Mohon tunggu...
Muh Fadhil Taufiqur Rahman
Muh Fadhil Taufiqur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ilmu Pertanian-Perkebunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Batu Kenong Kodedek, Warisan Megalitikum yang Mengagumkan di Bondowoso

5 Desember 2024   06:39 Diperbarui: 5 Desember 2024   06:40 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batu Kenong, Dusun Kodedek, Desa Gunungsari, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso.

Sedikit membahas mengenai situs megalitikum, situs ini merupakan adalah area yang mengandung struktur dan monumen yang terbuat dari batu-batu besar, atau yang dikenal sebagai megalit. Megalit ini biasanya didirikan pada zaman prasejarah, sekitar zaman Neolitikum (Zaman Batu Muda) hingga Zaman Perunggu. 

Situs megalitikum tersebar di seluruh dunia, dan meskipun memiliki bentuk yang beragam, umumnya situs ini dikaitkan dengan praktik keagamaan dan ritualistik masyarakat kuno (Sulistyo, 2020).

Di Indonesia, khususnya Minahasa, terdapat waruga, kubur batu khas yang berbentuk seperti rumah kecil (Tulus, 2021). Batu kenong merupakan peninggalan zaman megalitikum yang bentuknya mirip dengan instrumen musik tradisional, yaitu kenong. Bentuknya silinder atau bulat dengan tonjolan di bagian atas. 

Batu ini menjadi bagian dari warisan budaya masa lampau di Indonesia, yang terus ada hingga zaman perkembangan kerajaan-kerajaan kuno (Irawan et al., 2024). Fungsi batu kenong hingga kini masih menjadi misteri dan perdebatan. Namun, ada beberapa kemungkinan fungsi yang dikaitkan dengan bentuk dan lokasi penemuannya.

 Pertama, bentuknya yang mirip kenong dalam perangkat gamelan memunculkan dugaan bahwa batu ini digunakan sebagai alat musik dalam upacara ritual atau kegiatan sehari-hari. Kedua, batu kenong mungkin berperan sebagai media pemujaan, mengingat masyarakat prasejarah meyakini kekuatan magis pada benda-benda alam. 

Batu ini bisa jadi menjadi objek pemujaan atau media persembahan untuk roh nenek moyang atau kekuatan alam. Ketiga, penemuan batu kenong di beberapa situs pemakaman menunjukkan kemungkinan fungsinya sebagai penanda makam atau nisan. Terakhir, ukuran dan lokasi penempatan batu kenong mungkin menjadi simbol status sosial atau kekuasaan individu atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

 Batu kenong sendiri tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Situs-situs yang terkenal dengan keberadaan batu kenong antara lain Situs Megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Situs Pasembon di Probolinggo, dan Situs Duplang di Jember.

Dibalik keindahan alamnya yang memukau, Kabupaten Bondowoso menyimpan harta karun sejarah yang tak ternilai. Di Dusun Gunung Sari, ditemukan 17 benda purbakala yang beragam jenisnya. Situs Kodedek terletak sekitar 23 kilometer dari pusat kota Bondowoso, dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit. 

Perjalanan menuju situs ini cukup menantang karena berada di kawasan Gunung Argopuro, sehingga membutuhkan semangat dan persiapan yang matang. Di antara benda-benda tersebut terdapat dua arca, tiga batu kenong, dua batu lumpang, lima dolmen, satu padhusa, dua sarkofagus, dan dua tatakan. 

Dusun Kodedek, Desa Gunungsari, Kecamatan Maesan, menyimpan misteri di balik batu-batu megalitikumnya. Juru pelihara situs mengatakan masyarakat setempat percaya bahwa situs ini dulunya merupakan tempat suci bagi para leluhur. 

Batu-batu kenong yang unik menjadi saksi bisu dari ritual-ritual spiritual yang pernah dilakukan di tempat ini. Batu kenong, istilah yang diberikan oleh masyarakat setempat, memiliki bentuk unik yakni silindris dengan tonjolan di bagian atasnya. Di situs Gunungsari, batu-batu ini ditemukan dalam kelompok-kelompok (Digital, 2023). 

Konon, situs Kodedek menjadi tujuan para pertapa untuk melakukan semedi dan mendekatkan diri pada kekuatan gaib. Situs Kodedek menyimpan misteri yang tak terpecahkan. Selain menjadi saksi bisu peradaban masa lalu, tempat ini juga diyakini memiliki kekuatan magis. 

Warga sekitar percaya bahwa situs ini mampu menenangkan alam. Sudiyanto mengungkapkan, saat desa dilanda bencana angin kencang, doa bersama di sekitar situs ini diyakini mampu menghentikan angin tersebut. Fenomena unik lainnya adalah suara gamelan mistis yang kerap terdengar pada malam Jumat manis, sebuah kejadian yang menambah aura mistis situs ini. 

Dinas Pariwisata Bondowoso, memperkirakan usia situs Kodedek mencapai ribuan tahun. Situs ini, yang dipercaya sebagai tempat pemujaan pada zaman dahulu, kini menjadi salah satu fokus perhatian dalam upaya pelestarian warisan budaya di Bondowoso. Kelengkapan situs ini memungkinkan pengunjung untuk memahami lebih dalam tentang kehidupan masyarakat megalitikum. 

Sememtara itu, di Pakauman, Bondowoso, selalu ditemukan dalam formasi kelompok. Jumlah batu kenong dalam setiap kelompok bervariasi, mulai dari kelompok kecil yang hanya terdiri dari 3 batu hingga kelompok besar yang mencapai 20 batu. Secara keseluruhan, terdapat 26 kelompok batu kenong yang tersebar di situs ini. 

Pada tahun 1938, Willems melakukan penggalian pada salah satu kelompok batu kenong di Pakauman. Hasil penggalian tersebut menemukan beberapa artefak, seperti pecahan gerabah, periuk, manik-manik kaca, gelang besi, dan lima buah pemukul yang terbuat dari kulit kayu. Meskipun telah dilakukan penelitian, fungsi dari kelompok batu kenong di Pakauman hingga kini masih menjadi misteri (Suryanto, 2022).

Dengan membandingkan kedua peninggalan ini, kemungkinan besar 26 kelompok batu kenong yang ditemukan di Pakauman juga merupakan fondasi rumah dari masa lampau. Dahulu, batu kenong dimanfaatkan sebagai umpak, yaitu bagian dasar atau pondasi bangunan. Bagian atas rumah kemungkinan besar terbuat dari material organik seperti kayu, bambu, dan dedaunan atau rumput sebagai atap. 

Karena bahan-bahan tersebut mudah lapuk, tidak ada sisa-sisanya yang ditemukan saat ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun