran kita adalah mengganti suasana - bisa dengan berkegiatan ataupun yang lain. Meskipun masa purna adalah masa dimana kita tidak muda lagi namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri kita di masa purna nanti.Â
Memaksimalkan Masa Sekolah
Menurut saya masa sekolah adalah masa paling dinamis diantara momentum kehidupan yang kita jalani. Masa sekolah bisa saya katakan sebagai masa paling dinamis, karena hanya pada momentum ini kita dapat belajar sekaligus mempraktekan apa yang kita pelajari di dalam kelas.Â
Tidak hanya itu beberapa kenangan manis, pahit, asam, asin pasti kita semua rasakan pada masa sekolah. Maka tidak heran banyak bersliweran berbagai kenakalan masa sekolah di media masa.
Seperti yang saya katakan sebelumnya masa paling dinamis adalah di masa sekolah karena kita masih mempunyai kesempatan untuk mempelajari bagaimana mekanisme dunia ini berjalan.Â
Berbeda lagi ceritanya jika kita sudah menyelami kehidupan dunia yang sebenarnya. Momentum antara teori dan realita berjalan beriringan bahkan tidak menentu - kata maaf akan terasa sangat sulit didapatkan ketika melakukan kesalahan. Sanksi sosial akan terasa begitu sangat menyakitkan.
Bukan saya mengatakan bahwa kehidupan persekolahan tidak ada sanksi sosial - hal tersebut selalu ada di setiap komunitas sosial bahkan pada komunitasi mikro sekalipun. Namun yang membedakan adalah di sekolah kita masih mempunyai pendidik atau para guru yang dengan kerelaan hati membimbing kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.Â
Pendidikan adalah investasi seumur hidup
Oleh karenanya bagi kita atau kawan-kawan lain yang saat ini masih menempuh pendidikan setidaknya harus kita syukuri dan maksimalkan. Karena kesempatan seseorang untuk dibimbing dan belajar oleh seorang ahli pada institusi pendidikan tidak datang dua kali. Belajarlah setinggi dan semaksimal mungkin. Sehingga kita dapat menginterpretasikan kehidupan lebih bermakna lagi di usia senja kelak.
Mengatur Sistem Keuangan Komprehensif pada Usia Karir
Berkarir bukan hanya soal tinggi nya jabatan dan kuatnya finansial yang dimiliki - hal tersebut tidak salah namun kurang lengkap. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan di usia muda seperti memperbanyak relasi, membangun jaringan yang kuat, dan lain sebagainya.Â
Usia karir merupakan momen dimana kita mengaktualisaskan semua yang telah kita pelajari di sekolah - meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa proses belajar tetap berlangsung di kehidupan sebenarnya.
Namun menurut saya berkarir akan menjadi sia-sia apabila tidak diimbangi dengan manajemen keuangan yang baik. Yah meskipun terdapat beberapa orang yang mempunyai penghasilan yang besar namun tetap manajemen keuangan dapat mengarahkan sistem finansial yang lebih teratur dan komprehensif.Â
Melalui sistem keuangan maka kita dapat mengakomodasikan keuangan kita untuk beberapa keperluan yang sifatnya berkelanjutan seperti kebutuhan primer, sekunder, serta keperluan yang bersifat jangka panjang seperti keuangan untuk melanjutkan studi atau tabungan hari tua. Hal ini pun dilakukan agar kemudian di usia senja kita tidak perlu lagi memikirkan lagi finansial yang kita butuhkan ketika ingin melakukan sesuatu.
Membiasakan Diri pada Kegiatan Keagamaan
Agama bagi saya merupakan hal yang sakral - yang mampu mengarahkan kehidupan kita menjadi bermakna dan mempunyai arah. Terlepas dari pertikaian agama yang sedang terjadi di negara-negara dunia - agama bagi saya merupakan penuntun yang tepat bagi setiap individu yang mencari cara untuk melakukan dan menyebarkan kebermanfaatan di tengah-tengah masyarakat.Â
Bukan hanya sebagai panduan namun juga melatih kita untuk secara personal bertanggung jawab pada sebuah kewajiban terhadap agama yang kita yakini - beribadah misalnya.
Ibadah di setiap agama merupakan rutinitas. Bayangkan saja apa jadinya kita manusia jika tidak beribadah namun selalu mengharapkan sesuatu terjadinya hal-hal baik di kehidupan kita.Â
Jika demikian maka adab kita kepada sang pencipta justru dipertanyakan. Bagaimana mungkin kita selalu meminta sesuatu sedangkan kewajiban terhadap agama tidak kita laksanakan. Oleh karena itu membiasakan diri pada kegiatan keagamaan menjadi sebuah urgensi agar kemudian kita mampu menginterpretasikan kehidupan kita lebih bermakna lagi
Epilog
Terdapat berbagai macam cara yang dapat dilakukan agar tetap produktif di hari tua. Namun kembali lagi, kehidupan merupakan pilihan. Kita yang memilih leha-leha di halaman depan rumah, membaca koran, dan menikmati secangkir kopi bukanlah pilihan yang salah. Akan tetapi kebosanan pasti ada, dan saya yakin kita tidak akan melakukan hal-hal yang negatif untuk mengatasi rasa bosan kita. Sehingga menjadi produktif adalah pilihan yang tepat.
Jadi apa yang kamu lakukan untuk masa tua mu nanti?
Selamat Pagi :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H