Bagi banyak mahasiswa, masa perantauan adalah periode transisi yang penuh dengan tantangan. Mereka harus menyesuaikan diri dengan kehidupan jauh dari keluarga, berhadapan dengan lingkungan sosial yang baru, dan beradaptasi dengan kebebasan yang tidak selalu mudah dihadapi. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh mahasiswa perantauan adalah pergaulan bebas yang dapat mempengaruhi pola hidup dan nilai-nilai moral mereka. Tanpa adanya pengawasan langsung dari orang tua, banyak mahasiswa yang rentan terjerumus dalam perilaku yang bertentangan dengan nilai agama dan norma sosial. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk memiliki cara untuk menjaga keimanan dan mempertahankan nilai-nilai agama di tengah godaan yang ada.
Tantangan dalam Pergaulan Bebas Mahasiswa Perantauan
Di era modern ini, kebebasan yang diberikan kepada mahasiswa sering kali disalahgunakan. Tanpa batasan yang jelas, pergaulan bebas menjadi fenomena yang tidak terhindarkan, terutama di lingkungan kampus yang menawarkan banyak interaksi sosial dan dinamika pertemanan. Mahasiswa sering kali merasa ingin diterima dalam kelompok tertentu dan cenderung mengikuti pola hidup teman-temannya, meskipun itu bertentangan dengan ajaran agama.
Pergaulan bebas di kalangan mahasiswa sering kali melibatkan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan, seperti penyalahgunaan alkohol, narkoba, seks bebas, atau pola hidup hedonistik. Dengan akses mudah ke hiburan malam, pesta, dan media sosial yang sering kali memperlihatkan kehidupan glamor tanpa batas, mahasiswa mudah terjebak dalam pergaulan yang merusak keimanan dan prinsip hidup mereka. Oleh karena itu, penting untuk mencari cara agar tetap dapat bertahan dalam kehidupan yang positif dan sesuai dengan nilai agama.
Langkah-Langkah Menjaga Keimanan di Tengah Pergaulan Bebas
Perkuat Hubungan dengan Allah SWT
Langkah pertama dalam menjaga keimanan adalah memperkuat hubungan pribadi dengan Allah SWT. Ibadah merupakan cara utama untuk menjaga hati tetap bersih dan terhindar dari godaan. Sholat lima waktu, membaca Al-Qur'an, berdoa, dan dzikir adalah rutinitas yang tidak boleh ditinggalkan. Ketika seseorang merasa dekat dengan Tuhan, hatinya akan lebih tenang dan terjaga dari godaan-godaan duniawi. Bahkan dalam kesibukan kuliah dan aktivitas lainnya, menyempatkan diri untuk beribadah dapat memberikan kekuatan batin yang luar biasa.
Selain itu, menjaga kualitas niat dalam setiap tindakan juga sangat penting. Menjalani aktivitas sehari-hari, baik akademik maupun sosial, dengan niat yang ikhlas karena Allah akan membuat hati lebih terpandu dan menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan nilai agama.
Memilih Teman yang Sejalan
Dalam kehidupan perantauan, pertemanan sangat mempengaruhi pola pikir dan perilaku. Oleh karena itu, memilih teman yang memiliki pemahaman dan kesadaran agama yang baik sangatlah penting. Teman yang saleh dan memiliki visi hidup yang jelas akan menjadi penopang dalam menjaga keimanan. Mahasiswa bisa bergabung dengan organisasi keagamaan di kampus, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Lembaga Dakwah Kampus (LDK), atau organisasi keagamaan lainnya yang bisa menjadi wadah untuk belajar agama, berdiskusi, dan saling mendukung.
Selain itu, kelompok teman yang positif dapat memberikan pengaruh yang baik dalam menjalani kehidupan kampus, menghindarkan diri dari perilaku negatif, serta mendukung kegiatan-kegiatan produktif yang sesuai dengan nilai-nilai agama.
Mengatur Waktu dengan Bijak
Salah satu faktor penting dalam menghindari pergaulan bebas adalah manajemen waktu yang baik. Mahasiswa perantauan sering kali merasa tertekan dengan berbagai tuntutan---baik dari kuliah, tugas, maupun kehidupan sosial. Ketika waktu tidak dikelola dengan baik, rasa bosan dan stres bisa mendorong seseorang untuk mencari pelarian, yang kadang berujung pada perilaku yang tidak sehat.
Mengatur waktu dengan bijak berarti membagi waktu antara kuliah, ibadah, istirahat, dan aktivitas sosial. Selain itu, mahasiswa juga perlu memastikan bahwa mereka memiliki waktu untuk berkumpul dengan keluarga atau teman-teman yang memiliki pandangan hidup yang serupa, serta menghindari lingkungan yang bisa memicu perilaku negatif.
Berani Menolak Godaan
Mahasiswa perantauan sering kali dihadapkan pada situasi di mana mereka harus membuat pilihan. Di sini, kemampuan untuk berkata "tidak" pada tawaran yang tidak sesuai dengan prinsip agama sangat penting. Ini bukan hanya soal menolak ajakan untuk berbuat maksiat, tetapi juga tentang menegaskan identitas diri dan menjaga prinsip hidup yang telah diajarkan dalam agama.
Banyak mahasiswa merasa tertekan untuk mengikuti kebiasaan teman-temannya, terutama ketika mereka berada dalam kelompok yang sudah terjerumus dalam pergaulan bebas. Namun, dengan keyakinan yang kuat dan pemahaman tentang akibat dari pergaulan bebas, mahasiswa dapat belajar untuk menolak ajakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama mereka.
Mendalami Ilmu Agama Secara Terus-Menerus
Memperdalam ilmu agama merupakan kunci utama dalam menjaga keimanan. Sebagai mahasiswa, mereka memiliki akses yang sangat mudah untuk mendapatkan berbagai informasi, baik melalui buku, kuliah, atau sumber daya online. Dengan memanfaatkan waktu luang untuk belajar agama, mahasiswa dapat memperdalam pemahaman mereka tentang hakikat kehidupan, tujuan hidup, serta cara hidup yang sesuai dengan tuntunan agama.
Mengikuti pengajian rutin, membaca buku-buku agama, atau mendengarkan ceramah-ceramah motivasi agama yang berkualitas dapat memperkuat mental dan spiritual mahasiswa. Selain itu, kegiatan dakwah atau berinteraksi dengan ulama dan orang-orang saleh juga dapat membuka wawasan mereka tentang pentingnya menjaga iman dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H