Mohon tunggu...
Muhammad Fadhil Haritsah
Muhammad Fadhil Haritsah Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA

Muhammad Fadhil Haritsah. Seorang guru IPA disalah satu sekolah swasta yang saat ini sedang menempuh Magsiter S2 dengan program studi Pendidikan Lingkungan di Salah Satu Universitas di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Green City Sebagai Filosofi Berkelanjutan: Strategi Menuju Kota Berwawasan Lingkungan

27 Desember 2024   18:32 Diperbarui: 27 Desember 2024   18:32 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 6. Contoh Green City di negara Singapura (sumber: citiesfuture.com)

 

5. Tantangan dan Kendala Membangun Green City dan Hubungannya dengan Konsep IKN 

Membangun Green City sebagai bagian dari upaya menuju keberlanjutan perkotaan tentu bukanlah tugas yang mudah. Meskipun konsep ini menawarkan berbagai manfaat, mulai dari pengurangan emisi karbon hingga peningkatan kualitas hidup, namun tantangan dan kendala yang dihadapi dalam implementasinya sangat kompleks. Selain itu, konsep Green City juga berhubungan erat dengan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang berfokus pada keberlanjutan dan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.

Salah satu tantangan utama dalam membangun Green City adalah biaya yang tinggi dalam tahap awal pembangunan. Menurut penelitian Liu et al. (2021), investasi dalam infrastruktur hijau, seperti pengelolaan air hujan berbasis alam, energi terbarukan, dan bangunan berkelanjutan, membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kendala ini seringkali menjadi hambatan bagi banyak kota di negara berkembang, di mana prioritas pembangunan ekonomi dan sosial sering kali lebih diutamakan daripada isu lingkungan. Sebagai contoh, membangun jaringan transportasi ramah lingkungan atau menerapkan teknologi pengolahan limbah canggih memerlukan perencanaan dan anggaran yang lebih besar daripada pembangunan infrastruktur konvensional. Namun, tantangan tersebut tidak hanya terbatas pada biaya. Perubahan pola pikir masyarakat juga menjadi kendala yang cukup signifikan. Dalam penelitian oleh Zhang et al. (2020), diungkapkan bahwa masyarakat yang terbiasa dengan gaya hidup konsumtif dan tidak ramah lingkungan sering kali merasa enggan untuk mengadopsi kebiasaan baru, seperti penggunaan energi terbarukan atau pemilahan sampah. Selain itu, perubahan perilaku ini membutuhkan pendidikan yang intensif dan jangka panjang, yang bisa menjadi tantangan tersendiri dalam mencapai tujuan Green City.

Keterkaitan antara Green City dan konsep IKN menjadi semakin relevan, terutama dengan fokus pemerintah Indonesia yang sedang mempersiapkan IKN sebagai kota masa depan yang berbasis teknologi dan ramah lingkungan. Menurut White et al. (2021), pembangunan IKN yang memprioritaskan prinsip keberlanjutan dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dan dunia dalam mewujudkan Green City. Di sisi lain, membangun IKN yang sepenuhnya hijau juga menghadapi tantangan besar, mulai dari masalah logistik hingga keharusan menyediakan sumber daya alam yang cukup untuk mendukung semua kebutuhan teknologi hijau.

Gambar 4. Ilustrasi Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) (sumber: idxchannel.com)
Gambar 4. Ilustrasi Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) (sumber: idxchannel.com)

Masalah yang sering dihadapi salah satunya yaitu dalam proyek pembangunan seperti IKN adalah ketergantungan pada sumber daya alam yang ada. Green City membutuhkan sumber daya yang melimpah untuk energi terbarukan, pengelolaan sampah, dan infrastruktur hijau lainnya. Di Indonesia, misalnya, pengelolaan lahan dan sumber daya alam menjadi isu penting yang harus dihadapi sebelum membangun sebuah kota hijau. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan agar pembangunan Green City dapat berjalan dengan lancar, tidak hanya di IKN tetapi juga di kota-kota lain di seluruh Indonesia. Selain itu, sistem regulasi yang mendukung Green City juga menjadi hal yang tidak kalah penting. Menurut Gupta et al. (2021), meskipun banyak negara yang telah menyusun kebijakan terkait keberlanjutan, masih banyak yang menghadapi kendala dalam implementasi di lapangan, seperti kurangnya insentif untuk pembangunan berkelanjutan dan kesulitan dalam menerapkan kebijakan yang ramah lingkungan.

Secara keseluruhan, membangun Green City, terutama dalam kaitannya dengan pembangunan IKN, memerlukan upaya bersama dari semua pihak. Meski tantangan yang dihadapi tidak sedikit, dengan kolaborasi yang baik antara sektor publik dan swasta serta komitmen kuat terhadap prinsip keberlanjutan, konsep Green City dapat menjadi kenyataan. Pembangunan IKN yang sukses dengan prinsip keberlanjutan ini bisa menjadi langkah besar dalam mendorong transformasi kota-kota di Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

6. Contoh-Contoh Negara yang Berhasil Membangun Konsep Green City

Di tengah upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dan krisis lingkungan, beberapa negara telah berhasil menerapkan konsep Green City dengan mengintegrasikan keberlanjutan dalam setiap aspek perkotaan mereka. Negara-negara ini tidak hanya berfokus pada penghijauan kota, tetapi juga berinovasi dalam penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan infrastruktur yang ramah lingkungan.

a. Copenhagen, Denmark

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun